Part 8

142 11 1
                                    

Di saat Hilda sedang melamun mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, Bimo masuk kedalam kmaar dan memeluknya dari belakang.

"Sayang, kamu habis nangis? Kenapa hmm? Kamu Ingatkan kata dokter tadi, jangan stres, kalau bisa jangan sering nangis"

"Iya mas aku ingat, mas kamu kenapa nggak aktifin handphone mu?"

"Sengaja, aku ingin fokus ke kamu dan bayi kita jika aku sedang di sini"

"Lain kali jangan gitu mas, gimana kalau ada yang penting? Tadi Ayuna nelpon aku, katanya kamu kalau disini gak pernah bisa dihubungin, terus perlakuan kamu ke dia juga banyak berubah selama kita menikah dan kelakuan mu itu membuat Ayuna curiga.
Jangan begitu mas, aku mau kamu kembali seperti dulu lagi ke Ayuna, mana janji kamu yang mengatakan akan adil? Kalau kamu kayak gini, kasihan Ayuna mas, kamu gak bisa adil sama dia.
Kamu membuat rasa bersalah aku pada Ayuna semakin membesar dan membengkak, besok kamu harus balik mas, Nadia masuk rumah sakit.
Seharian Ayuna dan mas Bas mencoba menghubungi kamu namun tidak bisa tersambung, tolong aktifin handphone mu dan hubungi Ayuna"

"Sayang maafin aku, aku janji mulai sekarang akan berusaha adil untuk kalian berdua, sudah ya jangan nangis lagi kasihan anak kita hmm"

"Kamu harusnya minta maaf ke Ayuna bukannya ke aku mas, mas aku tahu kamu sangat mencintai Ayuna, aku harap kamu masih mengingat bagaimana perjuangan mu dulu untuk bisa mendapatkan Ayuna. aku juga tahu kamu masih mencintai Ayuna kan mas, gak mungkin cinta kamu lenyap hanya karena kebersamaan kita beberapa bulan ini, kamu hanya lagi terbuai sesaat karena mendapatkan orang baru"

Bimo membalikan Hilda agar ia bisa melihat wajahnya lalu memegang bahunya.

"Hei, jangan berkata begitu sayang.
Aku nggak suka dengarnya! Aku memang masih cinta sama Ayuna tapi aku juga cinta sama kamu, cinta aku ke dia dan ke kamu sama besarnya. Aku menikahi mu bukan hanya karena rasa tanggung jawab dan nafsu belaka, tapi aku juga menginginkan kamu, menyayangi kamu bahkan mencintai mu.
Aku juga tidak mengerti mengapa aku bisa mencintai dua orang sekaligus di saat beramaan, jangan pernah ragukan cintaku kepadamu Hilda, itu membuat hati aku sakit. Apakah kamu tidak mencintai ku Hilda?"

"Aku nggak tahu, rasanya tidak pantas mencintai mu di saat kamu milik orang lain."

"Kamu pantas mencintaiku, aku suami mu, Aku juga milik mu dan kamu juga berhak mencintaiku seperti Ayuna"

"Entahlah yang pasti saat ini disaat sedang bersamamu aku merasa nyaman dan disaat kita jauh aku selalu merindukanmu"

Bimo memeluk Hilda dan menciumi pucuk kepalanya.

"Kamu nggak apa-apa kan kalau besok aku pulang?"

"Iya mas, kan ada Bu Lia yang nemanin aku. Nadia dan Ayuna lebih membutuhkan mas"

"Kalau ada apa-apa segera hubungi aku ya"

"Iya, sana mas hubungi Ayuna kasian dia mas pasti lagi kalut banget sekarang"

"Iya sayang, kalau gitu kamu tidur aja duluan nanti aku nyusul kalau sudah selesai telpon Ayuna"

"Iya mas"

Hilda naik ke atas rannjang mencari posisi yang bagus untuk berbaring, di usia kehamilannya yang sudah masuk trimester ketiga, sangat sulit bagi Hilda untuk mendapatkan posisi yang nyaman saat ia berbaring.

"Selamat malam sayang"

Bimo mengecup kening Hilda lalu ke luar kamar untuk menghubungi Ayuna.

"Halo sayang, maafin mas ya baru bisa aktif sekarang"

"Mas, Akhirnya kamu aktif juga. Kamu tau gak aku khawatir banget sama kamu"

"Iya sayang, maafin mas ya. Bagaimana keadaan Nadia sekarang?"

"Mas udah tahu Nadia sakit?"

"Kan baca pesan kamu sama Bas"

"Sudah mendingan, sekarang dia lagi tidur. Dari tadi dia nayain kamu terus"

"Iya besok mas pulang, yaudah kamu tidur sekarang ya, kamu juga butuh istirahat"

"Iya mas"

Keesokannya, Saat Ayuna sedang menyuapi Nadia, pintu kamar inap terbuka memunculkan sosok Bimo yang melangkah masuk ke dalam kamar inap Nadia.

"Ayah! Akhirnya ayah datang juga, Nadia rindu sama ayah"

Ayuna bergeser memberikan ruang untuk Bimo agar bisa leluasa bercengkrama dengan Nadia.

"Sayang maafin ayah yang baru nemuin Nadia sekarang, Nadia mau kan maafin ayah"

"Iya ayah, Nadia tau ayah sedang bekerja cari uang buat Nadia kan?"

"Terimakasih sayang, Nadia memang anak ayah yang paling pintar"

Bimo mengelus kepala Nadia lalu menciumi pucuk kepala anak semata wayangnya itu, yang tidak lama lagi akan memiliki seorang adik.

Di saat ayah dan anak itu sedang asik bercengkrama ria, seorang Perawat masuk kedalam kamar inap Nadia.

"Selamat pagi bu Ayuna"

"Pagi suster"

"Maaf menggangu, saya cuma mau menyampaikan kalau ibu di panggil keruangan dokter sekarang"

"Oh iya terimakasih suster, saya akan segera ke sana"

"Kalau begitu saya pamit dulu bu"

"Mas mau disini saja sama Nadia atau mau ikut ke ruang dokter?"

"Aku ikut ke ruang dokter"

"Sayang makannya dilanjutkan sama Sus ya? Bunda dan ayah mau keruang dokter dulu"

"Iya bunda"

Ayuna berdiri menyerahkan makanan Nadia ke suster pengasuh Nadia.

"Nanti kalau sudah makan obatnya di minum ya sayang"

"Iya bunda"

"Ayo mas"

"Dadah bunda, ayah"

Saat mereka sudah sampai di depan ruangan dokter, Ayuna terlihat ragu untuk masuk. Bimo meraih tangan Ayuna dan menggenggamnya, ia bisa merasakan bahwa kini Ayuna tengah merasa gelisah.

"Tenang sayang, Nadia pasti baik-baik saja, sekarang tarik nafas dan keluarkan secara perlahan"

Ayuna melakukan apa yang Bimo suruh
"Aku harap juga begitu"

"Pasti sayang, sekarang ayo kita masuk"

Setelah melihat Ayuna mengangguk mantap, Bimo lalu membuka pintu ruanga dokter dan mereka berdua masuk.

KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang