"Kak Alvin ngapain disitu?"
"Kak? Alvin aja..."
"Tapi kan Kak Alvin lebih tua dari-"
"Umur sekedar angka ya Salma."
Terdengar jelas percakapan yang mereka lakukan. Terdengar agak tak biasa menurut Rony. Pasalnya seorang Alvin jarang sekali mau berbincang dengan seseorang, ia terkesan cuek dan dingin. Namun kali ini mengapa ia bisa berbincang seramah itu pada Salma? Akankah?
"Gue masih belum puas minta maafnya tadi. Celana lo juga masih basah gitu."
"Kan udah dibilang gak papa. Gak usah dipikirin."
"Kalo maunya mikirin, gimana?"
Salma agak tertegun, ia juga tahu bahwa seorang Alvin adalah seorang pribadi yang cuek dan dingin. Jika gelagat seorang lelaki dingin seperti demikian, biasanya lelaki itu menyimpan ketertarikan terhadap lawan bicaranya.
"Apaan sih, Kak?"
Salma merespon risih. Pasalnya ia tengah tak ingin didekati oleh siapapun. Mungkin karena ia sendiri telah mulai nyaman dengan Rony dan hanya ingin fokus pada satu perasaan saja.
"Masih aja manggil 'Kak'. Udah dibilang panggil nama aja... Atau kalau emang kurang suka sama nama ini, pake sebutan lain juga bisa. 'Sayang' mungkin."
"Apa? Sayang? Lo kenapa sih, kak? Aneh banget gelagatnya."
Suhu tubuh Rony mulai naik, rasanya percakapan Alvin sungguh lain. Sudah sangat jelas jika lelaki itu hendak mendekati Salma. Dan mulai berani, lelaki itu nampak meraih tangan Salma, Salma juga nampak agak membulatkan mata saat Alvin melakukannya.
"Jari selentik ini udah pernah ada yang genggam belum?"
'Bugh!'
Tiba-tiba saja sebuah tas mendarat di atas kepala Alvin. Ia pun refleks melepaskan pegangan tangannya dari tangan Salma. Siapa lagi jika bukan Rony yang menjadi si pelempar tas tersebut. Wajar saja ia emosi, Alvin sudah berani-beraninya memegang tangan wanita miliknya.
"Jangan sembarangan pegang-pegang tangan anak orang, ya!" Dengan emosi Rony berucap.
"Kenapa? Lo bapaknya? Bukan siapa-siapanya, kan?" Balas Alvin dengan kekehan kecilnya.
"Sembarangan... Gue itu-"
"Udah-udah! Gak usah berantem bisa, kan?" Sengaja Salma memotong ucapan Rony. Ia tahu lelaki ini akan berucap apa.
"Sal, mana bisa gue diem aja?! Dia udah pegang-pegang tangan lo!" Tegas Rony setengah emosi.
"Yaudah, sih. Lagian gue juga gak respon, kan." Balas Salma.
"Wait, lo segitu posesifnya sama temen kecil lo ini? Jangan kayak gitu lah, Ron. Kasian, dia juga pengen punya pacar kayak lo. Mending lo balikan aja lagi sana sama adik gue. Biar gak usah sok-sokan urusin kepentingan orang." Tutur Alvin.
"Balikan? Najis amat gue sama adik lo. Bisanya selingkuh! Dan lo, gak usah deketin dia, ya." Tekan Rony.
"Kenapa? Emangnya lo siapa? Cuman temen kecil dia, kan? Gue bilang gak usah atur-atur!" Kali ini Alvin menaikkan nada bicaranya.
"GUE CALON SUAMINYA DIA! PUAS?!" Balas Rony dengan nada ucapan yang tak kalah tinggi.
Sontak saja Salma seketika membulatkan kedua mata. Pasalnya bukan seperti ini yang ia inginkan. Namun sialnya seorang Rony benar-benar tak bisa menjaga emosinya. Memang sesulit itu menjalin kerja sama dengannya.
"Ron!"
"Udahlah, Sal! Ngapain kita harus backstreet segala! Kita emang bakal nikah, kan? Gak perlu kita sok asing kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cincin untuk Salma
FanfictionTerlalu cuek, terlalu masa bodo. Ya begitulah Rony. Tapi bisa dimaklumi, ia sudah begitu terbebani dengan lelahnya menghadapi kegagalan cinta. Salah sendiri, selalu salah pilih. Kali ini pilihan mereka ia setujui, sebegitu lelahnya ia dengan seribu...