5/ Masa Lalunya

56 10 0
                                    

Setiap orang, sesungguhnya adalah kumpulan dari fragmen-fragmen antara masa lalu, yang menjadikannya seseorang di masa kini, dan berdampak untuk masa nanti. Ge tentu, juga begitu. Oni mulai bertanya-tanya seperti apa sosok Ge itu, siapa perempuan yang dicintainya di masa lalu, dan segala hal yang membentuk dirinya menjadi Ge yang sekarang.

Di kostan Nia, bersama Ayana, Shafira, dan Tita, Oni mulai curhat soal perasaannya pada Ge. Curhatan itu dimulai dari curhatan Shafira dengan Adrian, Nia dengan Haris –pacarnya masing-masing, lantas ke gebetan-gebetan yang pernah disukai Tita dan Ayana, sampai pertanyaan 'siapa gebetanmu' mengarah pada Oni. Waktu Oni bilang suka Ge, mengejutkannya, mereka semua seolah tak terkejut.

"Hadeh, Ge lagi Ge lagi. Gak ada cowok lain apa yang ditaksir anak-anak ini?" begitu komentar Shafira.

"Kirain Oni bakal naksir cowok beda, gitu. Ternyata sama aja," Nia menambahi.

"Hah? Emang kenapa? Banyak ya yang naksir Ge?" tanya Oni clueless.

Teman-temannya saling berpandangan, seolah mengisyaratkan siapa-yang-akan-memberitahu-dia. Lalu dengan hampir-hampir berbarengan, mereka bersorak, "Yaiya, Ni."

Oni kecewa. Tapi mengingat semua orang punya mata, tidak heran juga kalau memang banyak orang yang memiliki perasaan sama sepertinya.

"Aduh, salah ya aku?"

"Nggak salah, Ni. Cuman mainstream aja. Kurang seru jadinya gosip kita," jawab Tita yang dibalas tatapan memicing dari Oni. "Hahaha, nggak Ni. Maksudnya, emang yang naksir Ge tuh banyak. Udah mulai jaman maba. Bahaya emang itu laki."

"Bener pol! Bahaya banget Ge itu," Ayana menimpali. "Waktu apel ospek, dia di belakangku. Dari pertama lihat aja udah kayak 'anjir ganteng banget ini cowok'. Mana tinggi, kan. Udah gitu ramah, murah senyum, dan pas apel bolak-balik ngecekin, 'kamu nggak apa kan? Kalau sakit bilang ya.' Gimana gak baper coba? Tapi ternyata emang anaknya gitu, baik ke semuanya."

"Nah bener!" Tita melanjutkan. "Aku kan nggak ikutan ospek soalnya rawat inap lama. Langsung masuk hari pertama kuliah, nggak punya temen. Waktu bingung cari tempat duduk, Ge yang pertama kali nyapa dan nawarin, 'Oh kamu yang kemarin nggak ikutan ospek soalnya sakit? Sini lho, sebelahku kosong' terus dia ngenalin diri, 'Namaku Ge, kamu siapa?'. Jadinya dia orang pertama yang aku kenal. Kan aku jadi gimana gitu. Ternyata ya emang dia anaknya baik aja."

"Kan, Ge tuh mesti gitu!" Nia menyahut. "Baik sih emang, ngerti. Tau juga dia gak bermaksud apa-apa, murni karena dia emang anaknya baik aja, terlalu baik malah. Cuman cewek-cewek tuh kan jadinya pada baper. Pernah aku protes dia pas dia habis diamuk cewek gara-gara ceweknya baper padahal Ge-nya biasa aja. 'Makanya Ge, jangan gitu' dan dianya cuman balas 'Lah terus aku harus gimana, Nia? Jahat? Perasaan orang kan bukan tanggung jawabku, aku cuman bertindak biasa aja. Bahkan aku nggak ngerasa aku baik, it's just basic manner'. Dan yaudah, resiko dia."

"Tapi bener sih, Ge. Itu basic manner. Cewek-cewek aja yang ngerasa kalau dibaiki cowok langsung mikir ditaksir," kata Shafira.

"Oh, gitu ya..." Oni bergumam. "Dia emang baik sih. Tiap ngobrol atau chat sama dia selalu enak diajak ngobrolnya."

"Eh? Udah main chattingan aja? Ciyeee," goda Tita diikuti temannya yang lain.

"Enggak, maksudnya ya kan biasa aja gitu. Temen sekelas, kan?" Oni mulai salah tingkah.

"Nggak sih, aku juga temen sekelasnya mulai awal maba malah, tapi nggak pernah chattingan sama Ge panjang. Palingan singkat-singkat soal tugas sih," ujar Shafira.

"Ya tapi kan kalian semua tadi bilang dia cuman baik. Ya sama. Gak ada apa-apa."

"Ya siapa tahu?"

"Nggak usah kasih harapan, ya!" ujar Oni. Tak beberapa lama ia melanjutkan, "Eh, tapi emang, Ge tuh deket sama siapa sih? Punya pacar nggak?"

Teman-temannya sontak heboh menggoda, membuatnya makin salah tingkah. "Aaawww... Siapa yaaa," ujar Shafira sok misterius. Gadis itu kemudian melanjutkan, "Ge sih orangnya sad boy. Terakhir pacaran SMA, terus ditinggal mantannya tunangan karena dijodohin. Pacarnya namanya Nadira. Cakep banget orangnya, tipikal selebgram hits ibukota."

Oh, tertebak. Oni entah mengapa merasa tak kaget atau kecewa. Orang seperti Ge jelas pantas bersanding dengan orang seperti itu. Bukan dengan dirinya yang tak menarik dan tak ada apa-apanya ini.

"Terus terakhir ini sih, dia belum deket sama siapa-siapa lagi, kalau curhat ke aku lho ya. Gak tahu, kayaknya belum move on dari mantannya."

Oni menghela nafas panjang. Nah, ini baru menyedihkannya. Kenapa pula Ge harus punya masa lalu itu? Tapi mengingat semua orang pasti punya masa lalu –pun dirinya sendiri—rasa-rasanya Oni tidak dapat berbuat banyak. Mau bagaimana lagi, kan?

Just Another Heartbreak [Unedited]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang