[Part 10]

1.2K 115 4
                                    

"Lo bukan Naya."

Naya tersentak dia menoleh ke arah menatap Fajar yang kini bersandar di ambang pintu.

"Lo bukan Naya kan? Regan. Lo Regan kan?"

Naya terdiam, dia menatap heran ke arah Fajar, cewek itu mundur selangkah demi selangkah ketika cowok itu mendekatinya. Fajar tersenyum kecil, dia membetulkan kacamatanya lalu bersidekap.

"Gue tau itu lo, Re. Lo kira gue nggak bisa liat lo juga? Hah.... Padahal gue cukup bersabar dengan kehadiran lo di sekolah ini .... Cuma ... Lo udah keterlaluan dengan memanfaatkan Naya untuk balas dendam."

Fajar tersenyum kembali, "Apa rencana lo? Kenapa lo masih disini? Dan kenapa lo buat cewek bodoh itu masuk Golden Class?" tanya nya.

Naya menatap tajam ke arah Fajar, dia tak pernah tau jika cowok itu mempunyai kemampuan yang sama dengan Naya. Dia mengeraskan rahang, tangannya terkepal kuat, dulu ataupun sekarang, cowok itu selalu mampu membuatnya emosi.

"Hati-hati Re. Nggak selamanya lo bisa keluar-masuk seenaknya ke tubuh Naya. Berenti, kalo lo nggak mau cewek itu kenapa-kenapa," Fajar tersenyum tipis, dia berbalik dan pergi dari gudang itu. Naya menatap lekat-lekat punggung Fajar yang kini menghilang di balik pintu.

Regan terdiam memikirkan ucapan Fajar, jika perbuatan nya ini bisa mengancam Naya, kenapa cewek itu tidak menolaknya? Kenapa cewek itu dengan senang hati memberikan tubuhnya untuk dirasuki Regan?

****

Regan terdiam di depan gerbang, cowok itu terdiam cukup lama sebelum dia membulatkan mata. Sungguh, Regan lupa cara untuk keluar dari tubuh Naya.

"GILA! GIMANA CARANYA GUE KELUAR?" teriaknya, padahal seingatnya, ketika pertama kali merasuki tubuh Naya, dia tidak sesulit itu untuk keluar dari sini.

"Lo--lo kenapa?" tanya salah satu siswi yang lewat di hadapannya. Regan tak menjawab, dia mendorong tubuh siswi itu dan berlari tanpa arah menjauhi area sekolah. Satu-satunya yang ada di pikirannya saat ini adalah keluar dari tubuh Naya.

Regan menampar pipinya sendiri, bagaimana jika dia tak bisa keluar dari sini selamanya? Bagaimana nasib Naya? Tapi apa itu mungkin?

Regan yang masih menguasai tubuh Naya tak sengaja menoleh ke arah warung pojok, dia membulatkan mata menatap pocong yang kini meludah di bakso pesanan pelanggan. Tangan Regan terangkat menunjuk warung itu.

"POCONG! WOY BERENTI JANGAN MAKAN! I--ITU ADA PENGLARISNYA! ASTAGA! YANG KALIAN MAKAN ITU LIURNYA POCONG HIH!"

Para pelanggan yang semula menikmati bakso sontak menyemburkan makanan di mulut masing-masing. Mereka menoleh menatap seorang cewek yang tetap berkoar-koar di depan warung.

Seiring dengan itu tubuh Regan terlempar keluar dari tubuh Naya. Cewek itu mengerjapkan mata dan menoleh ke arah Regan dengan tatapan heran.

Dia mengedarkan pandangan menatap beberapa pelanggan yang berhamburan keluar dari warung meninggalkan bakso mereka.

"Re ... Kamu ngapain aja?"

"Gu--gue cuma bilang ke mereka kalo warung ini ada penglaris nya ...."

Naya membulatkan mata, dan reflek menepuk keningnya sendiri, "Ga ... Kamu--"

"WOY! SEMBARANGAN MULUT KAMU YA!" teriak penjaga warung yang kini berlari menghampiri Naya.

Naya bergerak mundur lantas berlari pergi dari tempat itu di susul Regan di belakangnya.

Naya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan keras.

"REGAN! KAMU APA-APAAN SIH! AKU MASIH PUNYA UTANG KE WARUNG ITU! NGAPAIN KAMU TERIAK BEGITU TADI?"

"Ya maaf ... Gue cuma mau menyelamatkan orang-orang yang makan disana ...."

"Nggak gitu caranya ...." ucap Naya frustasi, bagaimana tidak? Dia sudah di cap buruk oleh penjaga warung yang notabennya adalah ladang tempatnya meminjam uang.

Naya menghela napas pelan, dia memilih menyapu kamarnya yang terlihat kotor. Beberapa kertas berserakan di lantai pun dengan piring sisa makanan semalam. 

"Nay ... Lo tetep marah nih sama gue?"

"Nggak ...."

Naya menggeleng pelan, cewek itu meraih tempat sampah dan membawa benda itu keluar dari kamar. Regan terus mengikuti cewek itu dari belakang, namun tampaknya Naya tak ingin melihat wajah cowok itu.

Naya membuang  sampah ke tempat yang lebih besar di depan rumah. Bungkus makanan, Putung rokok dan beberapa kertas mulai berhamburan.

Regan menatap lekat-lekat beberapa sampah itu.

"Eh! Naya bentar!" ucap Regan ketika Naya kembali masuk ke dalam rumah.

***

"Naya lo udah tidur?" tanya Regan, Naya tak menjawab, dia terlihat tidur menyamping dengan mata terpejam rapat. Regan bersidekap dan menatap curiga pada cewek itu, "Perasaan nggak sampe semenit lu naik ke kasur."

Regan ikut naik ke kasur dan berbaring di samping Naya, "Naya ... Yuhu... Gue mau ngomong sebentar... Aja... Gue yakin lo nggak tidur...." Telunjuk cowok itu mengetuk-ngetuk dahi Naya. Cewek yang pura-pura tertidur itu sontak membuka mata, jantungnya berdetak kencang melihat Regan yang kini berbaring disampingnya.

Naya bangkit dari tidurnya, "A--apa sih ... Emang ngomong besok nggak bisa?"

Regan ikut bangkit dari tidurnya, cowok itu bersila di depan Naya dengan mata berapi-api penuh semangat.

"Gue makin yakin orang yang bunuh gue adalah anak olimpiade!"

Naya menaikkan sebelah alis menunggu Regan melanjutkan ucapannya.

"Ada beberapa kejanggalan yang gue temui di kelas itu. Dan gue baru sadar sekarang setelah gue mati!"

"Yang pertama Gista. Gue nggak curiga sama dia. Gue curiga sama pesan yang dikirim ke hp nya dia! Gue yakin orang yang nge-chat Gista ada hubungannya sama kematian gue. Gista juga was-was banget waktu ngeliat pesan itu! Kayaknya orang itu juga ngancem Gista!"

"Yang kedua Vano. Gue emang gak deket sama cowok kulkas karatan itu, tapi gue tahu kalo cowok itu nggak pernah punya respect ke orang lain. Tapi tadi pagi dia nunjukin kepeduliannya ke orang lain bahkan dia menyatakan perasaannya ke cewek gue, masuk akal kalau dia yang bunuh gue buat dapetin Gista!"

"Yang ketiga Fajar, dari zaman orok nih ya sampai sekarang Gue benci banget sama tuh anak! Kenapa gue bisa bilang gitu? Tuh anak gak ada sopan santunnya! Tuh anak udah goblok masih aja ngeyel buat dapetin posisi gue sebagai peringkat pertama! Dan lo tau Nay! Tuh anak indigo Nay! Indigo! Dia bisa tau kalo gue ngerasukin lo! Dia juga tau kalo selama ini gue bergentayangan! Dia juga bisa aja kan bunuh gue karena dia benci sama gue!"

"Sebenernya ada cara gampang buat nangkep pelakunya. Kita tinggal cari pin Bros siapa yang hilang, dengan begitu gue bisa tau siapa orang yang ada di TKP waktu kecelakaan gue. Yah  tingkat keberhasilannya itu sekitar 40%, karena gue nggak tahu dari kapan tuh Bros ada di tempat kecelakaan itu."

"Nay?"

Regan menatap Naya yang kini menunduk sambil tertidur, cowok itu berdecak sebal, apa gunanya dia berkoar-koar seperti tadi? Cowok itu terdiam sambil berpikir keras. Kalau saja tadi pagi dia mencatat pesan itu, mungkin sekarang dia bisa mencoba memecahkan maksud dari pesan yang diterima Gista.

Sesaat cowok itu tersentak dengan sosok perempuan berambut panjang dan berseragam sekolah di belakang Naya. Rambut panjang yang menutupi wajahnya yang penuh darah membuat Regan tak bisa melihat jelas wajah sosok itu. Regan mematung dengan tangan gemetar. Namun tak lama kemudian sosok itu menghilang begitu saja.

Regan terdiam, siapa sosok tadi? Regan yakin sosok itu bukan mbak mawar, Kunti rumah sebelah. Dan dia juga yakin baru pertama kali ini  melihat hantu perempuan dengan seragam sekolah Golden Zenith itu.

Gue Bukan Setan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang