Bab 10

565 53 14
                                    

10 Tahun lalu

Rachel POV

Tik...tok...tik...tok

Rasanya waktu berjalan begitu lambat, ini sudah detik-detik terakhir tapi dosenku masih juga belum mengusaikan perkuliahan kali ini. Aku sudah cukup bosan dan tidak sabar ingin menemui seseorang yang tidak tahu sedang apa dia sekarang. Aku merindukannya. Daniaku!

"Baiklah untuk hari ini kuliah kita cukupkan dahulu." Aku segera menghembuskan napas legaku, tapi sepertinya bukan aku saja. "Tugas yang saya berikan deadlinenya minggu depan ya, saya harap kalian bisa mengerjakannya dengan baik karena tugas itu saya anggap sebagai pengganti ujian semester untuk kalian. Apa ada yang mau  kalian tanyakan lagi?" Lanjutnya.

"Tidak ada pak!" (Jawab serentak seluruh kelas)

"Kalau tidak ada, sampai ketemu minggu depan. Selamat siang!"

"Siang!"

Setelah dosen itu pergi dari kelas, aku segera melangkahkan kakiku keluar dari kelas ini juga. Meskipun beberapa teman mengajakku untuk makan siang bersama tapi aku tidak sabar ingin menemui seseorang yang sudah mengambil seluruh perhatianku sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku di kampus ini. Sepertinya aku telah jatuh hati padanya, sang bintang kampus itu.

Awalnya aku tidak yakin dengan perasaanku yang berdebar karenanya. Tepat hari itu saat penutupan ospek. Pertama kali aku melihatnya berdiri di atas panggung menyanyikan sebuah lagu yang menurutku itu adalah ciptaannya sendiri karena aku belum pernah mendengar lagunya di manapun.

Suaranya, lagunya dan tampilan menawannya mengambil semua perhatianku. Mataku tidak lepas satu detikpun selama dia tampil di depan sana. Tiba-tiba jantungku berdebar sesaat tanpa sengaja pandangan kami bertemu sepersekian detik dan aku bisa melihat bibirnya tersenyum kecil kearahku.

Ah sialan! Tidak sekalipun aku melupakan itu dan ternyata bukan aku saja yang terpesona olehnya saat itu tapi hampir seluruh mahasiswa baru dan juga para senior semua gender mulai mengidolakan dia. Dia menjadi buah bibir warga kampus dan aku hanya berani menjadi pengagum rahasaianya saja. Bahkan menyapanya saja aku tidak berani. Aku hanya berani mencuri-curi pandang padanya saat di kantin atau kadang sengaja melewati kelasnya hanya untuk melihatnya yang duduk di pojok kelas sambil bersenda gurau dengan teman-temannya. Kebetulan gedung fakultas ku dan dia bersebelahan dan aku punya teman baik yang ternyata satu kelas dengannya. Kebetulan yang sangat menguntungkan bukan.

"Syutt apa kau tidak punya teman di sana Chel? Kenapa kau selalu datang ke kelasku hanya untuk mengajakku makan siang?" Seseorang menghampiriku dengan wajah masamnya.

"Apa kau bosan makan siang denganku?"

"Bukan begitu, kau tau kadang aku tidak ingin makan siang karena harus mengerjakan sesuatu di kelas. Mahasiswa seni sedikit banyak tugas asal kau tau Rachellla."

"Tetap saja kau perlu makan Vivian dan aku tidak ingin makan siang dengan orang lain."

"Sudahlah jangan beralasan, aku tau kenapa kau datang ke kelasku hampir setiap hari. Aku tau dia sangat menawan." Vivian mengarahkan pandangannya kesudut ruangan kelasnya dan aku tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipiku. "Kau menyukainya bukan? Sejak kapan?" Tanya Vivian sambil tersenyum jahil padaku.

"Apakah terlalu kentara?"

"Ya bodoh, sangat terlihat jelas."

"Sialan, aku ketahuan. Jadi apa yang harus kulakukan Vi?"

"Ya berkenalan dengannya. Aku yakin dia tidak stright. Bahkan beberapa kali aku melihatnya mencuri pandang padamu saat kau datang kekelasku."

"Dia mencuri pandang padaku tidak berarti dia tertarik padaku bodoh."

DESTINY OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang