Untuk Pertama Kalinya

212 17 6
                                    

🌞🌞🌞

Pagi hari yang cerah, secerah hati Rega yang pagi ini dalam suasana hati yang baik setelah tadi malam ia rasanya tidur sangat nyenyak. Meskipun baru tidur beberapa jam karena tadi malam ia pulang larut.

Rega bangun, lalu merentangkan kedua tangannya ke atas. Mengumpulkan nyawa sembari mengingat hari apa sekarang. Tapi kemudian ia tersadar kalau hari ini adalah hari senin, hari yang paling membuat ia malas untuk mengawali awal pekan. Karena setelah hari ini berlalu, hari-hari berat setelahnya akan datang.

Belum juga Rega memantapkan hati untuk bangkit dan bersiap menjalani hari, suara ketukan pintu kamar yang tak pelan dari luar berhasil membuatnya kaget.

"Buset! Bikin kaget aja sih?!" ujarnya menggerutu sambil mengusap dada karena kaget.

"Kenapa?!" tanyanya dengan sedikit berteriak.

"Bangun! Sarapan!"

"Si Jiel ternyata," gumamnya.

"Gue mau mandi dulu!" balas Rega dengan berteriak. Harusnya bisa saja ia turun, membuka pintu, dan memberi tahu bahwa ia akan mandi terlebih dahulu tanpa harus berteriak. Tapi sayangnya Rega malas.

"Suruh makan dulu, udah ditungguin! Papa mau ngomong sesuatu!" dan parahnya, Zhiel akhirnya juga ikut berteriak dari luar kamar.

"Ck, yaudah iya!"

Mau tak mau Rega akhirnya turun, bergegas menyusul Zhiel ke bawah tanpa sekedar membasuh mukanya dulu. Dari pada kena omel Papa, yang tumbenan belum berangkat ke kantor. Ah, Rega lupa, semenjak menikah Papa berangkatnya jadi agak siang, tak sepagi dulu sebelum menikah.

Setibanya di ruang makan, Zhiel dan kedua orang tuanya sudah siap di kursinya masing-masing. Meski sudah seminggu berlalu, Rega masih belum terbiasa melihatnya, dimana empat kursi itu kini telah terisi penuh, tak seperti sebelumnya yang hanya dipakai dua kursi saja. Tanpa ia sadari, hatinya sedikit menghangat dengan pemandangan di depannya.

"Buruan, Ga. Orang lagi ditunggu kok malah cosplay jadi patung."

Teguran Papa membuat Rega sedikit tersentak, lalu buru-buru menghampiri kursinya di samping Zhiel.

"Mau ngomongin apa sih? Aku tuh belum cuci muka, Pa."

"Ayo sarapan dulu aja, biar El juga nggak terlambat."

Mereka akhirnya memulai sarapan pagi bersama. Suasana mendadak sunyi tanpa ada yang bersuara, hanya dentingan sendok yang bertabrakan dengan garpu dan piring.

Sampai kemudian acara makan pagi pun selesai, Mama segera menumpuk piring bekas makan mereka dan menaruhnya di wastafel, akan ia cuci nanti.

"Papa mau ngomongin apa sih Pa? Penting banget emang?" tanya Rega yang sudah tak sabar.

"Sabar dong Ga, Papa mau minum dulu."

Rega menghela nafasnya sebal, Papa suka berbelit-belit.
Lalu pandangannya beralih pada Zhiel, anak itu tengah menghabiskan susu vanilanya.

Lalu kemudian suara Papa terdengar menjelaskan sesuatu. "Jadi gini, menindaklanjuti pesan Pak Rudi kemarin, Papa akhirnya mengutus beliau untuk mengecek sekaligus mengawasi proses pembangunan gedung baru yang di kantor pusat. Tapi akhirnya posisi Pak Rudi di Bandung juga kosong kan, jadi untuk seminggu ke depan Papa akan menggantikan Pak Rudi dulu disana."

"Ini kenapa jadi tukeran posisi gini Pa? Kenapa nggak Papa aja yang udah disini?" tanya Rega bingung.

"Kamu tau sendiri, Papa paling nggak bisa ngurusin soal bangunan. Papa mah terima jadinya aja. Lagian, Papa mau sekalian jalan-jalan sama Mama kalian."

Accept; Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang