Hari ini Keynara merasa senang karena Diana akhirnya kembali bersekolah.
Diana langsung memeluk Keynara erat begitu perempuan itu masuk ke dalam kelas. Setelah itu, Diana menceritakan keadaan neneknya sekaligus liburannya kemarin. Tak lupa, Diana juga membawakan Keynara oleh-oleh. Sebuah jam tangan yang Keynara rasa harganya sangat mahal.
"Din, aku nggak bisa terima ini."
"Sssttt pokoknya gue nggak terima penolakan ya Key! Kalau lo menghargai gue sebagai temen, lo harus pakai jam tangan itu."
Akhirnya Keynara mengangguk kecil.
"Makasih ya Din."
"Sama-sama Key. Oh iya Key, gimana kabar prince charming gue sewaktu gue nggak ada disini?"
"Aku rasa dia baik-baik aja kok Din." Sebenarnya Keynara ingin menceritakan tentang Dirga. Tapi dia tidak mau Diana salah paham, Diana itu tipe perempuan overprotektif kalau menyangkut soal Dirga. Dan Keynara rasa dia harus mulai menjaga jarak dengan Dirga untuk menghargai perasaan Diana. Selain itu, dia juga tidak mau membuat masalah dengan Zolanda lagi.
"Oh oke. Btw gue punya hadiah buat Dirga juga loh Key," ucap Diana antusias.
"Oh iya?"
"Iya, gue bawain sepatu sport gitu buat dia, biar bisa dipake latian basket."
"Kamu baik banget Din." Keynara tersenyum tipis.
"Iya dong Key. Menurut lo, gue ngasihnya pas jam istirahat atau pulang sekolah pas dia latian nanti aja ya?"
"Ermm itu sih terserah kamu aja Din."
"Gimana kalau lo aja yang ngasih sepatunya ke Dirga?"
Mata Keynara membulat. "Eh, kok aku?"
"Gue bisa pingsan kali Key kalau liat Dirga dari deket. Pliss bantuin gue ya Key," Diana menunjukkan wajah memelas andalannya.
"Enghh gimana ya..." Keynara bingung. Dia kan harus menjaga jarak dengan Dirga, lalu kalau dia setuju menjadi kurir untuk Diana bisa-bisa keadaan akan bertambah rumit.
"Lo kan temen gue yang paling baik Key. Mau ya, ya?" Diana bicara lagi,
Keynara mau tidak mau hanya mengangguk pasrah. Dia tidak bisa menolak Diana, tapi disisi lain dia juga harus menjauhi Dirga. Bagaimana ini?
*****
Disaat Zolanda sedang tertawa cekikikan dengan teman-temannya, Kaivan, Alka dan Selatan datang ke meja mereka. Kaivan duduk di sebelah Zolanda. Melihat kedatangan Kaivan, Zolanda langsung tersenyum sumringah. Ada gerangan apa Kaivan mau menghampirinya duluan?
Sedangkan Selatan dan Alka merasa tidak nyaman karena teman-teman Zolanda yang dandanannya mirip ondel-ondel mau konser menempeli mereka dan mengedipkan mata genit,
"Babe, tumben kamu nyamperin aku duluan. Kamu kangen, ya?" Suara Zolanda dibuat-buat seksi.
Alka bergidik melihatnya. Laki-laki itu berbisik pelan di telinga Selatan, "ngapain sih Kaivan datengin nenek lampir itu?"
"Jangan nunjukin wajah bego gitu, gue juga enggak tau." Balas Selatan singkat. Sebenarnya dia juga sudah tidak betah lama-lama berada disini. Entah kenapa, hawa di sekelilingnya mendadak jadi panas.
"Gue nggak mau basa basi. Gue cuma mau ngomong, jangan berani-berani ganggu Keynara lagi. Karena mulai sekarang dia punya gue."
Zolanda membelalakkan mata tak percaya. Bibir yang berpoles lipstik tebal itu juga terbuka lebar saking kagetnya.
"Lo tau kan, kalau gue paling nggak suka ada orang yang ganggu punya gue?"
"Haha aku pasti salah denger kan, yang kamu maksut itu siapa?"
"Gak usah pura-pura bego! Yang gue maksud adalah cewek yang kemarin lo kunciin di gudang sama geng sampah lo itu!"
Zolanda semakin tercengang. Perempuan itu menggeram tanpa sadar.
"Kamu nggak kena pelet cewek sok suci itu kan Kai? Kemarin Dirga, sekarang kamu?!"
"Tolol banget masih percaya begituan." Kaivan mendengus malas. "Kali ini gue cuma ngasih peringatan ke lo. Lain kali, kalau lo dan geng sampah lo itu berani sentuh Keynara, lo akan terima akibatnya!" Setelah mengatakan itu Kaivan pergi disusul oleh Alka dan Selatan di belakangnya.
Zolanda mengepalkan tangan erat. Perempuan itu menatap teman-temannya dengan mata menyala, "kalian semua denger apa yang di omongin Kaivan tadi kan?"
Ketiga teman Zolanda mengangguk.
"Sialan banget tuh cewek! Gue nggak ngerti kenapa semua cowok yang gue suka tiba-tiba belain cewek miskin itu!"
"Sabar Zo, gue yakin Kaivan cuma main main sama tuh cewek" ucap Briana.
"Gak! Gue gak bisa sabar. Pokoknya dia harus di kasih pelajaran biar tau diri!"
"Kali ini gue nggak mau ikutan ah, gue takut sama Kaivan." Katy, teman Zolanda ikut menyahut.
"Nanti gue pikirin gimana cara ngerjain si miskin itu tanpa kita harus turun tangan." Ucap Zolanda menatap Briana, Katy, dan Audrey dengan senyum licik.
*****
Saat pulang sekolah Keynara memberanikan diri untuk menemui Dirga di lapangan basket. Teman-teman Dirga yang melihatnya pun langsung bersorak dan memberikan mereka tatapan jahil.
"Ada apa ya Key?"
"Anu— aku mau ngasih kamu ini." Keynara menyerahkan bingkisan dari Diana dengan kikuk.
Dirga menerimanya dengan senyum manis. "Wah makasih Key. Dalam rangka apa nih gue dapet hadiah?"
"Sebenernya ini titipan dari temen aku, Diana. Aku cuma disuruh ngasih ke kamu."
Penjelasan Keynara membuat Dirga sedikit kecewa. "Oh gitu, bilangin makasih ya ke Diana."
Keynara mengangguk, "iya. Kalau gitu aku pulang dulu ya Dirga."
"Tunggu bentar." Ucapan Dirga membuat Keynara bingung,
Ternyata Dirga kembali ke teman-temannya dan bicara pada mereka, lalu setelah itu Dirga berjalan ke arah Keynara dengan membawa ranselnya.
"Biar gue anter pulang Key,"
"Ah nggak usah Dirga, aku bisa pulang sendiri."
"Kenapa? Lo takut dimarahin pacar lo, ya?"
"Huh?" Keynara menatap Dirga bingung.
"Kaivan pacar lo, kan?" Tanya Dirga memastikan.
Keynara segera menggeleng cepat.
"Terus kenapa kemarin dia bersikap kaya gitu sama lo?"
Keynara terdiam sesaat berusaha mencari alasan yang tepat. "Aku enggak tau juga Dirga. Aku bukan siapa siapanya Kaivan. Aku cuma tukang bersih-bersih di apartemen dia."
Dirga menghela nafas lega. Dia menyimpulkan kalau ucapan Kaivan kemarin hanya omong kosong. "Syukurlah kalau gitu. Eh maksud gue, cewek kaya lo gak pantes sama cowok kaya Kaivan." Dirga buru-buru menambahkan.
Keynara berdeham kecil. "Memang, Kaivan itu punya segalanya sedangkan aku—"
"Eh bukan gitu maksud gue." Dirga segera menyela.
"Lo terlalu baik buat cowok semacam Kaivan, Key."
Keynara mengedipkan mata beberapa kali. Perempuan itu terlihat linglung.
"Gue udah pamit ke temen-temen gue buat nganter lo pulang. Lo mau kan gue anter?"
Keynara berada di posisi serba salah. Mau menolak tidak enak mau menerima juga tidak enak. Dia jadi bingung sendiri.
"Iya." Jawab Keynara akhirnya. Dirga sudah banyak membantunya. Keynara tidak enak ingin menolak kebaikan laki-laki itu.
Lalu mereka berjalan beriringan menuju parkiran sekolah.
Tak jauh darisana, seseorang menatap mereka dengan senyum licik.
"Mampus lo cupu. Gue pastiin setelah ini lo gak akan punya temen di sekolah ini lagi!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL OBSESSION
Teen FictionKaivan Aeron Aldrich. Laki-laki berhati iblis yang bersembunyi di balik wajah malaikat. Mabuk-mabukan, berkelahi, balap liar, bahkan bermain wanita, itulah kesenangannya. Hingga suatu malam ia dipertemukan dengan perempuan berpenampilan kacau bernam...