18. Black Behind, Habie

138 26 2
                                    

Siapa yang nangis gara-gara ceritanya tembus seribu kali dibacaaa??
Aku akuuu✋✋

Wkwk makasih banyak yaaa buat yang udah baca ceritakuuu! Makasih juga yang udah komen dan nyuarain pendapatnya soal ceritaku.

Aku seneng bangettt!!!(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Aku beberapa kali sempet pingin berhenti nulis, padahal aku baru banget mulai kan?! Tapi rasanya tuh apa ya... kadang ada aja beban yang bikin aku terhalang buat nulis.

Tapi dari sini, aku coba yakinin diri aku sendiri kalau semuanya bakal baik-baik aja.

Buat kalian yang juga kadang ngerasa dunianya turun, ayo bangkit sama-sama!!! Kita pasti bisa!! Hehe

****

Fajar.

Entah setan apa yang merasuki bocah itu. Atau memang sejak awal ada setan yang dikembangkan dalam diri bocah itu, mereka tidak tau.

Hari ini Dion—ralat, Pak Dewangga nama asli Dion yang rupanya penyelidik bukan jurnalis— mengunjungi rumah sakit untuk memberi tahu Nolan dan Habie video hasil wawancara petugas kepolisian dengan Fajar.

"Apa motif kamu ngelakuin ini?"

"Yang mana? Nyulik atau bunuh?"

"Semuanya."

Wajah babak belur akibat serangan para wantit dan Georgee itu tersenyum miring. Kelihatan menyebalkan sampai Nolan terdengar berdesis di sampingnya.

"Dia dan teman-temannya bikin Papi saya masuk penjara. Temannya itu... yang namanya Habie itu... anak dari jalang yang ngerusak keluarga saya."

Mendengar namanya disebut-sebut dengan kalimat sambungan yang terdengar aneh, Habie tertegun. Kesadarannya sempat melayang entah kemana selama beberapa detik, namun kembali dibuat sadar ketika suara kembali terdengar dari mikropon ponsel Pak Dewangga.

"Jadi kamu dendam sama teman korban yang kamu culik dan ngelampiasin itu ke korban?"

Suara tawa terdengar dari mulut Fajar. "Korban? Saya rasa dia nggak pantas disebut korban. Saya yang korban di sini. Entah buat takdir ataupun manusia, saya yang korban di sini!"

PIP

Tiba-tiba layar yang mereka lihat berubah gelap, ponsel itu bergerak karena pemiliknya segera memasukkannya ke dalam saku celana bahannya. "Itu aja yang bisa saya kasih ke kalian, sebenarnya ini sifatnya rahasia. Tapi saya cuma mau kalian tau dan Habie..."

Habie menoleh ke arah Pak Dewangga.

"Saya punya kenalan yang bisa bantu kamu cari tau masalah ibu kamu."

Fajar tidak sepenuhnya salah saat mengatakan bahwa ia adalah korban. Lantas, apa Habie, Nolan atau Ariana yang pantas disebut sebagai pelaku?

Tidak juga.

Apa orangtua mereka yang pantas disebut sebagai pelaku? Bisa jadi.

Nyatanya, tidak ada yang benar-benar jelas dalam hubungan sebuah keluarga. Setidaknya itu yang selama ini Habie lihat. Baik keluarganya sendiri, kedua sohibnya, Georgee dengan kakaknya, atau bahkan Jemian yang kembali muncul akhir-akhir ini.

Semua fakta yang ia dengar rasanya berbondong-bondong menerobos masuk pada otaknya yang belum cukup terbuka. Memaksanya untuk paham di tengah rasa pening yang ia rasakan setelah kejadian yang mengungkap banyak rahasia tersembunyi dari masa lalu itu.

The Shades [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang