Cerita Rega

227 20 4
                                    

🌞🌞🌞

Minggu pagi yang membosankan bagi Rega, mengingat hari minggu itu kantor Papanya diliburkan. Lagipula untuk apa Papanya itu memintanya menginap tadi malam, harusnya hari ini ia bisa bersantai di apartemennya. Tapi karena menginap, di jam sembilan ini ia sudah berkeringat karena mengerjakan pekerjaan rumah atas perintah Papa. Yah, bibi yang membantu di rumahnya hanya datang sampai hari sabtu, hari dimana rumah akan kosong.

"Udah selesai Ga?" tanya Papa menghampirinya, dengan tangan membawa secangkir kopi.

"Udah."

Rega menoleh sebentar, lalu kembali menatap ke depan. Setelah mengelap kaca besar yang berfungi sebagai pintu samping rumah, Rega mendudukkan diri di kursi santai yang tersedia disana.

"Mau ngopi nggak?" tawar Papa setelah mendudukkan diri disamping Rega.

"Paling nawarin doang, Papa cuman bawa satu cangkir kalo lupa," balas Rega sewot.

Papa tertawa, anaknya lagi sensi habis beberes rumah. "Barengan kalo mau mah, ngapain repot-repot bikin lagi."

"Itu satu seruputan juga abis sama Papa, Rega mau dikasih cangkir kosong?!" Rega tambah sewot.

"Hahaha, udah si Ga, masih pagi udah emosian. Bantuin Papanya doang kayak yang habis nyangkul di sawah."

"Rega belum sarapan Pa, laper loh. Bukannya disuruh makan malah disuruh ngebabu."

Papa menyeruput kopi paginya dengan nikmat, perasaannya sangat baik pagi ini. Tak ada yang lebih menyenangkan saat di pagi hari ia sudah melihat putranya di rumah.

"Mau Papa ambilin?" tawar Papa lagi.

"Jangan ditawarin dong Pa. Kalo diiyain kayaknya kurang ajar nyuruh Papa, tapi mau ditolak juga males ngambil sendiri."

"Halahh, Rega banyakan gaya. Tunggu sini, sekalian nanti Papa mau ngobrol."

Rega mengangguk, lalu diam menunggu Papanya kembali.

Tak lama kemudian, Papa kembali membawa sepiring nasi dengan lauk yang ia masak sendiri tadi pagi, juga segelas air putih.

"Papa kapan masaknya?" tanya Rega setelah melihat beberapa lauk yang menghiasi piringnya, bahkan nasinya sampai tertutupi.

"Sebelum kamu bangun."

Rega hanya mengangguk, lalu mulai menyuap makanannya.

"Jadi, kenapa Papa suruh Rega nginep? Tumbenan."

"Papa mau nikah."

"Apa?!!"

"Nikah Ga, ya masa Hana mau Papa pacarin terus tanpa nikah."

"Ooh, sama Tante Hana."

"Ya iya, sama siapa lagi?!"

"Yaudah sana nikah, nunggu apa lagi?"

"Ck, ini anak nggak bisa serius." gumam Papa menatap Rega yang duduk bersila di atas kursi sedang mengunyah sarapan paginya.

"Ya kalo udah yakin mah tinggal nikah aja Pa, nunggu apa lagi? Kan udah Rega restuin juga."

"Papa udah pernah cerita tentang keluarga Hana belum?"

"Udah, Tante Hana ditinggal suami sama anaknya yang kecelakaan pesawat dulu kan?" jelas Rega disela-sela makannya.

"Hana masih punya anak lagi, Ga. Berarti Papa belum cerita yang ini ya?"

"Ooh, iya ya? Yaudah nggak papa. Lumayan buat temen ngobrol di rumah."

"Papa sama Hana sepakat buat adain acaranya minggu depan, Ga. Kamu nggak ada acara kan minggu depan?"

"Kalopun ada ya dibatalin aja, masa Papanya nikahan anaknya nggak ada."

Accept; Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang