12. BERBAGI RANJANG

569 45 5
                                        

Kaivan mengajak Keynara ke basecamp tempatnya melakukan balapan dulu. Tapi kali ini Kaivan membawa Keynara masuk ke dalam suatu ruangan yang terletak di tengah-tengah basecamp tersebut.

Kaivan membuka kunci ruangan dan menyeret Keynara masuk bersamanya.

"Lo duduk disini." Kaivan menunjuk sofa panjang di dekat Keynara.

Keynara panik saat melihat Kaivan membuka bajunya. "K-kenapa kamu buka baju?"

Kaivan berdecak. "Diem. Nggak usah bacot!"

Kaivan menjauhi Keynara. Laki-laki itu mengambil sarung tinju di meja dan berjalan di tengah ruangan. Disana terdapat samsak tinju berukuran besar, kemudian Kaivan meninju samsak itu dengan membabi buta. Ya, Kaivan berusaha menyalurkan kekesalannya pada benda mati di depannya.

Keynara mengamati Kaivan. Sepertinya laki-laki itu sedang marah, atau kesal?

Setelah ber jam-jam berdiam diri dan melihat Kaivan tak kunjung menghentikan kegiatannya, Keynara menjadi khawatir. Perempuan itu memberanikan diri untuk mendekati Kaivan.

"Kaivan... kamu kenapa?"

Kaivan tak menjawab, keringat mengucur deras dari pelipis hingga leher laki-laki itu.

"Kaivan berhenti!"

Kaivan tidak lagi meninju samsak di depannya, "kenapa?" Tanya laki-laki itu dengan wajah datar.

"Kamu yang kenapa? Memangnya kamu nggak capek mukul benda itu terus?"

"Gue lagi kesel, gue butuh pelampiasan."

"Ini udah hampir malam. Kamu nggak boleh terus-terusan begini, aku juga harus pulang."

"Lo ikut pulang ke apartment gue malam ini,"

Keynara mendelik. "Nggak bisa, kamu laki-laki dan aku perempuan. Kita nggak boleh tinggal di satu atap."

Kaivan menaikkan sebelah alisnya. "Lo berani bantah gue? Gue udah pernah bilang kalau lo itu main—"

"Iya, aku tau kalau aku itu cuma mainan kamu! Tapi bukan berarti kamu bisa ngatur semua hidupku." Sahut Keynara cepat.

Kaivan menatap Keynara tajam. "Tanpa gue, lo udah di keluarin dari sekolah, cupu!"

Keynara tercekat. Nyalinya menghilang seketika begitu melihat wajah murka Kaivan.

"Lo itu cuma sampah! Muka lo boleh polos, tapi gue yakin kelakuan lo sebaliknya! Lo itu nggak lebih dari perempuan murahan!"

Keynara mengerjabkan mata, perempuan itu bahkan tidak menyadari kalau air matanya mulai turun dengan sendirinya.

Setelah melontarkan kalimat pedas, Kaivan tiba-tiba terdiam. Kaivan melihat tubuh bergetar Keynara, perempuan itu menggigit bibir kuat agar isakannya tidak lolos darisana.

Kaivan mengepalkan tangannya kuat. "Gue minta maaf."

Padahal, Maaf adalah kalimat yang sakral bagi Kaivan. Laki-laki itu tidak pernah sudi meminta maaf walau kenyataannya memang dia yang bersalah.

Keynara masih diam dengan kepala menunduk. Air matanya masih mengalir melewati kedua pipinya.

Kaivan membawa tubuh Keynara ke pelukannya,

"Kalau lo nggak berhenti nangis, gue perkosa lo disini!" Ancam Kaivan. Sebenarnya ancamannya hanya omong kosong belaka, karena dia memang tidak suka melihat Keynara menangis.

Keynara berangsur-angsur diam. Walau kadang isakan kecil masih lolos di bibirnya.

Kaivan memegang dagu Keynara dan mengangkatnya, Kaivan bisa melihat mata bulat Keynara berair dan sembab.

"Gue nggak suka di bantah Keynara," bisik Kaivan pelan. Laki-laki itu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir penuh milik Keynara. "Mulut gue emang pedes kalau lagi marah. Jadi, jangan coba-coba nguji kesabaran gue."

***

Setelah perdebatan alot hingga menyebabkan Keynara menangis tadi, akhirnya Keynara terpaksa menginap di rumah Kaivan. Hanya malam ini.

"Lo tidur disini sama gue."

"A-aku tidur di kamar lain aja."

"Lo mau bantah gue lagi?"

Keynara menggeleng cepat. "Bukan gitu... kita nggak boleh tidur se kamar."

Kaivan berdecih, "lo takut gue apa apain?"

Keynara menggeleng walau dalam hati mengangguk setuju.

Keynara berjalan ke arah ranjang dengan gugup. Kaivan sudah berbaring terlebih dahulu di ranjang berukuran besar itu. Keynara tidur di pinggir ranjang, berusaha menjaga jarak sejauh mungkin dari Kaivan.

"Ngapain lo jauh jauh gitu? Lo pikir gue kuman yang harus di jauhin?" Tanya Kaivan ketus.

"B-bukan gitu Kaivan..."

"Ya terus?"

"Kita nggak boleh deket deket."

"Ckk ribet." Kaivan menarik tubuh Keynara agar lebih merapat padanya.

Keynara memekik, perempuan itu hendak bergerak menjauh tapi tangan Kaivan sudah melingkari perutnya dengan erat.

"K-kaivan... jangan gini."

Kaivan terdiam. Laki-laki itu menatap wajah Keynara dari samping, Kaivan suka melihat wajah Keynara. Perempuan itu memiliki hidung mungil dan mata yang cantik disertai bulu mata lentik, membuat siapapun tidak bisa mengalihkan pandangan dari perempuan itu.

Ah tunggu, kacamata sialan itu menganggu penglihatan Kaivan.

Kaivan melepas kacamata Keynara dan menaruhnya sembarangan di laci sebelahnya.

"Kaivan..."

"Lo cantik." Bisik Kaivan tanpa sadar.

"A-apa?"

"Lo budek ya? Gue bilang lo itu jelek banget."

Keynara mengangguk setuju. "Iya aku tahu."

Kaivan menghirup aroma Keynara dalam dalam. Laki-laki itu menyandarkan dagunya di atas kepala Keynara. Kaivan tidak mengerti, memeluk perempuan akan se menenangkan ini.

"Good night, Key."

*****

Mulai nyaman ya kamu Kai?🤣🤣🤣

Maap yaaw kalo part ini pendek sekalii, aku males nambahin🙏🏼😭😭

Jangan lupa vote dan komennyaa💖

DEVIL OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang