"Aku ingin terbang tinggi, seperti elang, melewati siang malam."Suasana rumah Theo kini tengah berisik, pasalnya dia kedatangan gerombolan orang rusuh.
"Anying kenapa udahan," Liam tengah asik mengikuti irama lagu tersebut.
"Udah malem bego, pulang gih. Gue juga mau tidur, inget besok kita masih harus ke sekolah."
"Anying padahal lo yang ngajak kita buat nyanyi bareng, eh taunya di usir juga kita." Juna mulai membereskan buku yang ia bawa.
"Padahal baru nyanyi lagu Roman picisan sama Elang, ini pun belum kelar, gara-gara kebanyakan diskusi pr." Hisam mulai memakai sendalnya, lagi pula dia sekomplek dengan Theo, jadi santai aja.
"Bagian separuh nafas aja belum, padahal paling masterpiece itu."
"Balik Sono sat," Theo langsung masuk ke dalam rumah.
"Kaga punya adab tuan rumah tuh, cabut yuk guys. Pinggang gue udah sakit nih." Satria menggajak mereka untuk pergi.
"Dasar jompo lo."
"Diem lo lim."
•••
Terdapat banyak poster, di dinding kamar, tersebut kebanyakan dari mereka adalah poster band.
Sebut saja, Theo adalah seorang anak Skena, begitulah bahasa gen z, sekarang.
Setelah meletakkan gitar tersebut, Theo memandang dirinya di cermin, mungkin kah ia harus berubah, Maksudnya bukan berubah menjadi power ranges, tapi penampilannya.
Dia akan memikirkannya besok, lagi pula ini sudah larut malam, sebaiknya ia tidur.
Ya, semoga ini berhasil, berjalan dengan sesuai rencana yang ia dapatkan. Theo mulai memejamkan matanya.
•••
Semua orang menatap heran ke arah Theo, mereka seperti belum pernah melihat dirinya. Seharusnya Theo membatalkan ide gilanya tentang mengubah penampilan.
"Baru kali ini, gue ngeliat cowok ganteng."
"Gila, dia murid baru?"
"Gue kok, gak pernah liat dia ya."
"Plis, semoga dia masih jomblo."
Begitulah bisikan yang Theo dengar, sepanjang jalan. Rasanya kepalanya pusing, mendengar suara mereka.
Ada pula jeritan tidak jelas, Theo segera mempercepat langkahnya, dia tidak mau semakin pusing.
"Eh, siapa lo kok masuk sini? Murid baru ya, sori kelas IPS 4 udah gak nerima anggota baru."
Theo mendecakan lidahnya, bisa-bisanya orang seperti Hisam jadi Ketua Kelas, masa sama temen sendiri aja lupa.
"Anying, Hisam bego, ini mah Theo," balas Juna, dia masih takjub dengan penampilan Theo.
"Gue sampe gak ngenalin lo bro. Habisnya rambut lo biasanya kayak batok kelapa, sekarang open jidat."
"Batok kelapa." Liam langsung tertawa ngakak.
"Terus aja terus, heran gue sama tampang teman sendiri aja lupa." Theo menaruh tasnya.
"Abisnya biasanya lo kan pake kacamata, mana rambut batok lagi." Liam segera menetralkan tawanya.
"Gue cuma mau ubah penampilan, lagian apa salahnya coba." Theo tersenyum tipis.
"Buset, auranya langsung beda, jadi cowok red flag." Satria langsung berbicara, entah sejak kapan ia ikut bergabung.
"Kalau kata gue mah jadi Bad boy. Biar kayak cowok Wattpad, yang tadi lo sebutin mah tipe cowok Au." Hisam rada kurang setuju tentang opini Satria.
"Bodoamat dah, yang penting temen gue jadi keren," balas Juna.
•••
"Woi, ada Belle tuh." Liam melihat Belle berjalan bersama dua temannya, dia cuma kenal Belle doang, yang lainnya gak kenal.
"Lah terus, disini kan lagi gak ada Theo." Satria sibuk mengunyah gorengannya.
"Lanjut makan aja lah, tuh bocah masih di suruh sama Bu Nunung."
"Yang ketua kelas siapa, yang di suruh si Theo. Aneh banget dah." Liam melirik Hisam sekilas.
"Berasa ke sindir gue, anying itu kenapa Theo nyamperin Belle...."
Mereka bertiga langsung menengggok ke belakang, untuk memastikan perkataan Hisam, takut ia berbohong atau pun salah lihat.
•••
Theo melihat sosok Belle dari kejauhan, dia yakin itu dia, Theo menarik nafas dalam-dalam dia harus beraksi mulai dari sekarang.
Berlari menghampiri mereka bertiga, mereka tampak terkejut dengan kehadiran Theo.
"Hai, gue boleh kenalan sama lo." Theo mengulurkan tangannya, pada Belle.
"Gue?" tanya Belle dengan raut bingung di wajahnya.
"Iya."
"Oke." Belle menerima uluran tangan tersebut, dia masih bingung.
"Gue Theo, seneng bisa kenalan sama lo Annabelle." Theo mengedipkan matanya, kemudian tersenyum ke arah Belle.
"What, how do you know my name?" Belle semakin heran dengan situasi ini.
"Everyone knows you, popular, kind and beautiful. Still doubting your popularity."
"Oke, gue gak meragunkan itu lagi sekarang, terbukti benar, dengan adanya lo."
"Semoga lo inget gue, bye. Another day maybe we will meet again." Setelahnya, Theo melambaikan tangannya, kemudian memasukkannya ke dalam saku.
"Cie, ada yang ngajak PDKT nih ye." Bunga yang sedari tadi melihat aksi itu, jadi salting.
"Eh, tapi gue kayak familiar ya, sama tuh orang." Niar sendiri masih mengingat-ngingat.
"Aduh, bisa-bisanya gue di deketin orang aneh, tapi dia lumayan lucu." Belle memijit kepalanya, terlalu lelah dengan kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush On You | Taesan - Belle
FanfictionBerkisah tentang Theo, yang berusaha mendapatkan perhatian sang Crush. Akankah ia berhasil, menjadikannya sebagai sang kekasih?