Saat kau merasa gundah
Lihat hatimu, percayalah
Segala sesuatu yang pelik
Bisa diringankan dengan pelukPelukku untuk Pelikmu, Fiersa Besari
***
Nolan dan Ariana dibuat panik melihat satu sohibnya itu lari kalang-kabut. Habie bahkan memarkirkan motornya asal di depan karena pagar yang ditutup, membuat Ariana yang semula bonceng ke motor Nolan memilih turun untuk mengurusnya.
Habie membuka gerbang dengan kasar, kemudian berlari ke arah pintu rumah. Tak lupa meneriakkan nama adiknya.
"Bie! Bie!" Nolan meraih bahu Habie. Pandangan bocah itu berlari ke sana ke mari. "Tenang, bego! Nanti kalau Kakung tau gimana?"
"Hana mana, Lan?" Nolan berdecak gemas, temannya itu memang suka berpikir pendek jika sudah berurusan dengan orang yang disayang. Apalagi adik satu-satunya itu. Entah lari kemana otak cerdik itu dibuatnya. "Makanya jangan asal lari gue bilang!"
"Denger, adek Lo sekarang lagi di rumah temennya. Lo nggak perlu khawatir—"
"GIMANA GUE NGGAK KHAWATIR BANGSAT?!" Ariana tersentak hebat mendengar teriakan marah Habie. "ADEK GUE PERNAH HAMPIR MATI GARA-GARA GENG DIA ANJING! GIMANA GUE BISA TENANG?!!!"
"N-nolan..."
"Tenang anjing! Lo pikir dengan gini adek Lo nggak apa-apa? Lo pikir dengan pikiran cetek, Fajar bisa ngerasain yang setimpal? ENGGAK TOLOL!"
Demi Tuhan, dada Ariana sudah sesak parah. Rasanya mau menangis tapi air matanya tidak keluar dan malah membuat tenggorokannya seperti dililit.
Nolan menghembuskan napas berat. "Duduk," katanya sembari menunjuk sofa di depan mereka. "Duduk dulu, gue bilang. Kita bicarain dengan tenang. Adek Lo baik-baik aja di rumah sepupunya Ariana, paham?"
Dengan langkah gontai dan wajah penuh tekanan, Habie melangkah ke arah sofa.
🏚️🏚️🏚️
Dibilang jangan panik, masih saja bocah itu tergesa-gesa. Ia bahkan langsung membuka pintu rumah dari sepupu Ariana tanpa permisi. Dasar bocah.
Paling tidak wajahnya yang tadi layaknya kanibal siap berburu mangsa itu sudah hilang. Tinggal paniknya sedikit. Namanya juga seorang kakak, kan? Apalagi bocah itu adalah keluarga satu-satunya yang dimiliki Habie. Keluarga yang benar-benar keluarga.
Nolan meletakkan helm di ujung spion. Saat berbalik, ia mendapati Ariana dengan wajah yang sudah semerah tomat.
"Ri, Lo kenapa?"
Ariana menggeleng cepat lalu menyusul langkah Habie. Namun sebelum menjejaki tangga terakhir, masalah lain datang. Gadis itu menghentikan langkahnya. Dari dalam sana, seseorang menyadari kehadirannya. Memandangnya dengan seringai.
Ariana pantang menampakkan wajah tertekan karena jika melakukannya, orang itu bakal merasa menang. "Ri, beneran nggapapa?"
"Lan, Lo bawa Hoodie atau jaket nggak?"
Meski bingung, Nolan mengangguk. Ia berbalik ke bawah, membuka jok motornya hingga menemukan jaket hitam bertudung. Rupanya Ariana mengikutinya karena bocah itu sekarang ada di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shades [Selesai]
AventureBenar kata orang, bahwa tidak selamanya rumah berbentuk bangunan. Habie, Nolan, dan Ari. Dari jalan cerita yang berbeda, mereka bertemu dalam semesta ini. Bersinggungan sesaat hingga menyadari bahwa mereka sama-sama sempat kehilangan rumah. Sempatny...