Salah Siapa?

161 13 4
                                    

🌫🌫🌫



Siang hari yang mendung, sepertinya akan turun hujan sebentar lagi. Jam istirahat hampir tiba, Rega segera menyelesaikan pekerjaannya agar tak ada kata tanggung atau tinggal sedikit pada pekerjaannya, Rega malas meneruskan sesuatu yang sudah tertunda.

Rega sedang mengetik sesuatu, saat Naya datang menghampiri mejanya. Biasanya untuk mengajaknya istirahat makan siang.

"Ga, udah selesai?" tanyanya.

Rega mengangguk, lalu membereskan kertas-kertas yang tersebar di atas mejanya. "Udah, ayo kita makan."

Lalu Naya berjalan lebih dulu dan diikuti Rega di belakangnya.

"Tunggu!"

Rega menoleh, begitu juga Naya.
Dibelakang mereka, tampak Galih yang baru keluar dari ruangan Pak Rudi, berjalan tergesa menghampiri mereka.

"Lo abis ngapain, kak?" tanya Naya setelah Galih menyusul.

"Ngasih map titipan Bu Arin."
"Kalian mau makan kan? Gue ikut, bosen gue diajakin makan Bu Arin terus."

Rega dan Naya hanya tertawa, mereka juga paham bahwa Galih itu pegawai favorit Bu Arin, salah satu atasan mereka juga. Galih sering dimintai tolong, dan sering diajak keluar untuk bertemu klien sekalian makan siang. Termasuk beberapa hari terakhir ini.

"Emang nggak bakal dicariin?" tanya Rega dengan nada meledek.

"Enggak, orangnya lagi pergi."

"Tumben lo nggak diajak,"

"Udah sih, nggak usah dibahas." Galih membalasnya dengan nada kesal. Membuat Rega dan Naya kembali tertawa, meledek Galih itu lumayan menyenangkan.

Mereka lanjut menuju warung Mang Jaja, seperti biasa mereka akan makan siang dengan menu bakso lagi.

"Mang, tiga ya biasa," ucap Rega yang memesan, sementara Galih dan Naya sudah duduk di kursi meja yang kosong.

"Siap, mas, ditunggu ya."

Rega mengangguk lalu berbalik, ikut duduk di tempat pilihan Galih dan Naya.

"Ga, nanti cek email ya, ada pesan dari Pak Gani. Kalo bisa dua atau tiga hari harus udah kelar katanya," ucap Galih saat Rega baru mendudukkan diri di sampingnya.

"Apaan?" tanya Rega bingung.

"Ya nggak tau, nggak mau tau juga."

Rega mengedikkan bahunya acuh, ia pikirkan nanti. Sekarang waktunya makan siang, tak ingin memikirkan pekerjaan dulu.

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Tanpa membuang waktu lagi, mereka segera memakannya sebelum waktu istirahat habis.

Mereka diam, suasana di meja mereka sepi karena ketiganya fokus pada makanan masing-masing, hanya bising kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya dekat mereka.

Baru berapa suap, tak sengaja netra Rega menangkap hal yang tak asing baginya. Ia melihat Azhiel agak jauh di depan sana, adiknya itu tengah berlari ke arahnya. Hal sama yang dulu pernah terjadi di tempat ini juga. Persis seperti waktu itu. Tapi bedanya dulu ia tak melihatnya karena tau-tau ditubruk dari belakang.

Rega segera berdiri, bersiap barangkali Zhiel akan menubruknya lagi seperti dulu. Galih dan Naya reflek ikut berdiri juga tanpa tau ada apa.

"Rega tolongin!" seru anak itu saat sampai di dekatnya.

Apa tadi? Rega?

"Lo kenapa?" tanyanya.

Zhiel terdiam beberapa saat untuk mengembalikan dulu nafasnya yang ngos-ngosan.

Accept; Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang