Ini alternatif ending dari The Shades yang sebelumnya aku rencanain tapi aku sayang banget sama pembacaku jadi kubikin ending yang lebih terbuka, istilahnya open ending dengan jalan bahagia wkwk.>.<
Jadi ini nggak ada kaitannya sama cerita yaa.
Cuma 'gimana kalau' blablabla. Tapi nggak betul-betul terjadi di semesta awal.
Sooo, happy reading💛
Aku saranin bacanya sambil dengerin lagu galaw wkwk
***
Dua pasang kaki yang dibalut sepatu kinclong itu mendaki bukit dengan hamparan rumput hijau yang tidak begitu tinggi. Kali ini bukan langkah tergesa-gesa seperti pada saat awal mereka memulai cerita ini.
Langkah keduanya lebih ringan dari pasca kejadian itu, meski masih ada saja rasa tidak rela yang menyertai setiap detiknya.
Tapi mereka datang dengan diri yang jauh lebih siap dari biasanya. Waktu terus berjalan bukan?
Meski bisa menyimpan memori selama yang mereka inginkan, tapi bukankah akan lebih baik jika melangkah maju dengan menerima alur yang telah dituliskan Tuhan?
Salah satu membawa buket bunga cantik yang terdiri dari beberapa tangkai mawar merah. Dibalut dengan kertas mika berwarna abu-abu dan pita hitam yang sarat akan kesedihan.
Satunya lagi membawa bunga dengan berbagai macam jenis, namun dalam satu warna.
Merah muda.
Katanya, kamu bisa berbicara dengan seni. Tapi yang orang-orang jarang perhatikan, kamu juga bisa berbicara dengan bunga. Dan itu yang ingin mereka lakukan sekarang.
"Capek bangetttt!" Keluh yang berjalan di belakang sembari memegangi lututnya.
Yang di depan berdecak remeh. "Elehhh. Gitu aja capek, cemen."
Mendapat cibiran pedas itu, yang dibelakang jelas berdecak. Apalagi melihat yang di depan berjalan santai mendahuluinya tanpa belas kasih menawarkan istirahat sebentar.
Yah, mau bagaimana lagi.
Lagi pula tempat yang mereka tuju sepertinya sudah terlihat.
Tempat istirahat dapat mereka lihat dari sini. Salah satunya, adalah tempat peristirahatan raga yang dahulu pernah sama-sama mereka pertahankan.
Yang dahulu sama-sama diusahakan kembalinya.
Tempat dengan bunga matahari kecil di sampingnya. Terlihat indah meskipun kelihatan tua karena ini sudah cukup lama semenjak dibuatnya.
Dua sosok itu berjalan mendekat ke arah tempat di seberang sana.
Di antara banyaknya tempat serupa, tempat itu adalah yang bagi mereka paling indah.
Karena rindu yang selama ini takut dikeluarkan sekarang akan diikhlaskan.
"Hai?" ucap yang lebih pendek. Sosok itu mengusap-usap batu nisan yang kelihatan mulai tua itu. "Apa kabar?"
"Udah meninggal masih Lo tanya kabar."
Yang mendengarnya jelas berdecak kesal. "Ya orang meninggal juga kan kagak bener-bener ilang cintaaa! Kan bisa aja ada kehidupan setelah kematian! Apa kek gitu?!"
"Canggung banget Lo lagian pake apa kabar."
"Ya terus gue harus apa?! Happy anniversary gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shades [Selesai]
AventuraBenar kata orang, bahwa tidak selamanya rumah berbentuk bangunan. Habie, Nolan, dan Ari. Dari jalan cerita yang berbeda, mereka bertemu dalam semesta ini. Bersinggungan sesaat hingga menyadari bahwa mereka sama-sama sempat kehilangan rumah. Sempatny...