BAB IX

120 11 8
                                    

Di dalam kamarnya, Ping terus menangis hingga dia kelelahan dan tertidur.

Lain lagi dengan Meen. Dia merebahkan tubuhnya di kasur dengan keadaan yang juga tidak baik. Dirinya masih terus manangis meratapi kebodohannya. Dia terus berpikir, andai saja dia tidak kembali bertemu June mungkin hubungannya dengan Ping tidak akan seperti ini. Tapi sekali lagi dia berpikir, walaupun June datang kembali tapi dirinya tidak termakan ancaman mantan kekasihnya itu, dia tidak akan berakhir seperti ini. Seandainya dia lebih berpendirian dan lebih teguh lagi hatinya, maka hubungannya dengan Ping akan tetap baik-baik saja. Ini semua memang salahnya dan kebodohannya. Sekarang dirinya hanya bisa terus menangis karena takut hubungannya dengan Ping benar-benar kandas.

"Maafkan aku Ping..... Aku salah sayang, aku bodoh,....hiks.....hiks..... Kumohon maafkan aku, jangan tinggalkan aku.....hiks..... Aku tidak bisa hidup tanpamu......hiks..... Maaf..... Maaf...... Maaf....." Meen terus bergumam sambil menangis, sampai benar-benar lelah dan tertidur. Keadaan Meenping tidak jauh berbeda, mereka tidur karena kelelahan menangis dan tidur dengan mata yang sama-sama sembab.

***

Jam makan malam pun tiba. Mama Ping bergegas pergi ke lantai atas untuk membangunkan anak dan kekasih anaknya. Sedangkan papa Ping yang sudah pulang kerja sedang menunggu di meja makan. Papa Ping sudah tahu perihal apa yang terjadi pada putranya dan kekasihnya, karena mama Ping sudah menceritakannya. Sampai di atas mama Ping mengetuk pintu kamar Meen terlebih dulu.

Tok...tok...tok...
"Meen... sayang bangun nak, kita makan malam dulu. Ini sudah waktunya makan malam sayang"
Tak berselang lama, pintu terbuka dan menampakkan wajah Meen yang benar-benar berantakan. Mata sembab, rambut acak-acakan, muka bantal yang penuh penyesalan. Mama Ping jadi prihatin melihatnya.

"Meen kamu tidak apa-apa sayang?"
"Tidak apa-apa Tante" jawab Meen sambil memaksakan senyumnya.
"Ya sudah kalau begitu, sekarang cepat cuci mukamu dan turun kebawah untuk makan malam. Om sudah menunggu di meja makan"
"Iya Tante, Meen cuci muka dulu"
Setelahnya Meen masuk dan menutup pintu. Sedangkan mama Ping berjalan ke kamar sebelah untuk membangunkan anaknya.

Tok...tok...tok...
"Sayang..... bangun sayang..... Kita makan malam dulu yuk?"
Tok...tok...tok...
Mama Ping terus mengetuk pintu kamar Ping sambil terus memanggil anaknya. Tapi tetap tidak ada jawaban.
"Ping sayang, mama masuk ya?" Mama Ping mencoba membuka pintu kamar Ping dan ternyata tidak dikunci. Saat masuk hanya terlihat seperti gumpalan kepompong besar diatas kasur. Mama Ping berjalan mendekat dan berakhir duduk di samping kepompong besar itu. Tangannya mengelus gumpalan itu sambil berkata dengan lembut.

"Ping sayang ini mama nak. Ping kalau ada masalah bisa cerita ke mama sayang. Mama sedih melihat anak kesayangan mama seperti ini. Saat anak mama ada masalah tapi mama tidak bisa membantu. Apa Ping sudah tidak percaya lagi pada mama? Apa Ping sudah tidak sayang lagi pada mama?...hiks.....hiks....." Mendengar sang mama yang mencoba membujuknya bahkan sampai menangis, membuat Ping keluar dari buntalan besar itu. Ping keluar langsung memeluk mama nya sambil menangis.

"Mama.....hiks...hiks... Mama.... sakit ma, kenapa sangat sakit?"
"Iya sayang, mama tau Ping sakit. Tapi tolong ceritakan pada mama apa yang membuat Ping sakit. Agar mama bisa membantu...hmm" ucap mama Ping dengan lembut sambil mengusap punggung anaknya.
"Ma..... Phi Meen ma" dengan melepaskan pelukan Ping dan memberi sedikit jarak, mama Ping bertanya sekali lagi.
"Iya sayang, Meen kenapa?"
"Phi Meen... phi Meen..... selingkuh mama..... huwaaaaa....." Akhirnya Ping menangis dengan keras. Apa yang ditahan sedari tadi saat bersama mama nya keluar juga. Mama Ping sampai terkejut mendengar tangisan Ping. Tak hanya mama Ping yang terkejut, bahkan papa Ping dan Meen yang sudah duduk di kursi meja makan pun ikut terkejut dan mereka berdua segera berlari ke atas. Papa Ping sampai membuka pintu kamar Ping dengan kasar karena khawatir dengan anaknya.

Get us together for a long time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang