Jisung mendelik marah kenapa Jaemin jadi menyalahkan dirinya padahal kan yang menjebak Jisung adalah Jaemin. Lagipula Jisung bukan penurut hanya saja lupakan, ini emang salah Jisung yang terlalu mudah menurut.
"Kenapa menatap ku seperti itu? Tidak terima? Padahal aku mengatakan fakta!"
Jisung cemberut, dia pundung karena kalah dari adu mulut dengan Jaemin.
"Ya! Aku ini berniat baik dengan menolong mu! Tapi kau malah menipuku!" Jisung marah, bibirnya mengerucut, menatap Jaemin tajam penuh dendam, dia masih berusaha memenangkan pertarungan sengit ini dengan penipu seperti Jaemin.
Jaemin terkekeh gemas, "Iya kau memang membantu ku saat ini!"
"Membantu apa?"
"Dengan menikah denganku maka kamu membantu ku untuk bisa menguasai pemerintahan dan menyelamatkan sepupumu dari hukuman mematikan itu," ucap Jaemin berbohong, sepupu Jisung pasti akan selamat jika tuan Han ikut campur tangan dalam masalah ini.
Jisung yang terdiam kini mengangguk-anggukkan kepalanya paham, "Oh! Aku baru kepikiran! Kau cerdas!"
Pemikiran yang sangat sederhana, begitulah yang ada di benak Jaemin. Orang seperti ini akan gampang terjebak dalam situasi yang membahayakan, sepertinya Jaemin harus memastikan pemuda ini tidak menjadi sasaran empuk bagi keluarga bangsawan.
Jaemin mencubit pipi Jisung gemas, "Jangan pernah menunjukkan sikap sembrono mu kepada orang lain di sini, karena itu akan membahayakan dirimu,"
Jisung mencoba melepaskan cubitan di pipinya, "lepaskan! Ini sakit tahu!"
Jisung menatap Jaemin dengan wajah memerah, pipinya mengembung, matanya berair karena rasa sakit akibat cubitan Jaemin.
Jisung nampak ribuan kali menggemaskan saat ini membuat Jaemin tidak bisa mempertahankan kewarasan yang bertengger di kepalanya.
Jaemin memeluk Jisung, mengecup pipi merah itu layaknya pasangan kekasih, Jisung menggeliat tidak nyaman.
"Lepaskan! Jangan sentuh-sentuh, aku masih marah!" Rajuk Jisung.
"Iya, iya! Jadi jangan marah nanti aku semakin gemas,"
Jisung terkekeh bangga, "Aku memang sangat menggemaskan dan tampan! Tapi tunggu! Kau berjanji akan menjamu ku untuk makan kan? Sekarang mana makanannya, aku sudah lapar!"
"Ayo aku akan mengajakmu makan malam, lalu kau ingin bertemu sepupumu atau tidak?" Tanya Jaemin.
"Mau!"
Jaemin dan Jisung berjalan menuju ruang makan, sebelum masuk Jaemin menyuruh pengawal untuk memanggil sepupu Jisung berserta suaminya.
Jisung masuk ke dalam ruang makan matanya berbinar saat terdapat banyak makanan kesukaan dirinya, dia menatap Jaemin tajam bagaimana bisa Jaemin tahu makanan kesukaan dirinya.
"Kenapa kau tau apa saja makanan kesukaan ku?"
"Aku bertanya pada ayahmu!"
"Ayah? Kau kenal ayahku?" Tanya Jisung.
"Iya, hanya saja dia sudah pergi pulang tadi!"
Jisung cemberut, "Padahal aku tadi ingin menemui ayahku dan bertanya kenapa tidak pernah menemui diriku!"
"Ayahmu sedang sibuk, nanti dia pasti akan menemui dirimu dan menjelaskan mengapa dia tidak pernah bertemu dengan dirimu!" Ucap Jaemin.
Jaemin tidak ingin menyulut rasa benci di dalam diri Jisung, karena nyatanya yang memisahkan Jisung dengan ayahnya adalah sang kakek yang tak ingin cucunya masuk ke dalam kehidupan bangsawan yang kotor. Tapi Jisung ternyata memang ditakdirkan untuk menjadi bangsawan buktinya sekarang dia menjadi calon pasangan dari pewaris tunggal keluarga Na.
Jisung mengangguk paham, dia tidak ingin berpikiran buruk. Lagipula kata mamanya, sosok ayahnya itu sangatlah menyayangi dirinya walaupun tidak bisa bertemu dengan dirinya.
Jaemin mengambil piring kemudian menaruh lauk di piring Jisung kemudian mengusap kepala Jisung, "Ayo makan, setelah ini aku akan mengantarmu pulang!"
Jisung tersenyum manis, "Ayo!"
Jisung memakan makanannya dengan lahap, Jaemin memperhatikan Jisung dengan tatapan meneliti, walaupun makan dengan lahap tapi tata krama Jisung masih terlihat layaknya bangsawan lainnya.
Jaemin tersenyum, sepertinya dia tidak perlu memberikan Jisung kelas tata krama ataupun lainnya karena Jisung sudah pandai mungkin karena berasal dari keluarga Han.
"Kenapa melihat ku terus? Kau ingin mengambil makananku? Tidak boleh!" Jisung melindungi piringnya, sembari menunjukkan tanda silang dengan lengannya, dia menatap Jaemin dengan tatapan menyelidik.
Jaemin terkekeh, lagi-lagi dia dibuat gemas oleh dokter muda yang lugu ini, "Tidak kok,"
Jisung mengangguk kemudian sibuk dengan makanannya.
"Jisung, malam ini aku akan bertemu kakekmu! Aku ingin meminta restu untuk pernikahan kita sehingga pernikahan ini bisa dilaksanakan minggu depan!"
Uhuk!
Jisung tersedak karena omongan Jaemin yang tiba-tiba itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble
ActionTidak seharusnya Jisung merawat seorang pasien yang tiba-tiba datang ketempat nya