IX. Tutor

635 86 18
                                    

"Mau kemana ini? Main sama Karin?"

Meiyin langsung bertanya saat melihat putri bungsunya itu melintasi ruang tengah dengan pakaian yang sangat rapi. Masalahnya ini adalah akhir pekan, tidak mungkin Yizhuo pergi ke kampus. Jadwal anaknya itu bahkan hanya dua hari saja selama satu minggu.

"Aku mau belajar, Mami." Jawaban yang membuatnya cukup melongo. Agak sangsi sebenarnya, tapi melihat barang bawaan putrinya itu, sepertinya Yizhuo tidak berbohong. Tangannya terlihat menenteng tote bag berisi beberapa buku.

"Belajar sama Jisung?"

Yizhuo berpikir sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Tidak mungkin dia bilang kalau akan belajar bersama Renjun. Maka akhirnya dia memilih mengangguk saja. Supaya cepat dan Mami tidak bertanya lebih banyak lagi.

"Iya."

"Oh, yaudah. Pulangnya jangan terlalu larut ya!" Yizhuo hanya mengangguk kemudian mengecup pipi Mami sekilas dan berlalu pergi.

Seperti kesepakatannya mereka malam itu, hari ini Yizhuo akan memulai sesi pertama belajarnya bersama Renjun. Inginnya sih keluar gitu, di kafe atau dimana. Tapi katanya Renjun tidak bisa karena sekalian harus mengurus anaknya.

Ini sih, Yizhuo hampir lupa kalau Renjun tuh sudah punya anak. Pasti tidak akan bisa seenaknya pergi begitu saja. Apalagi kan di rumahnya tidak ada siapa-siapa lagi. Masa anaknya ditinggal sendirian.

Jadilah Yizhuo yang mengalah untuk datang ke rumah lelaki itu. Sekalian dia mau mampir dulu ke apartemen Anna. Sebab ternyata kakaknya itu bohong. Sampai hari ini juga belum pulang. Usut punya usut memang Papi yang memberikan tugas tambahan. Pantas saja.

"Kok baru bilang sih kalau kamu mahasiswanya Professor Huang..." Yizhuo hanya mengeluarkan cengiran pelan saat Anna mengatakan hal tersebut. Lagian kan semester sekarang dia tidak diajar oleh Renjun. Jadi tidak salah dong kalau dia tidak bilang.

"Ya udah, simpen aja barang-barangnya di sini. Nanti sebelum pulang mampir lagi ya." Yizhuo mengangguk paham. Dia memang sekalian mau nitip barang-barangnya sehingga hanya membawa dua buku, satu binder, dan alat-alat tulis menuju unit Renjun di ujung kiri sana.

Yizhuo menghela napasnya berulang kali sebelum menekan bel. Entah mengapa, dia merasa sedikit gugup. Padahal tidak ada hal yang spesial juga. Dia hanya akan bertemu Renjun loh tapi kenapa deg-degan begini ya.

"Sia-ihh Tante Pringles!"

Yizhuo langsung melotot saat yang membukakan pintu adalah si bocah Axel itu. Lalu bukannya membiarkannya masuk, bocah itu hanya membuka pintu setengah.

"Aku masih muda ya, belum tante-tante!"

"Apa iya? Lipstikmu sangat merah seperti ibu-ibu." Yizhuo kembali melotot dengan tangan yang refleks memegang bibirnya. Sementara Axel hanya terkikik geli melihat itu.

"Tidak sopan kau, bocah!" Yizhuo berseru kesal mendengar tawa bocah itu. Mirip sekali dengan si brengsek Huang Renjun. Hadeuh, ayah dan anak sama-sama menyebalkan!

"Aku mau masuk," ujar Yizhuo yang membuat Axel sigap menutup pintu. "Tidak boleh!"

"Heh!"

"Mau apa memangnya?" Axel bertanya dan Yizhuo hanya melongo karena kini hanya kepala bocah itu saja yang menyembu lewat celah pintu. Bocah ini kenapa sih?!

"Aku mau bertemu dengan ayahmu, bocah!"

"Ayah tidak ada di rumah. Jadi lebih baik pergi saja sekarang dan jan-EH!" Axel langsung berseru kaget saat seseorang langsung membuka pintu itu lebih lebar. Siapa lagi kalau bukan sang ayah.

Sementara Yizhuo hanya tersenyum puas mendapati Renjun kini ada di hadapannya. Dia sedikit salah fokus sebab lelaki itu sepertinya baru selesai mandi. Terlihat dari sebuah handuk kecil yang tersampir di bahunya. Rambutnya juga terlihat masih basah. Beberapa tetes air masih terlihat di wajahnya yang terlihat sangat segar.

Campus ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang