Gini Amat Backstreet

543 47 4
                                    

Malam pun berganti, kembali mereka pada rutinitas biasa mereka, yaitu menjamahi kampus. Meski agaknya sedikit terpaksa karena rasa malas itu, namun tetap mereka jamahi karena suatu tuntutan. Dan seperti biasa, pasti ketiga gadis ini berdiri di titik yang sama. Ya, siapa lagi kalau bukan Salma, Novia dan Nabila. Entah apa yang mereka bicarakan sehingga mereka nampak asyik sekali dengan topiknya.

"Tapi sumpah, kemarin itu kejadian terkocak yang pernah gue alami. Ya awalnya bikin deg-degan, sih. Tapi setelah si Rony bangun, rasanya gue pengen ngakak. Kayaknya si Bunga nyesel deh, udah bongkar aibnya sendiri. Padahal si Rony gak jadi mati." Tutur Novia panjang lebar.

"Gak papa, biar dia kapok! Bisa-bisanya fitnah orang kayak gitu." Ucap Salma.

"Udah-udah, ngomongin kejelekan orang juga gak baik, tahu." Peringat Nabila. Ia memang paling tak suka bergosip.

"Ah, sekali-kali dong, Nab. Serius amat." Malah Novia menyahut.

"Dikasih tahu juga." Respon Nabila.

Sementara itu tak lama kemudian nampak Rony yang berjalan dari arah yang berlawanan. Terlihat ada paul juga disana bersamanya. Salma jelas peka dengan Rony yang semakin mendekat itu. Entah mengapa Salma yang hendak berpapasan itu menjadi serasa canggung. Padahal sebelumnya mereka sering sekali berpapasan.

Dan Rony pun melewatinya tanpa sapaan, Salma langsung tertunduk tatkala lelaki tersebut melintas. Setelah melintasinya pun, Rony menoleh, rasanya ingin sekali ia bertegur sapa. Namun bagaimana lagi, Salma tetap bersikukuh untuk merahasiakannya.

"Powl, duduk disini aja dulu, deh." Pinta Rony.

"Gak mau di kantin aja nunggunya?" Tanya Paul.

"Enggak, ah. Gue pengen disini, liat cewek-cewek senam pagi." Ucapnya.

Sebenarnya bukan para gadis yang tengah berolahraga ringan itu yang ingin ia lihat, melainkan Salma yang nampak menghentikan langkah bersama kedua temannya yang tak jauh darinya.

Sementara itu di area yang sama, namun agak berjauhan. Nampak Bunga dan juga sang kakak yang tengah berjalan beriringan. Terdengar sebuah percakapan hangat disana. Bunga yang begitu antusias, sementara Alvin dengan sikap dinginnya.

"Ah elo mah pasti karena takut di tolak, kan? Makanya gak punya cewek."

"Sok tahu."

"Gak sok tahu, lah. Emang bener itu, kan? Lo tuh menjomblo udah dua tahun, kak! Dua tahun! Masa iya sebetah itu? Itumah pasti karena elonya trauma ditolak. Ditolak mulu kan, lo?"

"Berisik. Kenapa tuh mulut gak bisa diem? Heran gue, cewek kaya begini bisa punya pacar? Bisa selingkuh pula."

"Bilang aja kalo sirik."

"Gak, tuh."

'Bruk!'

Mereka yang terlalu asyik mengobrol ini membuat Alvin sampai tak sengaja menyenggol tubuh Salma hingga menjatuhkan minumannya. Rony yang sejak tadi memperhatikan gadisnya ini, jelas agak terkejut juga.

"Eh, sorry."

Dengan refleks Alvin mengucapkan kata maafnya. Namun begitu kedua matanya bertemu dengan dua mata indah Salma, seketika ia tertegun disana.

"Euuh... kakak lo kalo jalan liat-liat, dong." Gerutu Novia membela temannya.

"Ya kan gak sengaja, kali!" Sahut Bunga.

"Udah, udah. Gak papa, gak usah berantem." Ucap Salma melerai.

"Tapi beneran gue minta maaf, celana lo sampe basah gitu." Tutur Alvin.

Cincin untuk SalmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang