"DORRR!!!"
Kansa terkikik saat tak ada perubahan macam apapun di wajah suaminya. Saat kepalanya tak sengaja menoleh ke sebelah kanan, di mana sofa berada, Ia makin tertawa. Bahkan putra mereka—Galaksi Sky Elgailel, terlihat tidak terganggu oleh tingkah Ibunya. Kini anak itu telah berumur tiga tahun. Bahkan beberapa bulan lagi usianya akan bertambah. Hm, Kansa tak sabar melihatnya kian bertumbuh besar.
Tawa perempuan itu berubah menjadi senyuman manis. Di ruang tengah yang gelap ini, wajahnya terpapar sinar lilin yang menyala.. di atas sebulat bolu vanilla yang tidak terlalu besar, bertuliskan angka 19.
"Cie ciee udah sembilan belas tahun aja nih!" ucap Kansa basa-basi.
Alskara diam. Semenjak berada di bawah atap yang sama, hari-hari pentingnya selalu dirayakan. Wajah itu selalu menyambutnya dengan hangat. Rasanya masih asing. Tapi mulai terbiasa. "Udah hampir jam dua, niat banget surprise sin gue."
Kansa meringis, iya lagi. "Tadi pasti udah dikasih kejutan juga ya sama temen-temen kamu?"
"Heem."
"Cepet tiup ayah.." gumam Gal.
Matanya betul-betul berat, mengantuk.Effort Kansa bukan main, yang biasanya parnoan malam-malam masih melek, kini memberanikkan diri meski Gal dipaksa bangun untuk menemani. Lagipula Ibunya agak lebay menurutnya, spek Alskara—ayahnya yang super cuek itu, diberi kejutan? Uwow.. hampir tiap tahun Ibunya menggerutu kesal sebab respon sang ayah tidak pernah sesuai ekspektasi. Seingatnya.
"Ehm.. Gal gapapa banget kalau mau ke kamar. Makasih udah nemenin Ibu di sini, lain kali kalau ngantuk enggak usah dipaksain. Ibu gak papa kok.." ucap Kansa penuh tipu muslihat. Gal malah mendelik, membuat perempuan itu menelan ludah dengan perasaan ketar ketir. Anak aku kayak yang udah ngerti aja.
Bocah tiga tahun itu berusaha berjalan benar meski rasa kantuknya sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Langkahnya membawa anak itu pada Alskara, "Ayah.. " Gal mendongak, memberi isyarat agar ayahnya berjongkok menyetarakan tinggi tubuh mereka. Kendati demikian, tetap saja Alskara sedikit lebih tinggi dari putranya.
Cup
Sebuah ciuman yang manis!
"Happy birthday."
"Omoo.. lucunya!!" gemas Kansa.
Alskara mengacak rambut putranya brutal. Laki-laki itu merasakan kesamaan karakter yang sama persis dengan Gal. Anak itu agak cuek, untuk saat ini. Karena seiring berjalannya waktu, dengan Kansa yang senantiasa merecoki hidup anak itu.. mungkin lama-lama akan peduli sekitar juga.
Pembentukan karakter sejak dini.
"Balik ke kamar sana!"
Tanpa merespon, Gal berjalan gontai ke kamar ayahnya. Anak itu mungkin juga merasa sama dengan ayahnya. Sejak tahu bahwa manusia diciptakan dua gender, Gal berpikir bahwa Ia berada satu kubu dengan Alskara. Maka dari itu, sebisa mungkin segala urusan jenis apapun mesti dilakukan dengan kawan sekubunya. Termasuk tidur.
Di beberapa waktu, Ibunya kadang protes dan memaksa Gal agar tidur bersamanya. Lagipula di luar sana, anak laki-laki selalu dekat dengan Ibunya, kan? kenapa anaknya tidak? Hm.. apa Gal tahu bahwa merasa tak adil hanyalah alibi sebab perempuan itu tidak berani tidur sendiri? Tapi tetap saja ini tidak adil. Kansa yang melahirkan, Kansa yang menyusui, Kansa yang mengurusi ketika anak itu sakit. Kesenjangan berkeluarga.
Alskara berdiri. Ia meniup asal lilin kecil yang sedari tadi menyala. Lalu sepasang mata tajamnya menatap Kansa—perempuan berpiyama barbie itu tidak melunturkan senyum sedikitpun. "Bibir lo makin lebar tuh."

KAMU SEDANG MEMBACA
ALSKARA
Genç KurguAlskara Sky Elgailel, orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Dia dingin, kaku dan cuek. Nyatanya, Ia bahkan sudah bergelar Ayah di awal masa SMA-nya. # 2 - teenfiction, April 202...