bab 6

75 18 6
                                    

Selamat malam Minggu yang katanya panjang
Padahal sama aja kayak hari lain 😂

Btw kalian mulai ikuti aku sejak cerita yang mana nih?!

###

Sebutkan hal apa yang sangat ingin Nugra lakukan sekarang? Pasti Nugra  akan berkata dia ingin membenturkan kepalanya di tembok. Nugra memundurkan tubuhnya dari Aruna. Pria itu meraup wajahnya kasar dan memandang tak percaya ke arah Aruna yang tengah mengelus perutnya.

"Saya belum makan siang pak," aku Aruna sembari menatap penuh rasa belas kasihan pada Nugra. "Ternak di dalam perut saya udah protes minta di beri jatah makan."

Nugra menghela nafas sepertinya dia tak akan pernah bisa menang melawan Aruna. Nugra sampai meragukan pengasuh Ken yang satu ini. Apalagi Aruna merupakan rekomendasi dari Gilang.

"Lain kali kalau kamu ingin mengajarkan Ken, tolong beri penjelasan yang masuk akal," ucap Nugra lemas. Nugra takut kalau Ken akan benar-benar terkontaminasi oleh Aruna. "Sekarang kamu boleh keluar."

Aruna melompat kegirangan dan permisi keluar ruangan dengan wajah secerah mentari pagi.

Nugra bersandar di kursi meja kerjanya. Tangan kanannya meraih sebuah pigura. Jemarinya menelusuri gambar yang tercetak di sana. "Sekarang anak kita punya pengasuh baru. Aku harap Ken betah bersamanya walaupun membuat kepala ku terkadang ingin meledak."

Sementara itu setelah Aruna keluar dari ruangan perpustakaan, dia segera melesat menuju dapur. Tadi Rina memasak lauk kesukaannya yaitu jengkol balado. Ya ampun udah lama sekali Aruna tak memakan lauk itu semenjak dia di pecat. Bahkan untuk menghemat pengeluaran, Aruna makan di warteg dengan menu telur ceplok serta tempe sebagai menu nya. Aruna mengambil piring lalu menuangkan nasi serta lauk kesukaannya.

"Ya Allah, nikmat mana lagi yang mau hamba sia-siakan," ucap Aruna sebelum memulai makan. "Bismillah moga jadi lemak di tubuh gue." Setelah mengucapkan bismillah, Aruna pun makan siang dengan kalap. Kedua mata Aruna berbinar ketika perpaduan antara nasi dan jengkol balado itu masuk ke dalam mulutnya. Sensasi rasa pedas yang menendang di sana-sini membuatnya makin ketagihan.

Tak sampai sepuluh menit, Aruna telah selesai makan siang. Perutnya sangat penuh sekali dan dia pun menepuk-nepuk perutnya sambil cengengesan. Otak Aruna mulai berpikir keras, dimana lagi dia bisa mendapatkan makan gratis yang enak seperti ini serta gaji yang besar. Biarlah menjadi pengasuh daripada kerja kantoran makan hati selalu. Ditambah dengan bos yang selalu suka seenaknya sendiri.

"Astaga, lo niat mau habisin ini lauk?" Rina berkacak pinggang melihat Aruna yang sudah kekenyangan.

Aruna cengengesan menatap Rina tanpa ada rasa bersalah. "Gue kalap Rin, masakan lo enak banget loh. Sumpah." Aruna sampai membentuk huruf V dengan jarinya. "Kalau gak ingat lo mah udah gue habiskan itu lauk."

Rina menarik kursi yang ada di sebrang Aruna. "Gue kira lo gak doyan sama jengkol."

"Weh makanan seenak itu rugi kalau gak doyan," jawab Aruna semangat.

"Lo kan cantik, Run. Masa cantik-cantik hobi makan jengkol," kikik Rina mengutip salah satu judul serial televisi yang pernah ia tonton.

Aruna mendelik kesal. Nah ini yang buat orang salah kaprah. Jadi kalau orang cantik gak boleh gitu makan jengkol atau petai? Kalau cantik mesti menjaga kelakuan agar cantik juga? Sayang, Aruna bukan tipe cewek yang suka pencitraan yang hobi makan di restoran mewah tapi di akhir bulan, dompet udah tipis bagai tali bra nya.

"Gue mah gak hobi pencitraan, Rin. Lagian gue suka kok dan gue gak malu tuh bilang gue hobi makan jengkol," ujar Aruna bangga. "Malah gue yang geli itu kalau makan daging mentah, asli kalau itu gue eneg banget."

babysitter randomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang