BAB II

362 26 2
                                    


Pukul 12.45 kelas terakhir Ping selesai. Seperti biasa Ping dan Thomas berjalan keluar kampus dengan beriringan. Banyak mata tertuju pada mereka berdua. Mereka terpesona pada Ping yang manis dan imut dan juga pada Thomas yang tampan. Mereka sudah terbiasa dengan itu semua, jadi mereka berdua mengabaikannya.

Sesampainya di pelataran kampus Ping berpisah dengan Thomas, karena Thomas membawa mobil sendiri dan arah rumah mereka berbeda. Sedangkan Ping lebih senang naik kendaraan umum dan tidak ingin merepotkan Thomas. Tak akan ada yang mengira kalau Ping anak orang kaya, pasalnya dia pulang pergi selalu naik bus. Ping tidak ingin orang melihatnya karena kekayaan yang ia miliki, maka dari itu banyak yang menyukai sifatnya yang ceria, low profile, Dan apa adanya bukan ada apanya.

Saat sedang menunggu bus, datang sebuah mobil sport mewah berwarna merah didepannya. Lamborghini Aventador J terpampang didepan matanya, dengan pengemudi tampan mengenakan kacamata hitam.

Ping dan orang-orang di halte itu dibuat takjub dengan mobil didepannya dan terpesona dengan orang yang baru saja keluar dari mobil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ping dan orang-orang di halte itu dibuat takjub dengan mobil didepannya dan terpesona dengan orang yang baru saja keluar dari mobil itu.

"Siapa dia? dia sangat tampan dan mobil nya sangat keren" puji Ping dalam hati. Ping dibuat lebih bingung lagi kala sang pengemudi datang menghampirinya. Ping sampai celingukan takut salah mengira, tapi dia memang menuju kearahnya. Si pengemudi berhenti tepat didepannya saat ini, membuat orang-orang bertanya-tanya ada hubungan apa mereka. Karena banyak mahasiswa di halte itu yang mengenal si pengemudi, yang notabene nya ternyata sang Casanova Meen Nichakoon. Sayang ping tidak mengenalnya karena Thomas tadi belum sempat memberi tahu wajah Meen.

"Hai..... Boleh aku berkenalan denganmu? Aku Meen, siapa namamu?" Sapa Meen dengan tersenyum dan mengulurkan tangannya.

Ping mengulurkan tangannya dengan ragu "hai juga.... Aku Ping" sejujurnya Ping masih ragu pada orang didepannya ini, tapi dia tidak mungkin mengabaikan orang dihadapannya ini. Karena dia berada ditempat umum dan banyak orang yang melihatnya.

"Em... Ping?"
"Ya..."
"Maaf kalau aku membuatmu sedikit bingung, dengan datang tiba-tiba dan meminta berkenalan denganmu."
Mendengar perkataan Meen dia hanya bisa tersenyum bingung sambil mengingat nama Meen yang sempat Thomas ceritakan. Dalam hati Ping berkata,
"Ooh..... Jadi dia Meen yang diceritakan Thomas. Dia memang tampan pantas banyak yang terpesona. Aku saja tadi sempat terpesona sebentar"

"Hei... Ping... Ping.....?"
"Eh ah iya maaf?" Jawab Ping gelagapan saat menyadari bahwa dia melamun.
"Tidak apa-apa Ping. Oh iya, aku belum menjelaskan kenapa aku datang padamu. Tapi sebelum itu aku pikir kita tidak bisa berbicara banyak disini. Bolehkah kita bicara di mobilku sambil kuantar kau pulang." Sebelum Ping menjawab Meen sudah lebih dulu menyelanya
"Kumohon jangan menolak ajakanku, karena aku pasti akan sangat malu" lanjutnya sambil tersenyum dan melihat orang-orang yang menatap kearah mereka berdua. Ping pun melakukan hal yang sama dengan melihat sekeliling. Dan ternyata benar dirinya menjadi pusat perhatian. Alhasil Ping hanya bisa pasrah pada keadaan
"Ooh..... Baiklah."
Dalam hati Meen sangat senang karena telah berhasil membujuk Ping. Meen berlari lebih dulu ke mobilnya dengan Ping mengikuti dibelakang. Meen membukakan pintu mobil untuk Ping, membuat Ping tersenyum kikuk tapi tetap mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih na phi meen" ucapnya dengan lembut membuat jantung yang mendengarnya berdebar kencang

"Tidak masalah Ping" Meen tersenyum sambil menyadarkan dirinya akibat terpesona pada Ping. Lalu ia menjalankan mobilnya. Dalam perjalanan mereka sedikit berbincang satu sama lain.

"Emm... Ping, melanjutkan yang tadi. Kenapa aku mengajakmu berkenalan" Ping menoleh pada Meen dan memperhatikan dan Meen meneruskan.

"Sebenarnya tadi saat aku dan teman-temanku bermain basket, aku melihatmu berjalan ke arah kantin bersama temanmu. Jujur aku penasaran denganmu, aku suka melihatmu saat tersenyum. Bahkan matamu sampai menghilang, itu sang menggemaskan menurutku" jelas Meen

Ping hanya bisa tersenyum menanggapi. Dalam hati dia berkata "hemh gombal, dasar playboy. Untung saja Thomas sudah memberi tahu dan memperingatkanku tadi, jadi aku tidak akan tertipu!"

"Ping, maukah kau berteman denganku? Agar aku bisa mengenalmu dan kau mengenalku."

"Kenapa aku harus mengenalmu phi Meen? Apakah itu harus?"

Meen dibuat bingung dengan pertanyaan Ping, masalahnya baru kali ini ada orang yang terlihat tidak tertarik dengannya. Tapi sebelum Meen menjawab Ping sudah lebih dulu berkata

"Baik, hanya berteman kan? Itu tidak masalah. Asal tidak saling merugikan" ucap Ping menyetujui membuat Meen tersenyum lebar.

"Ok Ping, untuk awal pertemanan kita mau kah kau bertukar nomor telepon denganku?"

"Ok!" Akhirnya Mereka bertukar nomor. Tak lama setelahnya mobil Meen sampai di rumah Ping. Meen tercengang melihat rumah Ping yang besar. Dan berpikir ternyata Ping anak orang kaya sama sepertinya. Tapi kenapa dia harus naik bus, aneh sekali. Dah akhirnya Meen memberanikan diri untuk bertanya.

"Ping maaf kalau aku lancang, apa benar ini rumahmu? Em... Maaf bukannya aku mau menghinamu, tapi rumahmu sebesar ini tapi kau ke kampus hanya naik bus? Apa tidak salah Ping?"

"Tidak masalah phi Meen. Semua orang yang melihatku pasti akan bertanya seperti itu. Sebenarnya aku tidak suka orang melihatku hanya dari apa yang kumiliki dan tidak tulus berteman denganku. Dulu juga aku sepertimu kemana-mana pakai mobil mewah barang mahal. Semua orang berlomba mendekatiku dan ingin berteman denganku. Tapi saat aku tau mereka hanya memanfaatkanku, aku mulai malas menggunakan semua kekayaan orang tuaku. Aku menjadi apa adanya, biarkan orang mengira kalau aku miskin. Itu lebih baik dari pada mereka tidak tulus padaku. Hanya satu orang yang menganggapku apa adanya, dia adalah Thomas orang yang kau lihat berjalan denganku tadi siang. Orang tuaku pun tidak masalah dengan itu, asalkan aku bahagia menjalaninya" jelas Ping panjang lebar dan membuat Meen tersenyum haru dan bangga dengan sifat Ping.

"Oh maaf phi Meen aku terlalu banyak bicara" Ping tersenyum canggung

"Tidak apa Ping, justru aku suka mendengarnya. Jarang sekali ada orang sepertimu. Kau hebat Ping, akupun tak seberani itu. Tapi yang kau katakan memang benar, disekitarku pun banyak yang seperti itu. Bahkan para wanita berlomba mendekatiku karena mereka tau aku kaya. Kau pasti juga sudah mendengar tentangku bukan? Siapa aku dikampus?"@

"Sedikit... 😁"

"Aku jujur padamu kalau aku memang suka Gonta-ganti wanita. Itu karna mereka yang ingin menjadi kekasihku, tak pernah sekalipun aku menyatakan cintaku pada mereka. Tapi setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dariku dan begitupun sebaliknya, maka aku akan memutuskannya. Itu karena aku tidak pernah mencintai mereka dan mereka hanya menginginkan uangku saja. Benar katamu mereka tak tulus menyukaiku" jelas Meen tersenyum kecut

"Sabar phi Meen" ucap ping sambil tersenyum dan menepuk pundak Meen.

"Ping bisakah kau tulus berteman denganku?"

"Tentu phi Meen, mari berteman dan semangat 💪💪💪" Ping begitu ceria membuat Meen tertawa lebar. Dan Meen bertekad akan menjadikan Ping miliknya, karena Meen sudah benar-benar jatuh cinta pada Ping. Akhirnya sang Casanova jatuh bertekuk lutut pada pemuda manis ini.

Berteman dengan Ping adalah awal yang baik untuk memilikinya. Meen tidak mau terburu-buru menyatakan cinta, karena dia takut Ping tidak percaya padanya dan berakhir lari darinya. Jadi Meen akan melakukannya secara bertahap untuk menjadikan Ping miliknya.


TBC

Get us together for a long time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang