WARNING!!
•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.~Selamat Membaca~
"Ice kalau kamu udah lulus sekolah langsung kerja aja ya. Kerja lebih enak, capek juga ngehasilin uang. Bisa ngumpulin buat masa depan, sama bantu biayain adik adik kamu juga. Kalau ayah kamu nyuruh kuliah tolak aja ya?"
"Kamu udah nentuin mau ngambil jurusan apa pas kuliah nanti, Ice? Pokoknya kamu harus kuliah biar bisa angkat derajat orang tua sama jadi contoh semangat buat kedua adik kamu, jangan kerja dulu. Kamu gak usah mikirin biaya, itu biar ayah yang urus.."
"Gatau..aku gatau.."
"Tadi aku denger cerita temen temenku, katanya mereka pada hangout bareng kakak kakaknya sama beli sesuatu gitu. Ahaha, aku pengen sebenernya, tapi kakak kan lagi sakit ya, gak boleh kemana kemana"
"Kak Ice, Glacy pengen tas baru. Glacy juga pengen sepatu. Kak Ice beliin ya? Hehe"
"Glac, kakak kamu itu belum kerja..belum punya uang. Nanti mintanya kalau kak Ice udah kerja ya.."
"Oh gitu ya mah, iya deh."
"Cukup.."
"Gak ada kuliah kuliah, Ice harus kerja"
"Mah, ayah bilang Ice itu harus kuliah. Biarin dia pilih mau ambil apa nanti"
"Ice itu mentalnya lagi gak stabil! Gak akan kuat kalau disuruh kuliah, Rasya. Kamu ini mikir sampe kesitu gak?"
"Anak kita yang satu itu udah gila!"
"Kamu mau ribut depan anak lagi?"
"Plis, diem.."
"Mati aja ayo, kamu hidup juga gak ada gunanya Ice"
"Mending ikut nyusul nenek kamu aja"
"Mati, mati, mati"
"Aaaaa, berisik!!"
Pecahan kaca terdengar berserakkan setelah Ice terbangun dan refleks melempar ponselnya yang ada diatas nakas. Ia mulai menarik narik rambutnya, sesekali memukuli kepalanya berharap suara yang telah mengganggu waktu tidurnya itu menghilang.
Jam menunjukkan pukul 3 pagi, seharusnya hal itu terdengar jelas oleh seluruh penghuni rumah tersebut dikarena kan suaranya yang cukup keras. Tapi semuanya tengah tertidur pulas, alhasil tidak ada satu pun yang datang menghampiri Ice.
Sebenarnya hal seperti ini bukan lah yang pertama atau kedua kalinya ia alami. Tapi sering, semenjak ia dinyatakan sakit. Bedanya biasanya ia masih bisa menahan diri untuk tidak membuat kebisingan, tapi kali ini Ice tidak bisa menahannya lagi.
"Capek..aku capek.." lirihnya dengan deru napas yang tak beraturan
"Aku cuma mau tidur nyenyak lagi..kenapa gak pernah bisa? Aku gak mau kaya gini terus..sakit.."
Badannya gemetaran menahan emosi yang berkecamuk. Ice juga kembali memukuli kepala dan dadanya yang sesak. Ia terus terngiang dengan suara semua orang yang selalu memarahinya, menyalahkannya, dan menghinanya. Isi kepalanya juga memaksa dirinya untuk kembali mengingat masalah masalah hidup yang sudah ia lalui, dan yang tengah ia alami akhir akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
Teen Fiction[FANFICTION] Tidak suka dengan keadaan seperti ini, lelah rasanya -. Hanya ingin mengungkapkan beban pikiran yang tidak memiliki kesempatan berbicara di dunia nyata -. Terkadang, mata bisa lebih banyak bercerita daripada bibir -. Tidak bisakah kita...