XII. Tersembunyi

637 84 7
                                    

"Kenapa?"

Renjun menatap heran pada Axel yang masih berada dalam gendongan Yizhuo. Masalahnya adalah wajah anak itu terlihat sembab seperti habis menangis. Seperti tadi, pelukannya pada Yizhuo terlihat begitu erat, seolah tidak ingin lepas sama sekali.

"Gapapa. Tapi kita pulang aja boleh gak?"

Sejatinya Renjun ingin bertanya lebih jauh tapi dia memilih memendam itu. Memilih menuruti keinginan Yizhuo. Bergerak merapikan barang bawaan mereka dan bersiap. Nampaknya idenya kali ini gagal. Axel tidak membaik, malahan terlihat lebih murung. Dia harus mencoba mengajaknya berbicara lagi nanti.

Selama di perjalanan, dia bisa melihat Yizhuo yang juga balas memeluk Axel dengan erat. Mengelus punggungnya dengan lembut dan sesekali memberikan kecupan pada puncak kepalanya.

Saat sampai di apartemen, Yizhuo langsung membawa Axel ke kamar. Entah lelah atau bagaimana, Axel langsung tertidur dengan masih memeluk Yizhuo. Saat perempuan itu akan beranjak, Axel langsung menahan tubuhnya. Memeluk pinggangnya semakin erat.

"Gapapa?" Yizhuo memandang Renjun yang mendudukkan diri di tepi ranjang. Lelaki itu hanya mengangguk pelan. Setelahnya, hanya sunyi yang mengisi suasana diantara mereka.

"Axel tadi kenapa?" Renjun kembali bertanya saat yakin Axel sudah tertidur dan tidak akan mendengar pembicaraan mereka. Dia bisa melihat Yizhuo yang seperti berpikir tapi kemudian menggeleng pelan.

"Gak tau, kayaknya dia beneran cape aja. Mungkin maunya diem dulu, belum mau keluar."

Renjun meragukan itu. Dia curiga Yizhuo berbohong tapi berakhir tidak mengatakan apapun. Membuat hening kembali mengambil alih suasana diantara mereka. Sampai dering dari ponsel Renjun memecah semua itu. Membuatnya langsung pamit pergi keluar sejenak.

Yizhuo hanya mengangguk dan memandang Renjun yang berlalu pergi dalam diam. Dalam hati mengucap maaf karena mengucap sebuah kebohongan beberapa saat lalu. Dia hanya berusaha menepati janjinya pada Axel.

"Tante, jangan bilang sama Ayah ya? Maaf aku bikin Tante nangis."

Sungguh, Yizhuo tidak bisa menahan air matanya saat itu. Di awal, dia selalu memandang Axel sebagai bocah kecil yang sangat menyebalkan. Apalagi sikapnya yang defensif dan selalu berusaha menjauhkannya dari Renjun. Tapi setelah mendengar cerita bocah itu, Yizhuo merasa sangat kasihan.

Dia tidak ingin berprasangka buruk pada keluarga Renjun, tapi sepertinya Axel tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari mereka. Hanya Renjun saja. Hanya Renjun yang Axel punya. Hanya Renjun yang menyayanginya selama ini.

"Aku mau ikut Ayah sama Tante, boleh?"

Makanya saat Axel mengatakan itu, Yizhuo merasa sangat terenyuh. Jujur, dia tidak pernah memandang kehadiran Axel sebagai suatu masalah. Pun, andai dia dan Renjun jadi menikah, Yizhuo tidak masalah Axel ikut bersama mereka. Harusnya juga seperti itu kan. Axel anaknya Renjun dan setuju hidup bersama lelaki itu, maka Yizhuo harus menerima keberadaan Axel juga.

*

"Emang iya bisa begini?"

Yizhuo mengernyit melihat jawabannya sendiri yang terlihat begitu aneh. Kemudian memperlihatkannya pada Jisung untuk meminta pendapatnya. Mereka memang sedang ada tugas salah satu mata kuliah, makanya memutuskan mengerjakannya di perpustakaan.

"Errrr paragraf kedua agak aneh, kurang nyambung." Yizhuo mengangguk setuju atas. Kan, memang aneh jawaban yang dia tulis. Huft, lagian susah sekali soalnya. Bagi dirinya sih, kalau Jisung terlihat sat set saja mengerjakan. Emang beda otak.

"Ganti ini aja, wait aku kirimin sumbernya." Jisung terlihat mengotak-atik ponselnya dan tidak lama, Yizhuo mendapat kiriman beberapa file pada ponselnya.

Campus ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang