Dania POV
Ceklek
Seseorang tiba-tiba membuka pintu ruangan kerjaku tanpa mengetuk, tentu saja aku tahu kebiasaan siapa itu. Aku segera mengalihkan mataku yang semula fokus pada berkas-berkas di atas meja ini dan kini menatap tajam pada seseorang yang berjalan santai ke arahku sambil memperlihatkan senyum bodohnya seperti biasa.
"Hai wife?" Sapanya sambil melambaikan tangannya padaku. 'Bocah tua ini memang kurang memiliki sopan santun.' Gerutuku dalam hati.
Dia suamiku, namanya Ardetio William. lebih tepatnya suami kontrak. Kami memiliki kepentingan masing-masing dalam pernikahan ini. Tio adalah anak sulung dari keluarga William. Dia dipaksa untuk segera menikah karena dengan hal itu dia bisa mewarisi William Group milik keluarganya. Sedangkan aku sudah sangat bosan di paksa menikah oleh Ayah dan Ibu. Sudah beberapa kali orang tuaku menjodohkanku dengan anak rekan bisnisnya tapi selalu ku tolak.
Kamipun di jodohkan saat itu dan di awal pertemuan, kami sudah mengutarakan niat kami tentang pernikahan kontrak selama satu tahun.
"Sudah ku katakan berulang kali bukan, kalau aku sedang di ruangan kerjaku tolong ketuk dulu sebelum masuk, aku paling tidak suka siapapun menggangguku kalau aku sedang sibuk bekerja seperti ini." Aku selalu menggerutu seperti itu setiap dia melakukan hal yang sama dan responnya selalu tersenyum bodoh dan menggaruk tengkuknya. Aku menghembuskan napas lelahku di depannya.
"Haish, baru saja aku pulang kau sudah mengomeliku seperti itu, lagi pula ini apartemen bukan kantormu di perusahaan." Selain ekspresi bodoh itu,kalimat ini juga tidak pernah ketinggalan.
"Tetap saja ini ruangan pribadiku, akupun akan mengetuk kamarmu dahulu sebelum masuk." Untung hanya satu tahun saja aku harus tahan dengan sikap menjengkelkannya.
"Suami mana yang akan betah di rumah kalau kau terus mengomel seperti itu Dania." Dia terkekeh setelahnya.
Aku mengernyitkan dahiku sejenak. "Kau tidak benar-benar menjadi suamiku. apa perlu aku tunjukkan kontrak pernikahan yang telah kita sepakati, hmm?" Ujarku padanya.
"Baiklah, kau menang. Boleh kah aku duduk di sini?" Lagi dan lagi aku mendengus sebal melihat sikapnya yang seenaknya seperti itu.
"Apa yang kau butuhkan kali ini Tio?" Tanyaku tanpa basa basi setelah membiarkannya duduk di sofa yang ada di ruangan kerjaku.
"Aku membutuhkan jasamu kali ini."
"Apa?"
"2 hari lagi ada pesta pernikahan salah satu anak rekan bisnisku di Jakarta, bisakah kau menemaniku? Hmm maksudku aku meminta kau untuk menemaniku."
"Tidak bisakah kau pergi sendiri Tio, pekerjaanku sangat menumpuk sejak kepulanganku dari Swiss 3 hari lalu."
"Bukankah itu tercantum dalam kontrak pernikahan kita, harus saling membantu dalam hal apapun selama masa kontrak pernikahan kita."
"Baiklah baiklah. Hanya satu hari oke. Setelah acara itu aku harus kembali ke Surabaya."
"Oke tidak masalah, yang penting kau bersedia menemaniku."
"Ya ya ya, ada hal lain lagi yang ingin kau bicarakan? Pekerjaanku benar-benar menumpuk."
"Hanya ingin mengatakan malam ini aku tidak pulang."
"Pesta lagi?"
"Hm ya."
Aku memutar bola mataku malas, usianya padahal sudah 35 tahun tapi sikapnya masih seperti anak 20 tahunan. Hampir setiap minggu dia pergi ke pesta atau bahkan dia sendiri yang membuat pesta di klub-klub malam. Aku tidak mengerti bagaimana mungkin lelaki ini di percayakan memimpin sebuah perusahaan besar seperti William Group.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF LOVE
Romance"Cih kau seperti orang menyedihkan saat ini." "Apa yang kau inginkan?" "Kau menderita di setiap hembusan nafasmu." "Bahkan aku sudah!" "Aku belum menikmatinya!" "Sampai kapan? Apa sampai aku mati perlahan karena siksaanmu?" "Ya!" "Pernahkah kau men...