Jisung dan Jaemin telah selesai makan, Jaemin akan mengantarkan Jisung pulang saat melihat pemuda Park itu sudah mengantuk, matanya sudah sayu, bibirnya yang merah itu menguap beberapa kali dan kemudian cemberut karena tidak menemukan posisi yang bagus untuk tidur.
"Ayo kita pulang,"
Jisung mengangguk, dia mengikuti seluruh langkah Jaemin yang kini menuntun dirinya, Jisung tidak bisa berjalan dengan benar karena matanya benar-benar mengantuk.
"Di mana rumahmu?" Tanya Jaemin.
"Di jalan xxx, paviliun anggrek bulan!" Ucap Jisung, dia kini menyamankan posisinya di kursi penumpang, dia benar-benar mengantuk. Jaemin hanya mengangguk, dia memegang duduk di kursi pengemudi, menatap Jisung yang sudah tertidur. Jaemin menghela napas saat melihat Jisung tidak memakai sabuk pengaman karena terlalu mengantuk.
Jaemin mendekati Jisung yang sudah ada di dalam alam mimpinya, dia memasangkan sabuk pengaman untuk Jisung, setelahnya dia mengemudi dengan tenang sembari sesekali melirik Jisung yang sudah tertidur pulas.
"Dia tidur terlalu nyenyak, sepertinya jika terjadi tsunami mendadak dia juga tidak akan sadar dan saat dia tersadar, dia akan ada di dunia lain." Gumam Jaemin.
Jaemin menyetir dengan tenang, dia mulai berpikir bagaimana caranya membujuk kakeknya Jisung agar menyetujui proposal pernikahan mereka.
Menurut Jaemin tantangan terbesar dan yang paling sulit untuk mempersunting Jisung adalah restu kakeknya.
Bayangkan saja orang tua itu telah merelakan hirarki kekuasaannya demi melindungi keluarganya dan tiba-tiba salah seorang dari hirarki itu mendatanginya dan meminta cucu tersayangnya sebagai seorang menantu dari keluarga bangsawan yang sudah susah payah ia jauhkan dari pandangan sang cucu.
Pasti akan sulit untuk membujuk orang tua itu, tapi Jaemin tidak bisa melepaskan sendok emas ini. Jisung adalah sebuah keberuntungan yang tidak mungkin dilepaskan oleh Jaemin, dengan adanya Jisung maka dia mendapatkan kekuatan dari keluarga sebelah ibu Jisung yang merupakan keluarga bangsawan tertua dan terkuat di negara ini. Jadi musuh-musuhnya akan berpikir ribuan kali untuk mencoba mencelakai dirinya ataupun Jisung.
Selain itu legimitasi Jaemin sebagai seorang pewaris menjadi hukum mutlak yang tidak dapat diganggu oleh siapapun termasuk oleh ayah tiri dan ibu kandungnya itu. Belum lagi dukungan yang akan dia dapatkan dari keluarga Jisung, dukungan itu berupa kekuatan dari penjagaan ketat yang dimiliki kakeknya Jisung.
Siapa yang tidak tahu betapa hebatnya para penjaga dari keluarga bangsawan 'Han', mereka memiliki tentara sendiri, pengawalan sendiri, dan hak-hak istimewa yang bahkan sulit dijangkau oleh bangsawan lainnya. Jadi walaupun tidak berkuasa sebagai pemimpin para bangsawan tetapi keluarga Han tetap bisa mengontrol mereka semua dibawah kendalinya, karena itu Jaemin tidak boleh kehilangan hal ini.
Jika urusan cinta, hal itu tidak terlalu dipikirkan oleh Jaemin. Karena cinta datang secara tiba-tiba, mungkin saja dia akan jatuh cinta kepada Jisung atau mungkin saja tidak dan malah jatuh cinta kepada orang lain. Tapi satu hal yang pasti, Jaemin tidak akan pernah melepaskan Jisung ataupun mengkhianati Jisung. Karena menurutnya pernikahan itu hanya sekali seumur hidup.
Jaemin memang tidak tahu di masa depan akan kemana arah hatinya, karena hati manusia itu berubah-ubah tidak akan pernah abadi, tapi komitmen yang terucap akan selalu abadi. Karena itu walau tidak saling mencintai tapi komitmen miliknya tidak akan pernah berubah, Jisung akan selamanya menjadi awal dan akhir dirinya dan juga selalu menjadi satu-satunya orang yang akan menghabiskan seumur hidupnya dengan Jaemin.
Saat sudah sampai, Jaemin membangunkan Jisung, "Jisung, bangun. Kita sudah sampai di rumahmu!"
Jisung sedikit mencebik kesal, tetapi dia membuka matanya, Jisung dengan kesal mengusap matanya yang langsung dihentikan oleh Jaemin.
"Hentikan hal itu, kamu hanya akan melukai matamu!"
Jisung menatap Jaemin sinis,"Yang dokter kan aku, jadi kenapa kamu yang sok tau?"
Jaemin hanya tersenyum paksa, dia tidak bisa membalas ucapan Jisung lebih tepatnya malas, karena di sini adalah daerah kekuasaan Jisung, jika dia salah bicara sedikit saja mungkin nyawanya akan melayang. Apalagi Jaemin melihat ada beberapa orang yang bersembunyi di kegelapan dengan pistol ditangan mereka yang kini berusaha membidik kepalanya.
"Iya, kau adalah dokter dan kau yang paling tahu!" Balas Jaemin.
Jisung mengangguk puas, kemudian dia keluar dari mobil itu dengan sempoyongan karena masih mengantuk.
Jaemin menuntun Jisung, "Kenapa kau masih di sini?" Tanya Jisung bingung.
"Aku ingin bertemu kakekmu untuk membahas pernikahan kita," ucap Jaemin.
Jisung yang mengantuk seketika kembali segar, matanya melotot tidak percaya, "SEKARANG? KAU GILA, NA JAEMIN!" pekiknya terkejut.
Jisung yakin sepertinya hidup Jaemin hanya akan sampai di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble
ActionTidak seharusnya Jisung merawat seorang pasien yang tiba-tiba datang ketempat nya