Cerita Hari Ini

204 17 4
                                    

🌥🌥🌥

Sepulang mengantar Zhiel ke sekolah, Rega segera mandi. Meskipun ia akan berangkat nanti, tapi ia tetap akan mandi dulu. Baru setelahnya ia akan menikmati libur setengah harinya itu dengan bersantai di ruang televisi.

"Ga.. Kopermu yang hitam dulu ditaruh mana ya?"

Rega menoleh mendengar Papa bertanya dengan suara keras dari arah tangga.

"Buat apa?" balasnya.

"Buat dimakan! Ya buat bawa baju lah, Papa mau bawa baju pake apa kalo nggak pake koper."

Rega memutar bola matanya malas, dia kan nanya serius.

"Koper Papa emang kemana?"

"Kan udah rusak, resletingnya aja macet."

Rega akhirnya berdiri, menghampiri Papa yang diam menunggu di anak tangga.

"Papa sama Mama udah nyari di kamar kamu, tapi nggak ketemu juga."

"Lah, orang nggak di kamar Rega. Dulu Rega simpan di kamar Papa, di samping kasur deket meja, terus Papa tendang ke kolong kasur."

Papa menatap Rega heran, 'masa sih?'

"Papa lupa? Setengah tahun yang lalu, pas pulang liburan dari Bali kan Papa sendiri yang minta koper Rega, katanya biar Papa aja yang simpen. Yaudah Rega taruh di kamar, terus nggak tau kenapa Papa main tendang aja kopernya ke kolong. Sekarang nyariin sendiri, salah siapa?!"

Papa akhirnya mengangguk, "yaudah Papa lanjut cari lagi. Ayo bantu."

Rega hanya pasrah, tangannya ditarik menuju kamar sang Papa. Padahal niatnya ingin menikmati libur setengah harinya dengan bersantai, tapi sepertinya ia harus merelakannya untuk membantu orang tuanya beberes.

'Tak apa lah, itung-itung berbakti sebelum mereka pergi.'

🌤🌤🌤

Siang hari di sekolah Zhiel, hari ini sangat panas, Zhiel hampir saja berteriak karena tak kuat lagi saking panasnya. Zhiel paling tak suka panas-panasan, tapi memang sepertinya Zhiel dan panas tak bisa dipisahkan, buktinya kelasnya malah kebagian jam olahraga di siang bolong seperti sekarang ini.

"Ra! Bagi minum dong," pinta Zhiel pada Namira, teman sekelasnya, setelah jam olahraga selesai.

"Udah abis, diminum Dika noh! Emang suka ngelunjak tuh temen lo, dikasih hati malah minta jantung!" balas Namira dengan emosi yang sepertinya masih menggebu.

Zhiel lalu menoleh, melihat kearah yang Namira tunjuk. Ada Dika, temannya, dan Rion si ketua kelas, sedang duduk istirahat di bawah pohon besar.

"Cariin dong, haus nih gue."

"Beli aja, punya anak cewek udah pada abis dirampok kaum lo."

"Yaudah beliin sana, tolongin lah," pintanya Zhiel. Tak ada pilihan lain, ia sudah capek, haus pula.

"Duitnya sini, sekalian gue mau ke kantin," balas Namira dengan tangan terulur.

"Air mineral aja Ra, sisanya buat lo aja buat ongkos."

"Yeuu kampret! Sisa seribu doang, juga."

Zhiel hanya tertawa, lalu ia beralih mendekati Dika dan Rion.

"Minum, El. Lo udah kek vampir, pucet banget," ujar Dika saat Zhiel mendudukkan diri di sampingnya.

"Nggak ada air, satu-satunya harapan gue udah lo abisin tuh."

Dika hanya tertawa memandang botol minum Namira yang masih ia pegang.

"Gue haus banget, jadi bablas sampe abis," ujarnya.

Accept; Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang