Part 9

171 12 3
                                    

Melihat kedatangan Ayuna dan Bimo, dokter mempersilahkan kedua pasutri itu untuk duduk.
"Selamat pagi bu, pak. Mari silahkan duduk"

"Terimakasih dokter"

"Maksud saya memanggil kalian kesini adalah untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada saudari Nadia. Setelah melihat beberapa gejala yang di alami oleh Nadia, saya mencurigai bahwa saudari Nadia terkena kanker leukemia atau kanker darah"

Hening, Ayuna dan Bimo tidak tahu harus merespon bagaimana. Yang jelas perasaan mereka saat ini campur aduk, mereka tidak ingin percaya dengan apa yang di katakan dokter.

"Untuk bisa memastikan bahwa yang di derita Nadia adalah benar leukemia, ada beberapa tes yang harus dilakukan. Apakah bapak dan ibu setuju untuk dilakakukan beberapa tes kepada saudari Nadia?"

"Maaf dok, untuk saat ini kami belum bisa mengambil keputusan. Saya dan istri perlu waktu untuk memproses semua ini, bisakah anda memberikan kami waktu untuk berpikir?"

"Tentu pak, saya tahu bapak dan ibu saat ini pasti merasa sangat kaget mendengar berita ini. Saya akan memberikan waktu untuk kalian tapi kalau bisah tolong secepatnya ya pak, karena lebih cepat mengetahui akan lebih baik agar bisa lebih cepat ditangani"

"Iya dokter terimakasih, kalau begitu kami permisi dulu"

"Iya pak"

Bimo mengangkat Ayuna yang tidak bergeming dari tempat duduknya, lalu memapah Ayuna keluar dari ruangan dokter. Setelah mereka berdua berada di luar, Bimo mendudukan Ayuna di tempat duduk yang berada di depan ruangan dokter.

"Sayang"

Mendengar Bimo memanggilnya dan meremas bahunya Ayuna lansung menangis histeris mengeluarkan segala emosi yang sedari tadi dia pendam.

"Mas, Nadia kita mas! Bagaimana ini mas? Apa yang akan terjadi pada Nadia mas? Tidk! Tidak mungkin. Dokter pasti salah!"

Bimo memeluk Ayuna berusaha menenangkannya.

"Tenang sayang, nggak akan terjadi apa-apa pada Nadia, itu semua belum pasti"

"Bagaimana aku bisa tenang mas, dokter bilang Nadia terkena kanker mas, kanker! Aku takut mas, aku nggak mau kehilangan Nadia"

"Sstt.. Sayang kita nggak akan kehilangan Nadia. kamu harus tenang sayang agar kita bisa berpikir. kalau kamu kaya gini bagaimana kita bisa ngambil keputusan, kamu harus kuat demi Nadia sayang, kalau Nadia lihat kamu dia akan sedih, kalau kamu nggak kuat lalu siapa yang bisa kuatin Nadia hmm"

Mendengar perkataan Bimo, Ayuna menghapus air matanya dan berusaha menenangkan dirinya.

"Maafkan aku mas, aku kalut"

"Iya sayang aku tahu, aku juga merasakan hal yang sama seperti mu. tapi kita harus tetap kuat sayang demi Nadia, kita nggak boleh terlihat sedih di depan Nadia"

"Ayo kita balik ke kamar Nadia, aku sangat ingin memeluk dia sekarang"

"Ayo"

Saat masuk kedalam kamar Nadia di sana sudah ada keluarga Baskara.

"Bas, sudah dari tadi di sini?" Sapa Bimo

"Baru kok, bagaimana Nadia? Apa kata dokter? Nadia baik-bqik saja kan?"

Baskara dan Alina menyadari raut muka Bimo dan Ayuna yang sendu saat mereka berdua masuk kedalam kamar inap Nadia.

Alana maju memeluk Ayuna berharap bisa memberikan kekuatan kepada Ayuna lewat pelukannya.

"Aku nggak tau apa yang dokter katakan, tapi aku harap semuanya baik-baik saja"

Bimo meremas bahu Ayuna yang naik turun di dalam pelukan Alana

"Sayang, nanti Anak-anak bisa mendengar tangisan mu"

"Sebaiknya kita berbicara di luar" Usul Baskara

Bimo menghampiri Nadia dan Elkan yang sedang tertawa, entah apa yang sedang Elkan ceritakan sehingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

"Anak-anak kami mau ke kantin dulu makan siang, kalian disini di temani Sus ya"

"Iya om, tenang saja Elkan akan menjaga Nadia"

"Ok boy, tolong jagain princess om ya"

"Siip" Elkan mengacungkan kedua jempolnya kepada Bimo

Setelah Bimo berpamitan kepada kedua bocah itu, para orang tua pun pergi keluar.

