Dalam sebuah kamar di gedung kepolisian yang tertutup rapat di Jakarta, dinding-dinding yang terbuat dari beton abu-abu berbaur sempurna dengan aroma kertas yang memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang hampir melekat dengan ketegangan dan beban sejarah kejahatan yang terrekam.
Ruangan ini adalah tempat di mana narasi-narasi gelap dari kota ini berkumpul, mengumpulkan diri dalam lembaran dokumen yang terbaring di atas meja-meja besi yang dingin dan keras, percakapan para polisi yang saling tumpang tindih
Bravo mempelajari file tebal yang mengandung laporan kasus 'Pelakor' tergeletak begitu saja. Dokumen-dokumen yang berserakan di meja itu menceritakan rentetan pemerkosaan berantai yang menimpa para pria beristri dari daerah terpencil.
Sementara dia membaca, sebuah rincian dari ciri khas para pelakor itu, menyeretnya ke dalam kilasan kenangan pribadi yang mendalam dan hampir memalukan - penggunaan topeng anjing kulit yang mirip dengan yang dia kenakan sendiri dalam kehidupannya yang rahasia, membuat jantungnya berdebar.
Lantas, Bravo memfokuskan dirinya pada peta besar Indonesia yang terpampang di dinding, sebuah peta yang penuh dengan penanda dan coretan merah yang mencerminkan pola pergerakan pelaku.
Di tengah kekacauan itu, seorang analis muda dengan wajah yang masih penuh dengan semangat namun tangan yang gemetar mendekati, membawakan berita terbaru mengenai analisis yang mereka miliki. "Lihat ini, Bravo," katanya dengan suara yang mencoba menenangkan dirinya sendiri, namun tetap saja tergetar. Bravo mengangguk, mencoba menangkap semua informasi yang disampaikan, matanya menyapu setiap detil dari peta, memprosesnya dengan teliti namun cepat.
Di sekitarnya, timnya menggali lebih dalam, mencoba membangun teori yang masuk akal untuk memahami motif di balik kekejaman tersebut. "Bisa jadi ini adalah sekte yang menjalankan ritual aneh," seorang detektif senior dengan rambut yang mulai memutih berujar, mencoba menjalin potongan-potongan teka-teki yang mengerikan ini. Diskusi itu semakin memanas, seorang wanita muda dengan nada skeptis menyatakan, "Atau mungkin ini adalah sindikat kriminal terorganisir yang besar, mengendalikan semua ini dari balik layar, menggerakkan bidak-bidak mereka dengan kejam."
Tiba-tiba, sebuah tuduhan terdengar dari Doni, seorang polisi berperut buncit "Ini jelas kerjaan dari para homo, dunia ini sudah mau kiamat karena mereka," katanya dengan nada yang penuh dengan kemarahan dan kebencian.
Andi, kolega kurus berkumis ikut bergabung dalam percakapan dengan raut wajah yang penuh frustasi, tangannya gemetar saat dia berbicara, "Sekarang ini video-video porno LGBT makin banyak beredar. Departemen Anti-Pornografi Internet seolah-olah tidak bisa berbuat apa-apa, culun sekali mereka itu, desas-desus mengatakan semua ini dari jaringan prostitusi rahasia yang dikepalai oleh oknum sadis laknat."
Doni segera menimpali, menekankan setiap kata dengan kebencian yang mendalam, "Ini epidemi baru, Bang. Mereka ini menginfeksi masyarakat kita, didukung oleh para aktivis Arus Pelangi yang terus mengkalim bahwa mereka dilahirkan begitu."
Andi mengangguk dengan keras, tambahannya meluap dengan kefrustasiannya, "Dan sekarang mereka mendapat dukungan dari politik. Siapa pejabat korup di belakang mereka? Pasti Arus Pelangi yang jadi biang kerok semua masalah kita, Bang."
Dalam situasi yang semakin panas itu, Bravo merasakan darahnya mendidih, tidak bisa lagi menahan dirinya. Dengan suara yang naik turun karena marah, ia membalas, "Arus pelangi adalah gerakan yang legal dan damai, mereka bekerja untuk membantu anak-anak terlantar dan korban HIV. Tidak ada bukti yang menghubungkan mereka dengan kejahatan ini!"
Doni mengejek, kebencian dan penghinaan merajalela dalam kata-katanya yang menggetarkan udara, "Hah! Aku berharap semua homo itu mati saja! Seandainya ada bom bunuh diri yang bisa menghancurkan mereka semua, itulah yang mereka butuhkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAVO
RomanceBravo, seorang polisi gay terpaksa memakai topeng heteroseksual setiap hari demi melindungi dirinya di lingkungan yang homofobik. Kehidupannya berubah drastis saat Omar, seorang aktivis LGBT handal, memintanya untuk menjaga Sakti, seorang remaja yan...