"GAK BECUS LO!!"
BRAK!
Alskara Sky Elgailel menendang salah satu meja di gudang, gedung ketiga Clopatha high school, sekolah swasta paling elit dan paling mahal di Jakarta. Kalian hanya perlu mempersiapkan salah satu dari dua hal ketika ingin masuk Clopatha. Uang atau otak. Setidaknya kalian semua punya salah satu dari opsi tadi untuk lolos.
Lelaki itu menatap nyalang orang yang gagal melakukan perintahnya-yang juga salah satu anggota Gardixen.
Geng yang isinya anak-anak berandalan, tak teratur macam mereka. Tidak ada leader ataupun wakil sebenarnya. Hanya saja siswa-siswi Clopatha menyimpulkan sendiri perihal siapa yang berkuasa, dan siapa yang dikuasai. Mereka sepakat bahwa diantara seluruh personil Gardixen, Alskara lah satu-satunya yang punya banyak koneksi. Satu-satunya orang yang tak pernah mendapat hukuman dari sekolah, dan satu-satunya orang yang berani menentang kepala sekolah secara ugal-ugalan.
"G-gue gak ngerti soal-"
"GUE HARUS MAAFIN LO GITU?!"
Sekali lagi, suara dengan intonasi tinggi itu berhasil membuat nyali lawan bicaranya menciut, mengunci semua bibir yang tadinya bersorak.
"Manusia gak guna!!" tukas Alskara tajam.
BUGH!
BUGH!
Loyan, cowok yang Alskara bilang 'manusia gak guna' barusan, dipukul habis-habisan sampai beberapa anak inti Gardixen mulai melerainya. Bahaya jika tidak dilerai. Seorang Alskara tak akan berhenti jika lawannya belum berada di ujung kematian.
Sebenarnya masalah yang ada cuma masalah sepele. Loyan yang tidak bisa menemukan si pengirim terror-yang akhir-akhir ini menghantui Gardixen begitu pun si ketua, Alskara. Padahal hal-hal seperti ini biasa dihandle oleh Sega, salah satu temannya yang sangat pro soal lacak-melacak.
Alskara Sky Elgailel adalah tipe cowok berwatak keras, sulit diajak kompromi, apalagi ditaklukan. Cowok berusia delapan belas tahun itu bukan cuma punya nilai minus di sana, dia tempramen, egois, dan seorang pecandu, dulu. Dia dibesarkan oleh banyak robot, tanpa pengawasan manusia. Hal itu benar-benar sulit untuknya bersosialisasi dengan dunia luar.
Kehidupannya begitu suram.
"Al, udah, Al."
"Diem lo, Le!"
Legister Caenolova tak tinggal diam. Lelaki berkulit putih kemerahan itu terus berusaha menarik temannya untuk berhenti. Dia bukan tipe orang yang banyak bicara atau bahkan melakukan aktivitas-aktivitas ekstrakurikuler di sekolah, Legister lebih suka menghabiskan waktunya dengan berpikir. Pikiran yang nantinya akan menghasilkan sebuah teori baru.
"Al anjing, gue bilang udahan bangsat!" sentak Legister jengah, dia benar-benar menarik temannya sekuat tenaga, "tuh anak udah mau mati!"
Barulah Alskara bisa berhenti. Napas lelaki itu memburu, seragamnya acak-acakan. Ada beberapa bercak darah di seragam bagian depannya. Padahal dia rasa keadaan Loyan tak begitu parah dibandingkan beberapa perkelahian yang pernah dia lewati selama hidup.
Alskara menyentak tangan Legister kasar, kemudian pergi dari tempat kejadian perkara entah kemana, membuat teman-temannya saling melempar pandangan jengah. Mereka sudah lumayan lama saling mengenal, dan berteman. Jelas tahu bagaimana waktu si pemeran utama kita saat ini.
Kepergian Alskara langsung di ambil alih oleh Rangga-salah satu petinggi Gardixen juga. Sekaligus teman Alskara sejak SMP. "Semuanya bubar!" Jeda. "Gue minta tolong, beberapa dari kalian bawa Loyan ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSKARA
Teen FictionAlskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan Ia sudah menjadi sosok Ayah di umurnya yang baru menginjak angka ke delapan belas tahun. # 2 - tee...