Jisung mengemudikan mobilnya, dia melihat sesekali ke arah Jaemin yang menatap jalanan dengan fokus seakan-akan memikirkan hal yang besar.
"Memikirkan apa?" Tanya Jisung.
Jaemin menggeleng pelan. Tidak mungkin dia menjawab pertanyaan Jisung dengan jujur saat ini, karena yang ada dalam pikiran Jaemin saat ini adalah bagaimana cara mengatakan kepada ibunya bahwa Jisung adalah kekasihnya tanpa ada kalimat penolakan dari Jisung.
Jisung yang tidak mendapatkan pertanyaan hanya acuh, lagipula apapun yang dilakukan Jaemin bukanlah urusannya. Setelah mengantar Jaemin pulang dia akan kembali ke kehidupannya yang sangat menyenangkan.
Menurut Jisung sangat menyenangkan hidup dengan mengabdikan diri kepada masyarakat. Bagaimanapun Jisung adalah seorang dokter sejak awal cita-cita yang ada padanya adalah mengabdikan diri kepada masyarakat.
"Sekarang kita akan pergi kearah mana?" Tanya Jisung kepada Jaemin.
Jaemin mengarahkan jalan, diam-diam dia menatap Jisung. Sebenarnya dia tidak tega untuk melibatkan Jisung dengan kejadian seperti ini, tapi apa boleh buat saat ini hanya Jisung harapan Jaemin satu-satunya.
Jaemin menatap ke depan, dirinya melihat gantungan kunci salah satu prodi di universitas tempat para bangsawan berada. Setahu dirinya universitas itu hanya menerima para bangsawan, tapi kenapa Jisung memiliki barang tersebut.
"Jisung, gantungan kunci itu?" Tanya Jaemin.
"Oh ini? Gantungan kunci dari universitas xxxx, aku salah satu alumni di situ!" Jawab Jisung tanpa beban.
"Bukannya itu universitas untuk para bang-"
"Oh itu, ibuku mengatakan padaku bahwa ayahku yang mendaftar aku ke sana. Aneh bukan? Selama aku menempuh pendidikan diriku selalu berada di sekolahnya para bangsawan padahal aku hanya seorang warga biasa."
Jaemin menatap Jisung heran, setahu Jaemin sistem sekolah khusus bangsawan sangatlah ketat tidak mungkin ditembus oleh orang biasa sekaya apapun mereka.
"Kau pernah bertemu ayahmu?" Tanya Jaemin.
Jisung menggeleng, "Aku hanya tinggal berdua bersama ibuku, tapi 3 hari sekali ibuku akan pergi untuk bertemu dengan ayahku. Ketika ibu pulang dia akan membawakan barang-barang mewah dari suaminya itu,"
"Apakah kau pernah bertanya sebagai apa rupa ayahmu? Atau kenapa ayahmu tidak pernah menemui mu?" Tanya Jaemin lagi.
"Aku pernah bertanya hanya saja ibu selalu menjawab itu bukan urusan ku, yang terpenting aku lahir dalam ikatan pernikahan."
"Apa kau ikut marga ibumu?"
Jisung menggeleng, kemudian fokus ke jalanan. Hubungan keluarganya memang sedikit aneh dan Jisung akui itu.
"Apakah keluarga mu tidak ada yang protes?"
"Mereka hanya diam menutupi segalanya, jadi aku bisa apa?"
Jaemin menganggukkan kepalanya, sepertinya dia harus mencari lebih dalam asal-usul Jisung. Tidak mungkin seorang warga biasa bisa sekolah ditempat yang dikhususkan untuk para bangsawan seperti mereka.
"Jaem, kau serius ini area rumahmu?" Tanya Jisung kebingungan.
Saat ini mereka berada di gerbang manor utama keluarga Na. Tentunya hal itu membuat Jisung kebingungan, bagaimana mungkin Jaemin bisa memiliki area perumahan yang seperti bangsawan.
"Iya, ini rumahku! Ayo masuk!" Seru Jaemin.
Jisung mengangguk, melajukan mobilnya kembali menuju gerbang namun, sayangnya mereka langsung dicegat oleh pengawal yang berjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble
ActionTidak seharusnya Jisung merawat seorang pasien yang tiba-tiba datang ketempat nya