"Sebaiknya kita ke restoran dan memesan tempat privat agar kita bisa berbicara, bagaimana?" Saran baskara

"Restoran yang paling dekat aja mas, biar kalau ada apa-apa kita bisa cepat sampai di rumah sakit"

"Oke, aku akan reservasi"

Setelah sampai di restoran, mereka di sambut oleh salah satu pegawai restoran dan langsung di antarkan ke ruangan VIP yang sudah Baskara pesan sebelumnya.

Semenjak mereka masuk kedalam ruangan Ayuna hanya bisa menangis dan di tenangkan oleh Alana.

"Apa yang terjadi pada Nadia?" Tanya Baskara

"Doktet curiga Nadia terkena kanker leukemia Bas"

"Astafirullah Nadia! Yaallah mba yang kuat ya mba, aku yakin Nadia pasti sembuh" Alana sangat terkejut mendengar perkataan Bimo.

Alana sangat sedih dan ingin menangis mengingat Nadia masih sangat kecil, namun ia berusaha keras menahan air matanya agar tak keluar, dia harus kuat agar bisa menguatkan Ayuna yang sedang sangat terpukul saat ini.

"Apakah sudah pasti?" Tanya Baskara

"Belum, kata dokter untuk dapat memastikan apakah kecurigaannya benar, mereka harus melakukan beberapa tes kepada Nadia dan untuk itu mereka meminta persetujuan kami sebagai wali Nadia"

"Jadi bagaimana? Kalian sudah memutuskan?"

"Belum, kami masih syok dan belum bisa  berfikir dengan jernih"

Pembicaraan mereka harus terhenti karena seorang pegawai masuk kedalam ruangan mereka, untuk menyajikan hidangan yang telah mereka pesan sebelumnya ke atas meja. Setelah pegawai restoran keluar, Baskara menyeruakan pendapatnya.

"Bagaimana kalau Nadia kita pindahkan ke rumah sakit Concord internasional hospital di Singapura? Rumah sakit tersebut adalah salah satu rumah sakit terbaik yang menangani kanker dan  juga sudah bekerjasama dengan MD Anderson cancer center (MDACC) untuk memberikan perawatan kanker terbaik kepada pasien. Di sana Nadia bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik dan pasti alat-alat yang di butuhkan lebih memadai, Bagaiman menurut kalian?"

"Bagaimana sayang? Kalau aku setuju dengan saran Bas" Tanya Bimo kepada Ayuna meminta pendapatnya.

"Aku juga setuju mas"

"Kalau begitu pulang dari sini kita bisa langsung bertemu dengan dokter dan menyampaikan keputusan kita"

"Iya mas"

"Kalau begitu ayo kita makan, sebelum makanannya bertambah dingin" Bimo mempersilahkan mereka makan

Di saat mereka bertiga sedang makan, cuma Alana yang tidak menyentuh makanannya sama sekali, Alana yang melihat itu menghentikan makannya lalu membujuk Ayuna untuk makan.

"Mbak, aku tahu mbak sekarang pasti tidak ada nafsu makan dan nggak bisa makan karena sedih. Tapi mbak harus makan biar ada tenaga, agar mbak tidak sakit, mbak harus kuat biar bisa merawat Nadia. Mbak juga tidak boleh sedih kalau mbak sedih nanti Nadia ikut sedih mbak melihat bundanya sedih, mbak harus yakin kalau Nadia pasti sembuh, Nadia anak yang kuat. Kata Nadia dia sebenarnya merasa sakit tapi nggak mau nangis soalnya kalau dia nangis nanti bundanya jadi sedih makanya dia nggak mau nangis"

Ayuna semakin merasa sedih dan juga terharu mendengar perkataan Aluna, anak bayinya sengaja menahan sakit karena tidak mau melihat dirinya sedih. Dengan perasaan yang campur aduk Ayuna memaksakan dirinya untuk makan.

Benar kata Aluna dia harus kuat untuk malaikat kecilnya, Nadia nya membutuhkannya, dia tidak boleh tenggelam dalam kesedihan, sekarang yang lebih penting dia harus fokus untuk merawat Nadia agar bisa sembuh dan agar bisa melakukan itu semua, dia harus makan agar memiliki tenaga.

KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang