Mogok sarapan

550 80 13
                                    

Bel berbunyi pertanda istirahat, semua siswa berhamburan keluar kelas begitu pun Haruto yang sedang bersiap pergi ke kantin.

"Aku kayanya bakal bisulan deh" Ucap Haruto dengan semangkuk bakso dihadapannya.

"Kak Junkyu ga bosen tah ngasih makan aku telor terus setiap pagi?"

"Yaa Lo harusnya protes dong ke kak Junkyu, bukan ke gue" Junghwan lanjut menyantap baksonya dengan khidmat.

"Haruto" Panggil seseorang yang berjalan mendekat ke meja mereka.

Kedua pemuda itu mengarahkan atensinya pada gadis itu. Hima namanya, gadis cantik dengan pipi tembam juga kacamata yang bertengger pada hidungnya.

"Eh, kamu udah jajan yaa?" Tanya gadis itu saat menyadari pemuda yang dia panggil tadi berhadapan langsung dengan mangkuk bakso.

"Iya nih, kamu mau pesen bakso juga?" Haruto menawarkan.

Hima menggeleng lalu menyodorkan sebuah kotak bekal pada Haruto. "Nanti kalau perutnya masih cukup tolong di makan yaaa, itu sengaja ku buat untuk kamu"

Mata Haruto berbinar saat menerima kotak bekal itu, terbersit ide cerdik di otaknya.

"Makasih yaa Himm, besok-besok bawa lagi Yoo"

Hima mengangguk malu, gadis itu pergi dengan senyum di bibirnya.
Junghwan mencubit keras pinggang Haruto yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa di terima sih To?"

"AW SAKIT" Haruto memukul tangan Junghwan

"Biarr mulai besok aku mau protes ke kak Junkyu pokoknya" Sepertinya bocah itu sudah mempunyai rencana agar dia tidak terus-terusan mengkonsumsi telur setiap pagi.

"Yakin bakal berhasil? Kalau kak Junkyu marah gimana?" Haruto tidak memperdulikan ucapan Junghwan, ia malah bersenandung kecil.

Junghwan tidak ikut-ikutan kali ini. Toh itu juga urusan keluarga mereka lagi pula dia sudah memberikan peringatan.

.

.

.

.

"Haruto!!! Sarapan!!" Panggil Junkyu dari dapur. Merasa tidak ada jawaban, Junkyu menghampiri Haruto di kamarnya.

Pintu kamar Haruto memang tidak pernah ditutup saat pagi ataupun siang, bocah itu hanya menutup pintunya saat dia sedang mandi atau tidur.

Di sana terlihat Haruto yang hanya memakai kaos seragam atasan tanpa celana sedang mengacak-acak lemari.

"Kak liat celana olahraga ku gak?" Tanya Haruto yang merasa kehadiran Junkyu di kamarnya.

Junkyu bersender di samping pintu menyilangkan tangannya. "Kamu dapet baju itu dari mana?"

"Tadi aku ambil di lemari baju seragam"

"Coba liat lagi"

"Ga ada kak udah ku liat"

Junkyu berjalan menghampiri Haruto, menghela nafasnya saat melihat tumpukan baju itu kini sudah tidak beraturan. Tangannya menarik sebuah kain yang tertumpuk pakaian lainnya bahkan nyaris tidak terlihat.

"Ini apa?" Junkyu melepar celana itu ke wajah hruto.

"Hehehe tadi gak keliatan" Haruto cepat-cepat memakai celana itu.

"Ayo kak berangkat aku udah telat"

"Masih ada waktu ayo sarapan dulu" Ajak Junkyu.

"Gak mau, aku bosen sarapannya telor lagi, telor lagi"

"Gak mau sarapan jadinya? Gak ada uang jajan lohh hari ini kalau gak sarapan" Junkyu memberikan ancaman.

Haruto tak perduli, toh di sekolah juga nanti Hima akan memberikannya bekal.

"Gak papa daripada aku makan telor terus"

Junkyu sedikit kesal, pasalnya jika Haruto tidak ingin sarapan dengan telur seharusnya ia memberi tahu Junkyu terlebih dulu. Sia-sia ia menggoreng telur itu.

Tidak ada pembicaraan bahkan saat Haruto keluar dari mobil. Junkyu masih sebal dan Haruto masih dengan pendiriannya.Hari pertama protes semoga berjalan dengan baik.

Saat memasuki ruang kelas, Haruto melihat Hima sudah menunggu di bangkunya dengan kotak bekal di meja.

"Pagi Haruto, hari ini aku buru-buru maaf banget cuma bisa nyiapin ini" Ucap Hima mendorong kotak bekal itu kehadapan Haruto.

"Gak papa kok Him, aku malah sengaja gak sarapan biar bisa makan bekal kamu" Ucap Haruto.

Hima kembali ke bangkunya, meninggalkan Haruto yang kini menatap kotak bekal itu dengan senang.

Haruto membuka kotak bekal itu dengan senyum lebarnya, senyumnya tertahan saat melihat isi dari kotak bekal itu. Nasi goreng spesial dengan telur mata sapi.

Sepertinya Haruto dan telur sangat berjodoh. Bahkan Tuhan pun tidak ingin mereka berpisah.

Haruto menggeser telur itu dan memutuskan untuk memakan nasi gorengnya saja, namun saat satu suapan ia benar-benar terkejut dengan rasanya. Ini bukan nasi goreng buatan Hima, tapi nasi goreng buatan pasien usus buntu karena rasanya sangat pedas.

Kota bekal itu ditutup kembali, Haruto sama sekali tidak minat menghabiskannya. Bel pun tak lama berbunyi, sungguh malang nasip pemuda itu sudah tidak sarapan, uang jajan pun tak ada.

Di tempat lain, saat ini Junkyu sedang menghabiskan waktunya dengan bersantai. Ia menyalakan musik klasik dan berendam di bathtub. Ah  sudah lama dia tidak merasakan surga dunia seperti ini.

Musik klasik itu tiba-tiba diganti dengan deringan pada ponsel Junkyu. Junkyu dengan malas keluar dari bathtub mengambil ponselnya.

"Iya, itu saya, ada apa ya pak?"

"Hah? Kok bisa? Iya pak, iya saya segera ke sekolah"

Junkyu segera memakai handuk, mengerikan tubuh nya dan berpakaian. Tak lupa ia mengirim pesan pada Junghwan

Junkyu
Kamu kok ga kabarin Kaka sih
Nanti ikut kakak pulang ya
Bantuin kakak gotong Haruto



.

.

.

Paham kan Haruto kenapa??
Wkwkwkw lagian siii apa susahnya tinggal Telen aja tu telor 😭

Hi guysss ada yang kangen pasang ini gakk?
Kalian lebih kangen aku apa mereka?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mendadak Manten [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang