part 1

207 95 17
                                    

sebelum di baca wajib vote dulu!

Peringatan untuk para readers ya, ini hanya cerita fiksi tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan manusia kecuali dengan tempatnya mungkin ada tapi ini hanya fiksi! Hanya fiksi tidak nyata, sengaja aku ingatkan biar tidak ada salah paham ketika nanti kalian membacanya.
-
-
Happy reading
----

Di sebuah desa kecil yang terletak di bagian Kanada berdekatan dengan batasan hutan terluas ketiga di dunia ini.

Ada seorang pria paruh baya yang berjalan dengan gontainya memasuki sebuah gubuk kecil, disana ia menggedor-gedor pintu dengan bruntal seperti tak memiliki etika saat mengetuk pintu.

Brak!! Brak! Suara gebrakan sangat kasar

"Bukak! Woy buka pintu ini, apa kau tidak mendengar! Bukak!!" Bentakan pria itu dengan sedikit nada mabuknya.

Gubrak!! Lalu pria itu menendang kuat pintu itu.

"Woyyy!!!" Teriaknya lagi.

Setelah itu terdengar suara pintu terbuka terlihat sosok wanita muncul dari baliknya.

"Aya-- akh! Sakit ayah ngh!" Ucap wanita itu lalu berganti menjadi rintisan.

"Dasar wanita tak berguna, sejak tadi aku menggedor pintu ini, kau lama sekali membukanya, apa kau ingin ayahmu ini tidur di luar ha!!!" Amuk pria yang di panggil ayah oleh wanita tadi.

"Maaf ayah ma-maaf, lepas ayah ini sa-sakit hiks hiks!" Wanita itu menangis kesakitan, sebab ayahnya menjambak rambutnya sangat kuat dan menyeretnya masuk ke dalam rumah.

"Tidak akan! kini saatnya kau menerima hukumanmu" pria itu mengambil cambukan lalu-

Cetahh ctah piss!
"Akkh ahhh!"

ctah piss!
"Akkhhh hiks aghh!"

Kini jeritan kesakitan bercampur dengan suara cambukan menghiasi malam yang sunyi di rumah itu.

Sekuat apapun wanita itu menghentikan kelakuan ayahnya tetap saja ayahnya tidak peduli.

"Ayah hiks a-ayah ini sakit" Isaknya berderai air mata.

"Tak akan, dasar wanita tak di untung! tak berguna!" timpalnya tak memberi ampun pada gadis itu.

Ctah piss ctah piss!

Wanita itu terus saja menangis ketika cambukan mengenai kaki, tangan dan tubuhnya, sebaliknya pada pria itu, yang senang mendengar tangis anaknya yang kesakitan.

Bukanya berhenti tetapi ia malah makin menyiksa wanita tersebut, mungkin bisa di sebut lebih tepatnya menyiksa anaknya sendiri.

________________&______

Perkenalan tokoh*

Lilyana oriel atau bisa di sebut dengan lyana adalah anak tunggal, berusia 25 tahun yang tak memiliki seorang ibuk lagi.

Ia tak hanya merasakan kejamnya dunia tapi lyana juga merasakan kejamnya hidup di sebuah keluarga yang sangat teramat tak ia sukai.

Tinggal hidup susah bersama seorang ayah yang sangat membencinya, tak ada alasan yang diberikan oleh ayahnya kenapa ayahnya harus membenci dirinya.

Sejak kecil sampai umur 10 hidup bersama ibunya lyana tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, sampai akhir hidup ibunya bertepatan lyana pada umur 10 tahun, dan berlanjut sampai sekarang masih juga tak pernah menyayanginya.

Lyana ingin kabur dari rumah tersebut tapi ia sadar jika ayahnya selalu mengawasinya. Terpaksa lyana hanya menurut pada sang ayah.

Eric adalah ayahnya lyana yang selalu kejam pada anaknya itu. Sering berjudi, mabuk-mabukan dan hutangnya selalu bertebar dimana-mana, jika tidak ada lyana yang bekerja di pasar mungkin ia sudah habis di amuk preman yang sering menagih hutangnya selalu.

Sering kali Eric selalu menyiksa anaknya ketika ia kalah berjudi, ia melampiaskan kekesalannya pada sang anak.

Rumah mereka jauh dari kawasan penduduk jadi tak ada orang yang mendengar suara jeritan kesakitan lyana kala Eric menyiksa anaknya itu.

__________________&_____

"Sekarang kau kemasi barangmu cepat!!" Eric menyeret lyana ke kamarnya.

Lyana mengerutkan alisnya, ia tak mengerti kenapa ayahnya berucap seperti itu, ia berpikir keras apa ini?

"Kenapa ayah? Kenapa aku haru--" ucapnya terpotong.

"Cepat!! Jika kau tak ingin mengemasinya biar aku yang mengemasinya" potong ayahnya lalu mengumbrak abrik lemari lyana lalu ia memasuki baju lyana ke dalam tas.

"Jangan ayah jangan!" lyana menghentikan ayahnya tapi sayang tak berhasil.

"Lepas" bentaknya mendorong lyana.

Setelah usai mengemasi barang lyana, tangan lyana di tarik paksa oleh ayahnya untuk menuju pintu keluar rumah.

Ia mendorong paksa lyana Hinga tersungkur ke tanah, lyana yang di perlakukan seperti itu hanya bisa menangis, memang menangis tak akan memberi jalan keluar namun hanya itu yang bisa lyana lakukan mencurahkan sakitnya pada tangisnya itu.

"Ini dia putriku tuan, bawalah dia, aku tak menginginkannya" ucap eric pada seseorang yang telah berdiri di depan rumahnya saat ia sampai di rumah tadi.

Lyana yang baru sadar ada orang yang berada di sebelahnya, ia tak peduli, lyana masih senantiasa memohon ampun pada sang ayah, agar tak di bawa oleh orang itu.

"Ampun ayah, hiks hiks ja-jangan usir lyana ayah" lirihnya.

"Kau dengar aku baik-baik" ayahnya berjongkok di depan gadis itu sambil memegang dagunya."kau itu sudah ku jadikan pelunas hutang judi ku kepadanya" tunjuknya pada orang yang berdiri di belakang lyana."jadi kau menurut saja, jika kau macam-macam lihat akibatnya" ancamnya.

"Tidak ayah jangan!! apa kau tak menyayangi ku sedikit pun hiks hiks"

"Tidak!! Tidak sama sekali" Bentaknya. "kau hanya sampah dalam hidupku kau tau itu" hina Eric pada sang anak tanpa sesal sedikitpun.

Lyana yang mendengar kata-kata hina yang keluar dari mulut ayahnya itu hanya bisa apa, ia menangis sejadi-jadinya, hatinya teramat sakit dengan ucapan itu" Hiks hiks ayah kau tega sekali"

"Ya kenapa! Jadi kau pergilah dengannya turuti keinginan dan jangan kau kembali lagi kehadapan muka ku, karena aku tak menginginkanmu!! Kau paham!" Titah Eric dengan menekankan beberapa kata terakhirnya, sebelum lyana diberikan kepada pria tak dikenal tadi.

Lyana berdiri dari duduknya "A-ayah hiks ku moh--" lyana masih kukuh memegangi kaki ayahnya.

"Aiggh cukup, sekarang kau bawalah dia, aku tak tahan mendengar tangis bodohnya ini" potong Eric lalu ia masuk ke dalam rumah dan meninggalkan lyana bersama pria tadi di luar.

Brak! Brak! Brak!

"Ayah ayah ayah! jangan kau tinggalkan aku ayah buka!" Pintanya berteriak penuh harap.

"Nona ikutlah bersamaku" ujar pria tadi yang membuat elin merasa takut.

"Ayah tolong bukakan pintunya, aku tidak ingin pergi ayah!" Lyana tak mendengarkan orang itu, ia tetap kukuh menggedor pintu tersebut.

"Ayah aya--" ucapan lyana terpotong dan pandangannya seketika menjadi gelap.

-
-
-
-
-
TBC

Maafkan author ya guys hhhh, awal cerita udah di kasih kekerasan pada anak aja, Adengan tak perlu di tiru ya teman-teman.

Jangan lupa sedekah vote, komen, share, dan follow nya, biar author tambah semangat.

Mungkin ada sedikit typo pada tulisan yang mungkin juga tidak di ketahui author, kalian bisa memaklumi saja atau bisa di komen aja biar author perbaiki okhyyy.

15/04/2024

Dia Seorang Vampir (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang