Pernahkah kalian hidup dalam sebuah bayangan semu seseorang dalam rentan waktu yang lama. Bukan hanya 1 atau 2 tahun saja tapi ini sudah berjalan 1 dekade lamanya.
Aku yang hidup dengan penuh logika dihadapkan dengan perasaanku yang di luar nalar. Bahkan tak ada pertemuan, aku tidak tau dia hidup di belahan bumi mana, tidak ada komunikasi ataupun hal lainnya yang berhubungan dengannya namun seluruh waktuku, isi kepalaku dan hidupku sekalipun terkuras karena masih memikirkan dia.
Ini gila!! Aku gila karena masih menaruh perasaan menggila akannya.
Aku terjebak dalam permainanku sendiri, aku coba-coba untuk masuk kedalam cintanya tapi hanya aku yang terkunci di dalamnya. Sial!! Aku merutuki hatiku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padaku, kenapa dia terus melekat erat dan membuatku terikat.
"Dania!!!!"
Prang!!!
"Shit fuck!!!! Berhentilah mengagetkanku sialan! Tumpah semuanya kau buat."
Aku sangat benci waktuku di ganggu, waktu untuk mengekspresikan pikiranku kesebuah rupa di setiap goresan kanvas yang sudah menjadi hobiku sejak dulu. Aku mengambil seni rupa saat kuliah dulu.
Aku menatap tajam pada sang pengganggu yang tampak merasa tidak enak.
"Maaf, aku tidak bermaksud."
"Ada apa? Kenapa masuk keruang kerjaku?" Ketusku lagi padanya. Percayalah aku tidak seburuk itu dalam memperlakukan orang hanya saja jangan mengganggu waktuku saat aku mengunci diri di ruangan pribadiku. Aku terlalu sensitif untuk itu.
"Ibumu menyuruhmu bergabung di ruang keluarga, ada hal penting yang mau di bicarakan." Aku memijat pelipisku. Ini lah hal yang tidak kusuka saat harus tinggal di rumah orang tuaku. Mereka tidak mengerti aku. Baiklah aku ralat tepatnya mereka tidak ingin mengerti aku. Tapi apa yang bisa kulakukan? Tidak ada selain aku yang harus mengerti mereka.
"Ckck mengganggu saja dan tolong bereskan ini." Dia Randy, asisten, teman, sekaligus managerku. Kadang aku kasihan padanya. Dia kerap kali menjadi bulan-bulanan ku kalau moodku sedang buruk.
Dania Adyana Graha, iya aku seorang Graha. Keluarga bermartabat yang cukup terkenal di kotaku. Keturunan darah biru yang tindak tanduknya menjadi acuan bagi masyarakat di sekitar sini. Keluargaku gila akan hormat dan sebagai anak dari Graha Family ini aku cukup tertekan. Di tambah lagi keluargaku tidak bisa di bilang keluarga bermartabat yang sederhana. Aku tidak ingin sombong hanya saja kalian harus tau informasi itu. Kami sudah kaya sejak nenek moyang. Bisa di bilang sangat kaya. Karena itulah aku lebih harus menjaga sikap dan sopan santun di depan banyak orang. Aku lelah, tapi inilah takdirku.
Aku anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakakku Darius Aria Graha yang hanya berbeda 2 tahun di atasku adalah penerus yang Ayahku tunjuk untuk mengurus perusahaan keluarga. Sedangkan aku sendiri sudah memilih jalan lain yang ku perjuangkan sejak aku duduk di bangku sekolah.
Puncaknya saat kuliah cita-citaku akhirnya terwujud. Seorang produser rekaman akhirnya melirik bakatku dan ya aku cukup terkenal di kalangan anak muda dan orang-orang dewasa sebagai musisi yang cukup menginspirasi hingga saat ini. Tidak ingin sombong aku hanya percaya diri kalau laguku sudah mengudara dan menjadi pusat di seluruh masyarakat negara ini bahkan juga di beberapa negara luar.
Mungkin saat ini sudah cukup aku memberikan informasi tentang seorang Dania. Tidak ada yang menarik di hidupku, tidak setelah orang yang kujadikan sebagai sandaran akhirnya pergi dan menghilang. Saat ini aku hanya ingin bebas darinya, bisakah seseorang melepaskan tali erat itu? Kalau ada yang bisa maka aku akan mengabdikan diriku seumur hidup padanya. Aku janji akan hal itu.
Aku berjalan menyusuri lorong dingin dengan lampu penerang seadanya menuju tempat di mana keluargaku menungguku. Ruang kerjaku ada di sebuah ruang bawah tanah di rumah ini. Dulu itu adalah sebuah gudang barang-barang bekas milik kakekku namun semenjak aku mulai menjalani hobiku melukis sejak aku lulus kuliah, tempat ini menjadi milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF LOVE
Romansa"Cih kau seperti orang menyedihkan saat ini." "Apa yang kau inginkan?" "Kau menderita di setiap hembusan nafasmu." "Bahkan aku sudah!" "Aku belum menikmatinya!" "Sampai kapan? Apa sampai aku mati perlahan karena siksaanmu?" "Ya!" "Pernahkah kau men...