"Nggak gue yakin lo bisa liat gue! Kita tatap-tatapan tadi! Heh! Lo bisa liat gue kan?" Regan berdecak sebal, cowok itu terdiam beberapa saat sebelum ide gila melintas di otaknya.Regan mendekati Naya, dengan cepat dia mencium pipi cewek itu, Naya membulatkan mata, pipinya memerah seketika.
"AAAA SETAN MESUM!"
"SEMBARANGAN MULUT LO! GUE BUKAN SETAN!"
Mereka saling tatap dan terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya Regan tersenyum lebar, "Kita barusan ngomong kan? Berarti lo beneran bisa liat gue dong?"
Naya menghela napas kasar, dia hendak beranjak pergi namun Regan menahan tangan cewek itu, "Lo harus bantuin gue Nay! Cuma lo satu-satunya harapan gue!"
"Pergi dari sini," ucap Naya dengan pelan, dia sudah cukup lelah, dia ingin fokus pada dirinya sendiri saat ini.
"Yahh jangan gitu dong Nay! Lo beneran nggak mau bantuin gue nih? Please Nay! Bantuin gue! Gue merinding banget sama tubuh gue sekarang! Nay please Nay!"
"Kamu mau minta tolong apa? Kamu udah mati, dan aku nggak bisa apa-apa lagi."
Bahu Regan turun mendengar ucapan Naya, pegangannya di tangan Naya perlahan terlepas, tatapan matanya berubah sendu, cowok itu terdiam melihat Naya yang kini masuk kedalam kamar.
"Gue ... Udah mati?"
***
Naya mengerjakan beberapa latihan soal di bukunya, dia tampak lelah dan berulang kali menonton video pembelajaran. Walaupun begitu, tak ada satupun soal yang berhasil dia isi.
Cewek itu mengetuk kepala dengan pulpen di tangannya. Berulang kali helaan napas berat terdengar dari mulutnya. Sungguh, rasanya ingin menyerah saja.
Naya terdiam, bagaimana bisa dia membanggakan sang ayah jika begini terus? Nilai akhir semesternya selalu merah, dia juga tidak punya bakat yang patut dibanggakan.
Cewek itu melirik hantu cowok yang menatapnya sedari tadi di ujung kasur, Naya berusaha keras mengabaikan tatapan Regan yang tampak memelas itu.
Naya menghela napas pelan untuk sekian kalinya, dia menyandarkan kepala di atas meja lalu mulai memejamkan mata.
"A. C. B. D. C. E . A."
Naya tersentak kaget dan reflek mengangkat kepalanya, dia menatap heran ke arah Regan yang kini berdiri di sebelahnya.
"Itu jawaban yang ini," ucap Regan sambil menunjuk soal-soal pilihan ganda di buku Naya.
"Apa?" Naya tercengang mendengar ucapan cowok di sebelahnya ini.
"Ck, Lo budeg juga ya ternyata, A. C. B. D. C. E. A."
"Emang jawabannya bener?"
Regan berdecak sebal, baru kali ini ada orang yang meragukan kemampuannya, "Ya iya lah bener! Lo tau, gue udah jawab semua soal di buku paket ini! Lo nggak kenal gue siapa?"
Ya, satu sekolah termasuk Naya sudah sangat tau tentang Regan, cowok yang menjadi langganan olimpiade matematika utusan sekolah. Naya meraih pulpennya kembali lalu menulis jawaban yang di sebutkan Regan tadi. Mungkin adanya Regan bisa membuatnya menjadi juara paralel dengan mudah.
"Gue bisa buat lo jadi juara kelas, tapi syaratnya lo harus bantuin gue jadi manusia lagi!"
Yah. Walaupun pintar, Regan mempunyai pemikiran yang kolot, bagaimana cara menjelaskan padanya kalau dia sudah mati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Bukan Setan!
Teen Fiction"Kamu kan udah mati. Karena ucapannya itu, Naya terpaksa berurusan dengan hantu rempong, cerewet, dan ceplas-ceplos seperti Regan. kecelakaan tragis yang ditimpa Regan semalam, membuatnya terbangun dengan tubuh transparan alias setan! cowok bar-bar...