Takut Terbiasa

1.3K 178 24
                                    

.

.

.

Hari ini, berjalan seperti yang selama ini Haruto impikan, tak banyak yang Haruto lakukan ia hanya membantu Junkyu menjemur seprai di balkon, sarapan dan bersantai di depan tv. Sama halnya dengan Haruto, Junkyu menikmati hari santainya seperti biasa.

Haruto membuang sampah kuaci kedalam pelastik yang terdapat diatas meja. Siang ini mereka sedang menonton serial upin & ipin atas permintaan Haruto. Sebenarnya Junkyu tidak tertarik untuk ikut menonton, tapi daripada dia bosan hanya diam di kamar seharian, lebih baik ia menemani Haruto suami kecilnya.

“Besok kamu berangkat ke sekolahnya aku yang anter ya” Junkyu menuangkan air mineral kedalam gelas untuk diberikan kepada Haruto.

“Biar lebih aman, daripada Junghwan kelupaan lagi kayak kemaren, kamunya di tinggal” Lanjut Junkyu.

Haruto meneguk air yang Junkyu berikan sebelum bertanya. “Emang kakak ga sibuk?”

“Ya aku kan setiap hari ga ada kerjaan. Cuma beberes apartemen doang” Haruto mengangguk setuju atas penjelasan Junkyu.

Haruto tiba-tiba diam. Sesuatu teringat di benaknya. Ia selalu saja menyusahkan Junkyu, mungkin ini saat yang tepat untuk minta maaf. Menurut Haruto perbuatannya beberapa minggu ini sungguh keterlaluan.

“Kak maaf ya kalau aku sering nyusahin kakak. Ngilangin motor yang baru kakak kasih, sering ngerepotin kak Junkyu, apalagi tadi pagi aku ngompol jadinya kakak Harus nyuci seprei aku” Haruto menunduk. Ia sadar selama ini kehadirannya hanya menjadi beban bagi Junkyu.

Junkyu mengangkat dagu Haruto pelan, “Haruto liat aku”

Haruto dengan ragu mengarahkan pandangannya pada manik Junkyu.

“Kamu gak pernah nyusahin kakak kok, justru dengan adanya kamu kakak malah bersyukur. Kamu udah nyelamatin keluarga kakak jadi kamu jangan ngerasa begitu ya” Suara lembut Junkyu begitu menenangkan hati Haruto.

Haruto mengangguk pelan, ia sama sekali tidak dapat menggerakkan bibirnya untuk sekedar berkata ‘Ya’. Haruto terprsona, ia selalu menghindar saat berkontak mata dengan Junku. Entah mengapa ia malu untuk menatap pemuda yang lebih tua darinya itu.

Mereka masih saling menatap, Hingga suara rintikan air terdengar dari balkon. Junkyu reflek melompat dari sofa. “Haruto ujan, angkat jemuran”

Kontak mereka terputus, Junkyu meninggalkan Haruto sendiri di ruang tengah. Haruto mematung selama lima detik, setelah sadar Junkyu tidak berada lagi di hadapannya ia ikut berlari menuju balkon membantu Junkyu memindahkan jemuran.

.

.

.

Malamnya, Haruto terbangun dari tidur nyenyaknya. Haruto merasa tenggorokannya kering dan memutuskan untuk pergi ke dapur.

Haruto berhenti di ruang tengah untuk menghidupkan lampu. Langkahnya terhenti sebelum memasuki area dapur. Haruto melihat Junkyu sedang duduk membelakanginya, tatapan pemuda itu terlihat kosong . Dihadapan tersedia sebuah botol alkohol dan juga gelas.

Haruto memperhatikan Junkyu dari kejauhan sebelum berjalan mendekat. Sisi lain Junkyu yang belum pernah Haruto lihat.

Haruto yakin pria itu sedang tidak baik-baik saja. Lagipula mana ada orang yang baik-baik saja setelah batal menikah dengan pria yang ia cintai dan dikhianati sahabatnya sendiri?.

“Kak” Panggil Haruto pelan.

Junkyu masih diam seolah tidak sadar akan kehadiran Haruto yang kini ikut duduk di sampingnya.

“Kak” Kali ini Haruto menepuk pundak Junkyu.

Kali ini Junkyu merespon, namun ia juga terkejut dengan kehadiran Haruto. Junkyu cepat-cepat bangkit dan menyembunyikan botol alkohol itu kedalam lemari.

“Kamu dari kapan di situ?” Tanya Junkyu saat kembali ketempat duduknya.

“Kakak lagi ada masalah?” Bukannya menjawab, Haruto malah balik bertanya.

Junkyu menggeleng. “enggak tuh, udah ah  ayo istirahat besok kamu sekolah kan”

Haruto menarik Junkyu yang hendak beranjak, menahannya untuk pergi. “Jangan bohong kak, aku tau kakak lagi mikirin sesuatu.”

Junkyu mendesah pelan, ia kembali duduk dan berkata dengan Haruto penuh keyakinan bahwa dia baik-baik saja.

Haruto tetap tidak percaya, Junkyu tidak akan jujur jika tidak di ancam. “Kakak mau cerita atau aku cium?”

Ancaman Haruto berhasil. Junkyu melihat tidak ada kebohongan pada mata Haruto, daripada ia harus merelakan bibir nya untuk bocah itu, lebih baik Junkyu jujur dan bercerita tetang sesuatu yang mengganggu pikirannya.

“Entah kenapa akhir-akhir ini yoshi jarang hadir di pikiran aku.Setelah kita nikah, dulu aku sering banget kepikiran dia. Dia lagi apa sama Karina?, apa mereka baik-baik aja?, dia masih mikirin aku gak ya?, sekarang aku bener-bener bukan prioritasnya lagi ya?” Dengan pelan Junkyu bercerita. kepala Junkyu menunduk, suaranya perlahan bergetar.

“Sekarang aku udah ga pernah mikir begitu, dulu kalau ada apa-apa Yoshi selalu jadi orang pertama buat aku.Aku takut, aku takut nati aku terbiasa hidup tanpa Yoshi” Air mata Junkyu menetes, ia menangis pilu. Junkyu merasa bingung dengan dirinya sendiri. Ia baru saja melepaskan orang yang paling ia sayangi, secepatnya itu kah hatinya melupakan Yoshi?.

Haruto menarik Junkyu kedalam pelukannya. Meski tidak yakin itu dapat membantu, setidaknya ia berusaha membuat Junkyu merasa nyaman.

“Kak Junkyu boleh nangis juga ngeluh di depan aku, jangan hadapin semuanya sendiri ya kak” Haruto memberikan elusan halus pada pundak Junkyu.

“Karna kakak ga hidup sendiri, kakak punya aku” Lanjutnya.
Tangis Junkyu makin menjadi. Malam ini, ia luapkan segala keraguannya di hadapan Haruto. Seseorang yang tanpa sengaja ia libatkan dalam hidupnya.

.

.

.

Kali ini updatenya sedikit panjang ya?

Mohon maap tapi aku mau nanya
Kira² kalau ku tambahin unsur 🔞 sedikit bakal ada yang ke ganggu gak?

Udah itu aja untuk hari ini
Kalau ada typo maap ya.

Mendadak Manten [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang