THREE

219 25 0
                                    


“Kak Hao?! Hanbin disini, jangan menangis kak.” Hanbin tiba-tiba muncul di depan Zhang Hao dan berlari memeluk kesayangan nya yang sedang menangis tak karuan.

“Maaf kan Hanbin ya? Hanbin tidak bermaksud membuat kak Zhang Hao seperti ini. “

“K-kau? H-Hanbin ku? Sung Hanbin?” Tanya Zhang Hao terbata-bata.

“I-iya kak, ini Hanbin. Sung Hanbin. Seorang lelaki yang paling dicintai kak Zhang Hao.” Hanbin menjawab sambil menatap mata Zhang Hao dalam.

“Maaf kak. Aku sungguh meminta maaf. Aku tadi hanya ingin mengetahui seberapa peduli dan cinta nya kak Hao dengan ku. Aku mencoba bersembunyi di balik pohon-pohon itu sambil terus mengikuti kemana kak Zhang Hao pergi. Daritadi aku terus mengikuti kak Zhang Hao tapi tidak sadar kalau kak Zhang Hao menjadi seperti ini. Maaf kak Hanbin benar-benar minta maaf. Maaf telah membuat kak Zhang Hao khawatir dan menangis hingga seperti ini. Maaf kak.” Hanbin berkata panjang lebar seraya membawa Zhang Hao kembali ke dalam pelukannya.

Hanbin ikut meneteskan air matanya karena melihat Zhang Hao yang seperti ini, dia benar-benar merasa bersalah telah membuat Zhang Hao nya menangis.

“Ti-tidak ap-apa asal k-kau kembali padaku.”

“T-tolong jangan melakukan hal ini lagi, aku benar-benar takut kehilangan mu Hanbin.”

“Iya kak, maafkan Hanbin ya? Hanbin janji tidak akan seperti ini lagi. Maaf, aku sangat menyesal.”

“Huum. Tidak! Aku tidak akan memaafkan mu! Dasar Hanbin bocah nakal! Hush hush biarkan aku yang pergi meninggalkan mu sekarang.”

Zhang Hao segera berdiri dan berjalan meninggalkan Hanbin yang sedang menghapus air matanya. Hanbin tersenyum memandangi Zhang Hao yang semakin menjauh darinya.

‘Kamu sangat lucu kak Zhang Hao, aku…. Aku benar-benar mencintaimu.’

“Kak Zhang Hao tidak boleh berjalan sendirian. Nanti hilang bagaimana? Siapa yang akan mengkhawatirkan ku nanti? Siapa yang akan berteriak memanggil namaku seperti tadi?”

“Sssttt diam atau aku benar-benar marah padamu?!”

Hanbin hanya tertawa melihat betapa lucu nya Zhang Hao itu, mata yang sembab akibat menangis, hidung yang pink kemerahan, pipi yang gembul terlihat seperti mochi. Ahh… Hanbin jadi ingin memakannya. Makan pipi itu, bukan yang lain.

“Kita akan kemana lagi? Kita daritadi sepertinya hanya berada di sekitar sini.” Setelah beberapa saat akhirnya Zhang Hao membuka suara.

"Ayo coba kita jalan dulu ke arah sana kak, siapa tau ada orang yang bisa membantu kita." Hanbin menjawab dan segera menarik tangan Zhang Hao untuk berjalan bersama nya.

Mereka berjalan pelan dan santai, mereka tampak tenang, tapi tidak dengan hati mereka yang terasa campur aduk tidak karuan. Ada rasa takut, sedih, lelah, kesal. Hingga tak berapa lama setelah mereka berjalan, mereka menemukan satu rumah yang terlihat cukup besar. Rumah itu terlihat tua dan kotor sekaligus gelap jika dilihat dari luar. Tapi tidak ada pilihan lain, mereka berinisiatif pergi kesana dan mencoba menemukan sesuatu yang mungkin bisa menolong mereka.

Mereka mengendap-endap untuk mendekat kearah rumah tersebut. Zhang Hao mengajak Hanbin masuk lewat pintu belakang saja, karena pintu belakangnya terlihat sedikit terbuka. Hanbin mengiyakan dan mereka berdua segera masuk kedalam.

Sampai di dalam, mereka berdua terkejut. Karena apa? Bangunan yang mereka kira hanya sebuah rumah biasa, ternyata itu adalah sebuah pabrik. Hanbin dan Zhang Hao bertatapan. Tatapan Hanbin seakan bertanya-tanya tempat apa ini? Apa yang harus kita lakukan? Zhang Hao yang mengerti pun mendekatkan dirinya pada Hanbin dan berbisik,

"Kita coba cari petunjuk dulu untuk mencari tau tempat apa ini. Cari tau juga kita ini berada di mana, kota mana atau desa mana.”

Hanbin yang mengerti pun menganggukkan kepalanya dan kembali mengendap-endap untuk mencari petunjuk. Diikuti Zhang Hao yang pergi ke arah berlawanan dari Hanbin.

Mungkin sekitar 20 menit lebih mereka mencari sesuatu disana, tapi mereka tetap tidak menemukan apa-apa. Ruangan yang mereka tempati pun terasa sangat panas dan pengap. Mereka juga sulit untuk menemukan sesuatu. Jika menemukan sesuatu itupun sepertinya tidak terlalu berguna bagi mereka.

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk duduk dan beristirahat terlebih dahulu. Mengingat daritadi mereka berdua hanya berjalan dan berlari, tidak ada minuman maupun makanan yang masuk ke perut mereka. Mereka benar-benar lelah dan butuh istirahat.

“Yang benar saja?! Tempat apa ini? Kenapa sangat kumuh dan berdebu? Bau lagi.” Zhang Hao berbicara pelan, hampir berbisik.

“Aku juga tidak tau. Kenapa ada pabrik seperti ini? Mana ada pabrik yang hanya menyediakan meja-meja kosong dan beberapa plastik besar di pojok sana? Ah iya, disana juga ada banyak pisau berkarat yang dikumpulkan menjadi satu di keranjang., sepertinya akan di buang?” Hanbin menceritakan beberapa hal yang dia temui.

“Emm mungkin kah dulunya ini adalah pabrik pisau? Aku tidak tau tapi itu masuk akal.” Lanjut Hanbin.

“Yaa mungkin saja. Apa kau mencium bau anyir? Daritadi aku mencium sesuatu yang aneh.” Tanya Zhang Hao.

“Iya kak benar. Daritadi aku mencium sesuatu yang sepertinya berdarah? Apa kaki atau tangan kak Zhang Hao terluka?!! Coba liat cepat!”

Hanbin segera mengecek tangan dan kaki Zhang Hao, siapa tau terluka dan mengeluarkan darah. Tapi nihil. Syukurlah Zhang Hao nya tidak terluka.

“Sssttt astaga, kecil kan suaramu Hanbin sayang.” Zhang Hao mencubit pelan pipi Hanbin karena gemas dengan tingkah nya.

“Wajar kak kalau begitu, aku benar-benar khawatir jika kak Zhang Hao tiba-tiba terluka tanpa ku ketahui. Kalau ada yang sakit bilang ya kak.”

“Sung Hanbin! Bicara pelan-pelan! Siapa tau disini ada orang lain selain kita berdua. Nanti takutnya mereka terganggu dan melihat kita disini!” Zhang Hao yang terlanjur kesal pun memukul kepala Hanbin hingga sang empu mengaduh kesakitan.

“Duh kak sakit tau." Bibir Hanbin mengerucut lucu membuat Zhang Hao tersenyum kepadanya.

"Kamu sangat lucu Bin, tolong jangan pernah pergi meninggalkan ku walaupun hanya sedetik saja."

"Um? Iya kak, Hanbin akan selalu bersama kak Zhang Hao, akan selalu di samping kak Zhang Hao."

"Janji?"

"Ja-" Ucapan Hanbin terpotong kala mereka berdua mendengar suara langkah kaki yang akan mendekat.

-
-
-
-

RintaZhang

UNREAL ERROR [BINHAO] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang