Terlihat Jisung dengan jas yang penuh darah tertidur di kursi disebelah bangkar tempat pasien misterius-nya tergeletak. Jisung memegang tangan sang pasien dengan erat. Jisung tertidur dengan sangat lelap, dirinya kelelahan karena mengurus pendarahan serius yang dialami pasiennya itu.
Perlahan-lahan, mata pasien yang dirawatnya terbuka menatap ke sekeliling dengan tatapan kebingungan.
"Dimana ini?" Gumam pria misterius itu.
Dirinya mengarahkan pandangannya ke arah tangannya yang terasa hangat. Disana dia melihat seseorang berambut cokelat tertidur sembari memegang tangannya. Jas putih pemuda itu penuh dengan darah mengering, pemuda ini menduga bahwa pria ini adalah seorang dokter yang menyelamatkan dirinya.
Pemuda misterius itu ingin segera bangkit namun, dia urungkan saat nada dering ponsel penyelamatnya berdering. Tanpa basa-basi pemuda itu langsung berpura-pura tidak sadarkan diri.
Sang penyelamat terbangun, kemudian dia menatap ponselnya yang berdering. Mengangkat ponsel itu dan me-loud speaker hp tersebut.
"Halo?"
"YAK! JISUNG! KENAPA KAU TIDAK DATANG KEMARIN HAH? KAU INGIN KU BUNUH?"
Pemuda yang berpura-pura tidak sadarkan diri itu kini tahu nama pemuda yang menolongnya itu, Jisung. Nama yang cukup indah.
Jisung meringis, tidak menjawab. Jisung sudah menduga bahwa sepupunya itu akan marah-marah karena dia tidak hadir ke pestanya.
Ya, mau bagaimana lagi. Sumpah Jisung adalah mengabdikan diri kepada pasiennya. Jisung tidak bisa melalaikan tugasnya walaupun segenting apapun.
"YAK! PARK JISUNG! KENAPA TIDAK MENJAWAB? KAU SUDAH MATI?" teriak sepupunya lagi.
Oh, ternyata namanya adalah Park Jisung. Diam-diam pemuda misterius itu tersenyum tipis. Matanya terbuka menatap sosok indah dengan jas dokter miliknya.
Jisung mondar-mandir, dirinya menggigit jarinya sendiri tanda dia gugup. Menurut pengamatan pemuda ini, sosok sepupu Jisung adalah orang yang menyeramkan walaupun lebih menyeramkan dirinya sih.
"Maaf, Rein. Kemarin aku mendapatkan pasien yang sangat mendesak. Sehingga aku tidak bisa ke pestamu!" Seru Jisung menyampaikan penyesalan yang teramat kepada sepupunya itu.
"Yah, baiklah. Tapi saat acara kelahiran anakku kau harus datang!" Seru Rein dari balik telepon.
"Memangnya kau sudah hamil?" Tanya Jisung lugu.
"Belum, aku masih membuatnya dengan suamiku! Ngomong-ngomong kau ingin tahu tidak bagaimana aku melewati malam pertama dengan panas?" Seru Rein.
Jisung memerah, dirinya itu perjaka sampai sekarang dan sepupunya ini malah ingin menggodanya apalagi menceritakan tentang malam pertama? Sungguh sangat di luar nalar.
"Kau! Jika tidak ada yang penting lebih baik aku tutup telepon, selamat atas pernikahan mu!" Tanpa perasaan Jisung langsung menutup panggilan, dia tidak mau memanas mendengarkan cerita malam pertama orang lain.
Jisung kini menatap ke arah pasiennya, pemuda misterius itu kini berpura-pura sadar.
"Dimana ini? Ah kepalaku rasanya sangat sakit!" Seru pemuda itu sembari memegang kepalanya dengan wajah kesakitan.
Membuat Jisung langsung lari memeriksa pasien misterius-nya, dia menatapnya dengan khawatir.
"Anda tidak apa-apa?" Seru Jisung dengan lembut.
Tangan Jisung yang memegang kepala pemuda misterius itu, digenggam olehnya. Dia menatap Jisung dengan tatapan bertanya,
"Dimana ini? Siapa kamu?"
"Kemarin, aku menemukan mu dalam kondisi berlumuran darah. Aku Park Jisung dokter yang menyelamatkan mu dan ini adalah klinik milikku. Sekarang aku yang harus bertanya padamu, siapa kau? Kenapa kau berlumuran darah kemarin?" Seru Jisung dengan tatapan menyelidik.
"Aku Na Jaemin, kemarin aku mengalami kerampokan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble
ActionTidak seharusnya Jisung merawat seorang pasien yang tiba-tiba datang ketempat nya