Part 10

221 10 1
                                    

Setelah menemui dokter dan memberi tahu kan mengenai keputusan mereka untuk memindahkan Nadia ke rumah sakit di Singapore.

Bimo dan Ayuna memutuskan akan berangkat ke Singapura setelah kesehatan Nadia membaik, untuk sementara Ayuna dan Nadia akan menetap di Singapore sampai Nadia sembuh, sedangkan Bimo akan pulang ke Indonesia dia tidak bisa tinggal lama di Singapore karena memiliki proyek yang sedang dia kerjakan dan tidak bisa dia serahkan kepada orang lain, Namun dia berjanji kepada Nadia dan Ayuna bahwa ia akan sering mengunjungi mereka di Singapore nanti.

Sudah seminggu Bimo tidak menghubungi Hilda, semenjak mengetahui Nadia sakit Bimo benar-benar hanya fokus kepada Nadia dan mengurus segala macam persiapan untuk kepindahan Ayuna dan Nadia ke Singapura. Dia benar-benar melupakan keberadaan Hilda, begitupun dengan Hilda yang juga tidak pernah menghubunginya terlebih dahulu jika dia sedang bersama Ayuna.

Namun, hari ini sepertinya ada yang penting. Sehingga membuat Hilda menghubunginya terlebih dahulu, saat melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Hilda, Bimo segera meminta izin kepada Ayuna untuk keluar menelpon sebentar.

Setelah berada di rooftop rumah sakit Bimo akhirnya menghubungi Hilda.
"Halo sayang, ada apa? Tumben banget kamu nelpon duluan, kamu nggak kenapa-napakan?"

"Aku baik mas, aku hanya mau ngabarin kalau aku lagi di rumah sakit sekarang, tadinya aku nelpon buat izin ke kamu terlebih dahulu tapi kamu nggak angkat jadinya aku pergi aja, maaf ya mas"

"Rumah sakit? Kamu ngapain ke rumah sakit? Siapa yang sakit? Kamu baik-baik aja kan sayang?"

Mendengar Hilda sedang berada di rumah sakit membuat Bimo sangat panik, dia sangat takut jika terjadi hal yang buruk kepada Hilda dan anak mereka, saat ini Bimo sudah sangat stress memikirkan segala cara agar Nadia bisa terbebas dari penyakitnya, jika sampai terjadi sesuatu kepada Hilda dan juga anak mereka bisa-bisa dia menjadi gila.

"Tenang mas jangan panik begitu, sekarang aku sudah baik-baik saja. Semalam memang perutku sakit, karena takut terjadi sesuatu kepada anak kita makanya aku terus menghubungi kamu semalaman, tapi kamunya malah nggak pernah angkat, jadinya aku mutusin buat periksa sendiri".

Mendengar penjelasan Hilda membuat Bimo merasa lega namun juga merasa bersalah, karena tidak bisa berda di sisi Hilda saat dia dibutuhkan.

"Maafin mas ya sayang, mas nggak bermaksud buat nggak angkat telpon kamu, semalam mas ketiduran karena kecapean, maaf juga nggak bisa nemanin kamu padahal hari ini jadwal aku sama kamu".

" Iya mas aku nggak marah kok, aku ngerti mas sekarang lagi sibuk banget ngurusin Ayuna dan Nadia. Lagi pula sekarang Nadia lebih membutuhkan mas dari pada aku, mas fokus aja sama kesembuhan Nadia nggak usah cemas mikirin aku, aku baik-baik aja di sini ada bu Lia dan baby kita yang nemanin aku".

"Terimakasih sayang karena selalu ngertiin mas, dan juga terimakasih karena mau bertahan jadi istri mas, meskipun mas sering nggak nepatin janji dan belum bisa nepatin janji mas ke kamu".

"Harusnya mas berterimakasih nya ke baby kita jangan ke aku, kalau bukan karena baby aku nggak akan jadi istri mas"

"Iya sayang mas tahu, makanya kan tiap ke kamu mas selalu jengukin baby untuk berterimakasih" Goda Bimo

"Ih, itu si maunya mas bukan maunya baby"

"Tapi kamu suka kan sayang"

"Nggak ya, tersiksa tahu!"

"Ada orang tersiksa mendesah kenikmatan? Malah minta di percapat dan nambah hmm?"

"Ih. mas udah ah malu tahu!"

Bimo tertawa senang karena berhasil menggoda Hilda, dia bisa membayangkan jika saat ini muka dan telinga Hilda pasti sedang merah karena tersipu.

"Oh iya hampir lupah, jadi bagimana kata dokter? Kamu dan baby baik-baik aja kan?"

"Kata dokter yang aku alami semalam itu kontraksi palsu, sepertinya baby udah nggak sabar untuk keluar, jadi dokter saran kan Untuk rawat inap dari pada pulang ke rumah yang lumayan jauh dari rumah sakit, takutnya pas tengah malam nanti ternyata baby udah mau keluar"

"Astaga sayang kok kamu nggak ngomong dari tadi sih, kalau kamu udah mau lahiran? Sekarang kamu d rumah sakit mana? Biar aku kesana sekarang"

"Ih, mas nggak usah. Kamu sekarang fokus aja dulu sama Nadia, aku nggak apa-apa kok, kan ada bu Lia yang nemanin"

"Kalau aku nggak ada terus siapa yang adzanin anak kita saat lahir nanti? Kamu sama bu Lia kan perempuan. Kan nanti kalau kamu sudah lahiran aku bisa balik lagi ke Nadia sayang, udah cepatan kasih tahu kamu di rumah sakit mana sekarang?"

"Yaudah deh, di rumah sakit tempat biasa kita periksalah mas"

"Hah, kamu di sini sayang? Nadia di rawat di sini juga, sekarang kamu di mana?"

"Astaga! Terus gimana dong mas? Aku udah terlanjur sewa kamar inap, aku lagi di kantin rumah sakit sekarang"

"Oke tunggu mas di sana, biar mas samperin kamu"

"Mending jangan deh mas, takut tiba-tiba nanti ketemu Ayuna"

"Nggak, Ayuna lagi di kamar nemenin Nadia, dia nggak akan ninggalin Nadia sendiri"

"Yaudah kalau gitu, aku tunggu mas di sini. Cepatan ya mas baby udah kangen ayahnya ni"

"Baby apa kamu yang kangen? Kalau kangen bilang aja nggak usah fitnah baby sayang" Lagi-lagi Bimo menggoda Hilda.

"Iyain aja iya! biar mas senang. Udah cepatan kalau lama aku tinggalin"

"Jangan dong sayang, ini mas udah otw"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang