BAB 25

11 0 0
                                    

Suara tembakan membuat Prada tersadar dari masa kritis nya, dia tdk bisa menghentikan air mata yg terus mengalir dari kedua matanya, dia mencoba melihat sekitar hanya adik dan ibu nya yg menemani nya saat itu, dalam sadar nya Prada mencari sumber suara yg ia yakini suara tembakan, Cerry yg menyadari hal itu segera keluar kamar mencari sumber suara.

"Ket, ibu bilang tetap di sini."

"Bu.. aku harus tau apa yg terjadi di luar Bu."

Beberapa perawat yg memang sedari tadi ikut menjaga Prada mulai memeriksa kondisi Prada.

"Tuan Prada belum sadar sepenuhnya, sepertinya dia terkejut, saat ini dia sudah berhasil melewati kondisi kritis nya nyonya." Itulah yg di sampai kan perawata pada Ny Raya.

Cherry dengan langkah seribu nya menyelinap keluar dari ruangan Prada, dan sangat terkejut ketika dia melihat Ray terluka karena sebuah tembakan dari ayah nya.

Melihat hal itu Cerry dengan sigap melindungi Ray dengan tubuh mungil nya, sang ayah yg melihat kemunculan Cerry yg tiba-tiba segera menyembunyikan senjata dari balik badan nya.

"Menyingkir dari lelaki sialan itu Ket." Ancam ayah nya dengan tegas.

"Kau tdk bisa melukai nya ayah, aku tidak ijinkan hal itu."

Cerry dengan cepat nya menarik Ray untuk menjauh dari ayah nya, sang ayah hanya mampu meneriaki anak nya itu dari kejauhan. Darah segar mengalir dari lengan Ray kondisi nya yg masih sangat lemah membuat wajah nya sangat pucat dan suhu tubuhnya seketika berubah sedingin salju.

Cerry yang mulai khawatir akan kondisi Ray berusaha mengantar Ray ke kamar nya untuk segera mengobati luka tembak nya, tapi belum sampai mereka pada tujuan suara tembakan membuat mereka terkejut.

Beberapa Bodyguard Ray berlari kearah mereka. "Suara berasal dari bangsal Tn. Prada, seperti nya mereka menerima serangan ke dua Tuan." Ucap salah satu bodyguard Ray.

"Sial!! Cepat hubungi yg lain, aku perintahkan kalian untuk melindungi keluarga Vachirawit terutama Prada, jgn sampai ada yg berhasil menyentuh nya, kalian mengerti."

"Siap Tuan."

•••

Situasi di rumah sakit benar-benar kacau, sebuah tembakan melesat melewati lengan Ray ketika semua ketegangan berlangsung dan semua orang tidak menyadari ada nya senjata di sekitar mereka yg mengintai.

Suasan tegang berubah mencekam dan panik, semua berteriak, berlari tidak karuan, bahkan mengabaikan Ray yg sedang sekarat, dia tidak mampu menahan beban tubuh nya seketika tubuh nya ambruk terkapar dengan tangan kanan menekan keras luka nya dan selang infus yg masih melekat pada nadi nya.

Seorang gadis cantik berlari kearah Ray, tangis nya pecah teriakan nya membuat semua keributan di sekitar mereka hening tanpa suara, hanya terdengar hembusan angin dan tetesan air di dekat mereka.

Sang gadis tak menghiraukan gaun putih milik nya menjadi penuh noda darah karena dia berusaha menenangkan Ray, memeluknya, menjerit dan berteriak histeris,tatapan Gadis itu tertuju pada sebuah balkon kamar tepat di mana posisi Ray terkapar.

"Ray ....tatap mataku, aku bilang tatap mataku,"

gadis itu terlihat sangat frustasi dan histeris, seketika berusaha mengeluarkan ponsel untuk meminta bantuan tapi usaha nya gagal karena lagi-lagi bidikan senjata membuat ponsel di tangannya terpental.

Ray yg sedang sekarat mencoba meraih ponsel dalam saku celana, sang gadis yg sigap melakukan panggilan emergency dan juga panggilan video pada seseorang, ya... Seseorang yg menyebabkan keributan semua ini terjadi.

Panggilan video diabaikan dari sebrang telpon hingga pada akhirnya ponsel Ray berdering dan tertulis nama sie penelpon "Prada" dengan cepat sang gadis mengangkat telpon dan menjadikan mode speaker, tidak ada suara siapapun dari sebrang telpon.. yg terdengar hanya suara alat medis dan alunan musik klasik yg menenangkan.

Ray tdk mampu berkata, hanya tetesan air mata temani kesedihan nya kala itu, sang gadis yg sudah tahu dengan keadaan seseorang di balik telpon hanya mampu berkata pada Ray "dia baik baik saja Ray, kau tdk perlu khawatir kan dia."

Dengan sekuat tenaga Ray berusaha membalas perkataan sang gadis, " jika aku mati hari ini, ijinkan aku hidup kembali Ket," air mata yg begitu deras nya membasahi pipi Ray, genggaman tangan Ray perlahan mulai terlepas dari sang gadis dan perlahan menutup kedua mata nya.

Sang gadis histeris, ketika dia pun mendengar keriuhan dari sebrang telpon bahwa kondisi Prada pun sama hal nya dengan Ray saat ini, "tidak..tidak... aku mohon kalian bertahan."jerit tangis sang gadis mewarnai hari yg sangat mengerikan itu.

•••

PRADA | Bright Win | THE END |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang