Lain Orang Lain cerita

176 23 3
                                    

🌤🌤🌤

Minggu siang yang sangat panas bagi Zhiel. Remaja itu kini tengah menjemur pakaian yang baru saja ia cuci di halaman belakang. Tadi pagi ia bangun agak siang, jadi cucian yang biasanya sudah tertata rapi di tempat jemuran, hari ini malah baru ia jemur.

"Aaarghh! Panas!" serunya setelah selesai dan segera masuk ke dalam rumah. Ia lalu masuk ke dapur, menuju lemari pendingin dan mengambil minum dari sana.

"Sudah selesai El?"

Zhiel menengok, Mamanya baru kembali dari warung depan, katanya membeli beberapa bumbu masak yang sudah habis.

"Udah Ma, ini baru selesai. Mama ada beli jajan?" tanyanya seraya menghampiri, memeriksa kantong plastik hitam yang Mama letakkan di meja dapur.

"Ada jajanan pasar kalo kamu mau, tadi masih nyisa banyak di warung, takut keburu basi jadi Mama beli."

Mama mencuci tangannya, lalu mulai memindahkan belanjaannya ke dalaman wadah yang biasa ia pakai.

"Kamu udah makan El?" tanya Mama.

Zhiel yang sedang memakan kue menggeleng, mana sempat ia sarapan. Bangun tidur ia langsung mencuci pakaiannya. Mandi saja ia belum.

"Kok belum? Ini udah siang loh."

"Yaudah nanti makannya digabung aja, sarapan sekalian makan siang," balas Zhiel masih sambil menikmati berbagai jajanan pasar.

Mama menggeleng, sebenarnya agak khawatir dengan pola makan Zhiel yang terkesan asal-asalan. Makan kalau sempat, makan kalau ingat. Putra bungsunya itu banyak berubah, semenjak ditinggal pergi Ayah dan Kakaknya.

"Yaudah yang penting makan. Mandi sana, udah siang gini belum mandi juga," perintah Mama, saat sadar Zhiel masih mengenakan kaos berwarna abu dengan bawahan celana boxer, pakaian yang sama yang dipakai tadi malam sebelum tidur, alias anak itu belum mandi.

"Aku tuh bangun kesiangan tadi Ma, Mama sih nggak bangunin. Terus aku nyuci, jadi nggak inget buat makan sama mandi," elak Zhiel membela diri.

"Kan udah Mama bilang, kalo nggak sempat nyuci ya nggak usah dicuci, nanti biar Mama aja yang nyuci. Dibilangin kalo pagi itu harus makan, kok ya nggak dilakuin juga."

"Mama pasti capek ngurus rumah, jadi biarin aku bantu Mama. Padahal kalo disuruh nyapu sama ngepel juga aku bisa, kenapa Mama cuman nyuruh aku nyuci doang?"

"Itu bukan tugas kamu. Tapi kalo baju, itu kan kamu yang pakai, jadi sebisa mungkin kamu harus tanggung jawab sama apa yang kamu punya."

Zhiel mengangguk, lalu melanjutkan lagi memakan kuenya.

"Sekarang mandi El, astaga, malah makan lagi. Dilanjut nanti, sekalian makan nasi," perintah Mama tegas. Zhiel kalau nggak ditegasin ya mana mau gerak.

"Laper," rengeknya.

"Ya makanya cepet mandi. Mama ambilin makan, biar abis mandi kamu bisa langsung makan. Sana cepatan." Mama akhirnya mendorong badan Zhiel agar segera ke kamar mandi.

Dan tak butuh waktu lama, karena Zhiel juga sudah sangat lapar, jadi tak mau membuang-buang waktu lagi. Dan kini Zhiel tengah menyantap makan pagi dan siangnya di ruang tengah, ruangan yang dipakai untuk bersantai dengan hiasan televisi.

Zhiel duduk di lantai yang beralaskan karpet bulu berwarna coklat, menikmati makanan yang ia taruh di atas meja. Sambil menikmati acara televisi, juga menemani Mama melipat baju.

Semenjak kepergian Papa dan Kakak perempuannya, ruang makan dekat dapur jarang dipakai. Zhiel akan makan di ruang tengah ditemani Mama, pun sebaliknya. Entah itu makan pagi, atau bahkan makan malam. Mama akan menemani Zhiel bersarapan terlebih dahulu disini, sebelum ia sendiri berangkat ke kantor untuk bekerja. Dan Mama akan selalu mengusahakan untuk tiba sebelum makan malam, Zhiel masih belum terbiasa untuk ditinggal sendiri di rumah.

Accept; Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang