Naya terdiam di dalam ruangan kosong dan gelap. Dia meneguk ludah dengan susah payah. Tak ada apapun dan siapapun di tempat ini. Sunyi dan lembap menjadi satu. Hanya terdengar suara jantungnya sendiri. Dia menoleh menatap sosok cewek berambut panjang yang kini duduk di sudut ruangan.
Naya tetap diam di tempat sambil menatap lekat-lekat sosok itu. Sosok yang kini perlahan menyingkap rambut panjangnya. Menatap Naya dengan sorot pilu penuh kesedihan.
Cewek itu tersenyum kecil, tangannya terangkat menggenggam erat sebuah pisau. Dengan gerakan cepat dia merobek habis pergelangan tangannya sendiri. Darah memuncrat kemana-mana. Seperti aliran air yang tiada habisnya. Naya membulatkan mata. Sosok itu pun semakin tak terkendali. Teriakan kesakitan terdengar dari mulut sosok itu.
"AAAA NAYAAA!"
Naya terbangun dengan kepala yang terasa sakit, cewek itu menoleh menatap cahaya matahari yang kini samar-samar masuk ke jendela kamarnya. Air matanya meleleh dengan sendirinya. Naya menghela napas pelan lantas mengusap air matanya itu.
"MALENG! MALENG!"
Suara teriakan dan benda jatuh terdengar dari luar ruangan. Naya buru-buru membuka pintu kamarnya. Dia menganga tak percaya ketika melihat keadaan rumahnya yang kini berantakan. Dari dapur sesosok tuyul berlari cepat disusul Regan yang kelimpungan mengejarnya.
"BERENTI LO!"
Aksi kejar-kejaran mereka terus berlanjut sampai keluar rumah. Naya mendadak frustasi. Kursi yang tak tertata di tempatnya, segelas air yang jatuh ke lantai, taplak di atas televisi dan beberapa kekacauan lainnya.
Cewek itu tampak syok lantas duduk di atas kursi sambil memijat kening. Entah apa yang dilakukan kedua hantu itu di dalam rumahnya.
Tak lama kemudian Regan datang sambil menarik telinga tuyul tadi. Naya membulatkan mata melihat kehadiran mereka.
"Nih bocil nyolong duit dari kamar papa lo!" adu Regan sambil bersidekap menatap tajam ke arah tuyul.
"Eng- engga--"
"NGAKU LO!" Tuyul itu tampak dongkol dengan pengaduan Regan, "BALIKIN!"
Dengan pelan si Tuyul mengeluarkan uang ratusan ribu dari saku celana putihnya.
"Maap Tante ...."
"JANGAN DIMAAFIN NAY! NIH TUYUL JUGA SUKA NYOLONG TABUNGAN LO!"
Tuyul itu sontak menoleh cepat ke arah Regan. Matanya menatap tajam ke arah cowok itu, "APA LO?" sentak Regan sambil mengangkat kakinya.
"Tante ... Om Regan jahat ...."
"Geli! Amit-amit jadi om lo! Gemes banget gue pengen geprek jidat lo!"
Naya menghela napas kasar. Dia menatap kedua sosok itu bergantian, "Kalo rumah ini nggak bersih ... Jangan pernah tinggal di rumah ini lagi ...." ucapnya sebelum beranjak pergi ke kamar mandi.
Tuyul itu perlahan bergerak mundur, mengendap-endap dan berusaha kabur. Regan yang menyadari hal itu langsung menarik telinga si tuyul.
"Hehe ... Ayo kita beres-beres om."
***
"Halo si paling pinter ...." sapa Talia ketika Naya menginjakkan kakinya di ruang kelas. Dia tertawa kecil menatap Naya.
Naya terdiam ketika mejanya dipenuhi coretan spidol dan tipe x dengan berbagai umpatan yang tertulis disana. Cewek itu duduk di kursinya. Tawa kecil terdengar dari belakang kelas.
Talia mengajak Reina duduk di sampingnya. Cewek itu membisikkan sesuatu sebelum mereka tertawa kecil. Naya terdiam dan menunduk berusaha mengabaikan mereka.
"Eh! Ajarin gue dong Nay! Kayaknya gue butuh lo buat jadi pinter ...." ucap Reina sambil menghampiri Naya, "Lo nulis apaan tuh? Emang gitu ya kalo orang pinter ...." Reina melirik tulisan Naya yang jauh dari kata bagus.
"Ikut kita yuk! Sekalian mau belajar bareng ...."
"Nggak ... Kalian aja ...." sahut Naya.
"Yah nggak seru dong! Ayo imut bentar aja!" seru Talia. Cewek itu menarik paksa tangan Naya agar bangkit dari duduknya.
"Ketua kelas kami izin yah bentar!" ucap Reina sambil tertawa kecil, Fajar tersenyum tipis lantas mengangguk.
Mereka menarik Naya ke toilet. Disana sudah ada Stella yang bersandar di pintu toilet. Cewek itu tampak senang dengan kehadiran kedua temannya.
Reina mendorong Naya. Membuat cewek itu jatuh terduduk di bawah kaki Stella,"Halo! Gimana nih kabarnya? Seneng nggak jadi orang terpinter satu sekolah?" Stella tertawa kecil sambil menumpukan kakinya ke atas kepala Naya, "Gue nggak yakin sih ... Kayaknya kaki gue lebih suci dari otak lo!"
Stella berdecak sebal saat melihat Naya yang hanya terdiam menunduk, kalinya dengan santai menendang kepala Naya, "Kok lo nggak ngelawan sih? Nggak asik banget tau nggak? Padahal kemarin lo berani banget lawan kita? Lo itu punya kepribadian ganda atau lagi kesurupan kemarin?"
Jujur. Naya tidak tau harus berbuat apa jika tidak ada Regan disini.
"Guys pegangin dong bentar!"
Stella dan Talia mengangguk. Mereka memegangi kedua tangan Naya. Cewek itu berusaha memberontak namun sepertinya percuma.
Reina melempari Naya dengan botol pembersih toilet. Berkali-kali sampai kening Naya membiru. Isi pembersih toilet itu juga berhamburan mengenai seragam Naya. Bau menyengat dari benda itu menguar. Membuat siapapun yang mendengarnya tidak akan tahan.
Naya meneteskan air mata sambil berusaha menahan isakannya. Semakin dia menangis, maka mereka akan semakin gencar menyakiti cewek itu.
Stella, Talia dan Reina tertawa keras. Sesekali menjambak rambut Naya sampai beberapa helainya terlepas. Naya menjerit kesakitan. Setelah puas mereka mendorong tubuh Naya ke lantai toilet yang basah. Setelahnya, Talia mengajak kedua temannya itu pergi dari sini.
Naya hanya bisa menangis dan menyalahkan dirinya sendiri. Dia benci menjadi lemah. Dia membenci dirinya yang tak bisa melawan. Naya bangkit lantas bersnadar di tembok, dia mengelus pelan keningnya yang berdenyut kencang.
Sesaat kemudian, salah satu pintu toilet terbuka. Naya tertegun menatap Gista yang baru saja keluar toilet. Cewek itu tampak tersentak dengan Naya.
Naya melirik testpack di tangan Gista. Cewek itu sedikit panik lantas menyembunyikan benda itu ke belakang punggungnya.
Gista melewati Naya begitu saja.naya terdiam. Pikirannya tertuju pada testpack di tangan Gista tadi. Apa mungkin Regan pernah melakukan hubungan dengan Gista? Apa mungkin sekarang cewek itu tengah mengandung anak Regan?
Naya bangkit dari duduknya. Cewek itu harus melakukan sesuatu untuk membuktikan semua opininya. Dia berjalan cepat menyusul langkah Gista. Naya pura-pura menabrak Gista dari belakang.
Gista terjatuh bersama dengan barang-barang yang dibawanya. Kaos olahraga, tas make up dan ponsel cewek itu berserakan di lantai.
"Ma-maaf Gis ... Ta ... Aku nggak sengaja ...." ucap Naya sambil menggeser ponsel Gista ke bawah kursi koridor.
"CK! Anjing banget lo ya! Lo bisa ngeliat kan? Gunanya mata lo di kepala itu apa kalo nggak digunain?" sentak Gista.
Naya membantu Gista merapikan kembali barangnya. Namun cewek itu mendorong Naya. Setelah memungut barangnya, Gista beranjak pergi meninggalkan Naya.
Setelah memastikan Gista menjauh. Naya meraih ponsel Gista di bawah kursi koridor. Awalnya dia mengincar tes pack tadi. Namun sepetinya benda itu disembunyikan dengan rapi oleh Gista.
Naya tersenyum kecil menatap ponsel di genggamannya. Seluruh rahasia Gista pasti ada di benda ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Bukan Setan!
Teen Fiction"Kamu kan udah mati. Karena ucapannya itu, Naya terpaksa berurusan dengan hantu rempong, cerewet, dan ceplas-ceplos seperti Regan. kecelakaan tragis yang ditimpa Regan semalam, membuatnya terbangun dengan tubuh transparan alias setan! cowok bar-bar...