Tentu sulit untuk mengakui atau percaya bahwa Ge dan Shanaz jatuh cinta atau dekat, terutama dengan status Shanaz yang masih berpacaran dengan Reza, dan status Ge yang merupakan teman dekat Reza. Semua orang juga tahu, Reza dan Shanaz termasuk pasangan paling romantis di jurusan. Tapi lama kelamaan, Oni semakin yakin dengan asumsi itu. Ia makin yakin lagi ketika bukan hanya dia yang berpikir demikian, namun hampir semua teman-teman sekelasnya.
"Ge sama Shanaz tuh pacaran nggak sih?" tanya Silvia, salah satu teman sekelas Oni. Gadis itu mencuri-curi dengar sewaktu jam istirahat dan tidak banyak orang di kelas.
"Makanya. Mereka juga pernah keluar berdua kok, nonton. Terus juga, Shanaz udah diemin Reza lama banget. Sampai-sampai Rezanya yang nanya-nanya ke aku kabar Shanaz," respon Maudy.
"Eh iya, aku juga ditanyain. 'Shanaz gimana? Nggak apa kan, dia? Dia diemin aku mulai lama' gitu. Dengernya aku ikutan sedih," kali ini Imelda yang menambahi.
"Di kelas juga barengan terus gitu. Kelihatan lah anak yang deket biasa aja sama yang ada sesuatu."
Kini, Oni yakin. Ada sesuatu di antara Ge dan Shanaz. Keyakinannya semakin menjadi ketika di salah satu akhir sesi kelas, ia terlambat membereskan barang-barangnya untuk pindah ke kelas lain. Teman-temannya sudah pindah semua, menyisakan hanya dirinya, Ge, dan Shanaz di kelas. Lantas, barangkali lupa ada Oni di kelas tersebut, mereka menampilkan gestur mesra yang takkan mungkin dilakukan oleh orang yang hanya berlabel teman.
"Kamu nanti pulang kuliah ada acara, nggak? Keluar yuk," ucap Shanaz sambil menatap Ge dengan tatapan yang begitu dalam, dan dibalas lelaki itu tak kalah dalamnya.
Tangan Ge meraih pundak Shanaz, merangkulnya ringan, sembari mereka berjalan perlahan keluar dari kelas. "Free kok. Entar aku kabari, ya."
Oni membeku. Seolah ada tusukan pisau yang terasa pada dadanya. Barangkali kaget, ia tak sengaja menjatuhkan barang-barang dan buku-buku yang tak sempat ia masukkan dalam tasnya, membuat kegaduhan dan menyadarkan Ge dan Shanaz. Mereka berdua nampak salah tingkah dan segera berjauhan.
"Ups, sorry. Banyak banget emang bawaanku hehe," ujar Oni sambil buru-buru mengambil barangnya dan buru-buru keluar dari kelas.
"Aku bawain kah, Ni?" tawar Ge.
"Nggak. Nggak usah!" jawab Oni singkat tanpa menoleh pada Ge. Ia segera berjalan cepat menuju kelas berikutnya, tak ingin berbarengan dengan Ge dan Shanaz.
***
Seolah belum cukup menyiksa dirinya, semesta waktu itu menempatkan Oni, Ge, dan Shanaz untuk kerja kelompok. Deadline yang diberikan dosen saat itu cukup mepet, sehingga mereka harus segera mengerjakannya. Mereka bertiga pun tetap berada di kelas saat sesi perkuliahan terakhir berakhir, berunding menyelesaikan pekerjaan mereka. Sebenarnya sempat ada Argha yang menemani Shanaz sebentar, namun karena ia juga dipanggil kelompoknya untuk mengerjakan tugasnya, ia harus pamit.
Kini, rasanya Oni sedang menjadi orang ketiga di antara Ge dan Shanaz.
Kecanggungan terasa di antara mereka bertiga. Ge dan Shanaz kentara sekali menunjukkan bahwa mereka biasa saja, seperti teman pada umumnya. Namun hal itu justru membuat Oni sadar kalau ada hal yang mereka tutupi.
"Kamu mau keripik kah, Ni?" tawar Shanaz. Gadis itu membawa persediaan snack cukup banyak.
"Nggak. Thank you," ujar Oni sambil terus membaca buku materi di hadapannya, berharap kerja kelompok hari ini bisa segera usai.
"Yang ini kan ya yang dimasukin power point?" ujar Shanaz sambil memajukan tubuhnya, lantas menunjuk kalimat di buku menggunakan pensil.
"Enggak, mulai yang ini lho—" ujar Ge mengoreksi sambil ikutan menunjuk pada buku di hadapan Oni, yang tak sengaja menyenggol tangan Shanaz hingga pensilnya terjatuh lantas menggelinding ke lantai. Tak sampai situ, mereka berdua reflek saling mengambil di lantai, tangan mereka bersentuhan, dan mereka saling bertatapan.
Oni melihat itu semua karena Oni duduk sendirian di deret bangku berbeda, sementara Ge dan Shanaz berada di deret sampingnya. Pensil tersebut jatuh di lorong antar deret tersebut. Ia pura-pura tak melihat, lantas melanjutkan pembahasan mereka tadi. "Iya, yang ditunjuk Ge. Biar aku ketik."
Setelah sekitar satu jam, kerja kelompok tersebut akhirnya usai. Oni buru-buru mengemasi barangnya.
"Eh, langsung pulang, Ni? Nggak ngobrol-ngobrol dulu?" tanya Ge.
"Eh, iya. Kata Ge kamu asyik lho diajak ngobrol," lanjut Shanaz.
Oni menghentikan kegiatan mengemasinya, lantas menatap Ge dan Shanaz bergantian.
"Ah, enggak. Nggak terlalu suka ngobrol sih aku sebenarnya. Lagian gak enak juga ganggu," kata Oni sambil memaksakan senyum di kedua sudut bibirnya.
"Kamu kenapa, Ni?" tanya Ge yang membuat Oni kesal. Sok perhatian, batinnya.
"Gak apa. Kenapa emang?"
"Nggak apa. Kayak badmood aja."
Oh, c'mon. "Nggak kok. Biasa aja. Duluan, ya," ujar Oni lantas pergi meninggalkan kelas tanpa menoleh kembali.
Sumpah. Mendadak ia begitu muak berada dekat-dekat dengan Ge dan Shanaz.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Another Heartbreak [Unedited]
Romanzi rosa / ChickLitSetiap pertemuan menyimpan cerita. Begitu pula dengan pertemuan Oni dengan Ge. Kebetulan demi kebetulan membuat gadis itu mengenal lebih dekat sosoknya, lantas tahu-tahu dibuat jatuh cinta oleh segala yang lelaki itu miliki. Meski sedari awal sudah...