Perspective (8)

305 43 33
                                    

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~









Malam semakin larut. Sebagian penghuni yang ada dirumah itu juga sudah tertidur. Terkecuali Altezza yang masih sibuk dengan tugas kantornya dan Halilintar yang ingin bicara dengan ayahnya, sesuai dengan ucapannya saat masih di kamar Supra.

Halilintar mengetuk pintu dengan sopan, menunggu izin masuk dari Altezza. Setidaknya untuk sekarang ia masih ada sedikit rasa menghormati.

"Hm, masuk" Altezza bergumam, matanya tidak lepas dari layar monitor

"Ayah, Hali pengen ngomong sama ayah" 

Seketika itu Altezza menoleh pada putranya, memberikan atensi penuh, membalas tatapan datar milik Halilintar.

"Mau ngomong apa lagi?"

"Soal kak Supra" katanya tanpa berbasa basi, lalu berjalan lagi satu langkah.

"Bisa gak, ayah..berhenti maksa dia buat belajar sampai hampir gak ada waktu buat istirahat? Ayah gak kasian sama kak Supra? Dia bahkan jarang banget pergi keluar sama temen temennya, atau pergi keluar sendiri buat rehat dari kesibukkannya?"

"Dia juga manusia yah, sama kaya ayah yang selalu capek ngurusin kerjaan yang entah kapan selesainya itu. Ayah juga kadang suka ngeluh kan, gak punya waktu luang buat diri sendiri atau kita?"

"Kak Supra juga gitu. Seenggaknya ayah ngerti kan rasanya gimana dibikin stress sama satu hal? Apalagi kak Supra masih anak sekolah"

"Kasih dia kelonggaran yah, dia udah rela ngabisin masa remajanya cuma buat belajar sama ngikutin kemauan ayah yang..gila itu. Gak cukup kah dia belajar disekolah sama tempat les aja? Kenapa dirumah pun ayah selalu nyuruh dia buat belajar..padahal waktu dirumah itu harusnya dipake buat istirahat"

Hening. Setelah Halilintar berbicara panjang lebar, Altezza sama sekali tidak ada niat untuk menjawab perkataan pemuda itu. Bahkan raut wajahnya pun tak berubah.

"Ayah, Hali mohon yah..jangan terlalu keras sama kak Supra. Dia beneran capek sampe sakit gitu, coba ayah sesekali ngobrol sama dia deh, tanya apa yang dia suka sama apa maunya. Kebanyakan belajar juga bisa bikin jenuh yah"

"Emang kamu mau gantiin dia buat belajar? Kamu mau tuker posisi sama kakak kamu itu secara sukarela hm? Minimal sampe dia bisa beneran sehat. Enggak kan?"

Seruan Altezza itu berhasil membuat si empunya terdiam,

"Kamunya aja masih suka ngebangkang sama orang tua, boro boro mau giat belajar kaya Supra yang gak pernah banyak protes!"

Halilintar mendengus samar "Cuma belajar kan? Oke, Hali bakal lakuin asal kak Supra punya waktu buat dia istirahat"

Bukannya menjawab, Altezza malah terkekeh seraya menggeleng pelan. Daripada meladeni Halilintar, Altezza lebih memilih kembali fokus pada kerjaannya.

"Ah udahlah, ayah lagi sibuk sekarang. Kamu tidur sana. Besok lagi aja kalau mau bercanda"

Reaksi Halilintar? Tentu saja ia emosi, karena ayahnya mengira bahwa dirinya sedang bercanda, ck apanya yang bercanda, apa kata katanya tadi terdengar lucu?

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang