1

290K 2.8K 239
                                    


Bianca termasuk jajaran nama siswa yang tidak pernah absen di buku hitam alias buku catatan pelanggaran para siswa President High School.

Mungkin seantero sekolah sudah tahu siapa itu Bianca Sivert. Bianca dikenal selalu membully, melanggar peraturan sekolah, serta memiliki nilai akademik yang buruk.

Walau begitu, masih ada siswa yang menyukai Bianca karena kecantikannya. Banyak yang mengatakan Bianca mirip dengan selebgram luar bernama Cindy Kimberly.

Memiliki bentuk tubuh idaman para perempuan, membuat Bianca selalu memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan memperketat seragam sekolahnya.

Sering kali mendapat peringatan dari pihak sekolah maupun anggota osis, namun Bianca tidak pernah takut.

Sampai puncaknya dimana papa Bianca menyuruhnya untuk mengubah tingkah lakunya di sekolah atau tidak fasilitas yang diberikan akan dicabut.

"Makanya jangan bolos-bolos terus ketauan kan," tegur Hanni.

"Pokonya gue sebel banget! Coba aja Pak Andre gak diganti sama dia nggak akan bokap gue tau!"

Bianca menggerutu sebal sejak Pak Andre selaku guru Bahasa Inggrisnya tiba-tiba mendadak resign karena alasan kesehatan. Memang Pak Andre sudah memasuki usia rentan.

Lalu gantikan oleh Pak Devan. Bianca sudah menebaknya guru barunya itu akan menyebalkan karena usianya yang terbilang muda.

Bianca heran kenapa rata-rata guru Bahasa Inggris masih muda-muda.

Awal mulanya, Devan memberi tahu kepada kedua orang tua Bianca bahwa sering alfa selama kelasnya berlangsung.

Menjadikan Bianca dinasehati habi-habisan, diancam juga kalau tidak mau berubah maka fasilitas yang dimilikinya akan disita oleh kedua orang tuanya.

"Semakin gue males masuk kelasnya, ck!"

"Selama dia ngajar lo liatin mukanya aja, Bi. Doi kan cakepnya bikin pusing," celetuk Maudy.

Hanni menangguk setuju. "Hot gila. Apalagi Pak Devan sering gulung lengan kemejanya. Makin keliatan urat-urat tangannya."

"Terus bisepnya juga keliatan jelas, terus juga dada bidangnya. Gue tebak Pak Devan pasti sixpack. Gila, gila. Pengen banget gue pegang perut kotaknya." Maudy membayangkan Devan shirtless.

"Idih, mesum lo!" seru Bianca.

"Tolong ngaca. Situ nggak sadar setiap hari halu gimana rasanya tidur sama Theo James!" sindir Maudy.

Theo James itu pemeran Tobias 'Four di Divergent.

Bianca terbahak. "Lagian siapa yang nggak mau sama Theo James? Suaranya aja bikin basah!"

"Heh!" Hanni menegur Bianca.

Bisa-bisanya Bianca mengatakan dengan santai saat mereka masih di area kantin. Bisa-bisa ada orang yang mendengarnya.

"Makanya, Han. Gue makin gak percama sama Bianca bilang belum pernah nge-sex. Tingkahnya aja kaya hyper sex!" seru Maudy.

"Bangsa—"

"Jaga bicara kamu, Bianca."

Bianca melongo kaget saat ucapannya dipotong oleh Devan. Gurunya itu langsung berlalu begitu saja setelah melewati mejanya.

Bianca menoleh melihat Devan sedang membelo
minuman, setelah itu dengan santainya berjalan keluar kantin.

Pekikan bisik-bisik terdengar saat Devan tidak lagi terlihat. Bianca memutar matanya, saat banyak yang memuji guru menyebalkannya itu.

"Suaranya bikin meleleh pas dia negor lo, Bi," celetuk Maudy.

Sedangkan, Hanni terlihat sedang memengang dadanya. "Ganteng banget gila!"

"Gue lagi ngebayangin nyender di bahunya. Senyaman apa ya? Lebar gitu." Mata Maudy berbinar sejak kehadiran Devan.

Lagi-lagi Bianca hanya memutar matanya. Tidak peduli seganteng apa Devan.

Yang kini ia pikirkan adalah bagaimana cara mengubah nilainya, terutama nilai Bahasa inggrisnya.

Sebab, Bianca yakni Devan tidak akan memudahkannya memberikan nilai di atas KKM.

***

"Bianca, ikut ke ruangan saya," pintah Devan setelah mengakhiri sesi kelasnya.

Hanni menghampiri meja Bianca saat melihat wajah murung dari sahabatnya. "Tenang aja. Pak Devan itu aslinya baik, Bi. Asal lo rajin masuk kelasnya dan ubah nilai lo."

Bianca menghela nafas. "Kemarin gue dapet 70 aja diprotes. Sebenernya dia mau siswanya dapet berapa sih?"

"Kan KKM nya di atas 75, Bi."

Bianca berdecak sebal. "Lo sama Maudy pulang aja duluan. Gue yakin dia ceramahin gue lagi." Seraya membereskan tasnya.

Hanni dan Maudy menangguk saja. Mood Bianca terlihat tidak baik.

Bianca melangkan kakinya menuju ruang Devan berada. Menarik nafas terlebih dahulu sebelum membuka pintu ruangan Devan.

Mengingatkan pada dirinya untuk bisa mengontrol emosi. Agar tidak berujung kedua orang tuanya dipanggil kembali.

Bianca mengetuk pintu perlahan. Suara Devan langsung menyuruhnya masuk.

Setelah menutup pintu, Bianca melangkah mendekati meja Devan. Gurunya itu sedang fokus
menatap layar laptopnya dengan kacamata membingkai wajahnya.

Bianca akui memang Devan mempunyai aura memikat ditambah wajahnya yang sempurna.

"Ada apa bapak memanggil saya?" Bianca bertanya saat sesudah duduk di kursi depan meja Devan.

"Nilai kamu tidak ada perubahan selama satu bulan ini. Kamu ini main-main atau ingin mengubah nilai?" ucap Devan menatap Bianca tajam.

"Loh? Saya serius kok, Pak! Nilai saya juga sudah mulai menaik walau tidak diatas KKM. Saya juga masih berusaha!" kesal Bianca.

Enak saja gurunya itu mengatakan ia main-main.

"Yang sopan bicara dengan saya. Kamu sekarang lagi butuh nilai saya. Kalau saya kasih kamu jelek, kamu terancam didrop out, mau?"

Mata Bianca membola. Sebisa mungkin menutupi raut kesalnya dengan mengepalkan kedua tangan. Sudah ia bilang Devan itu menyebalkan.

Persetanan dengan parasnya! Sifat bagai ibu-ibu cerewet kehilangan tupperware.

"Saya kasih waktu sampai sebelum menjelang UAS. Kalau tidak ada perubahan, kamu tidak bisa mengikuti ujian saya."

What the fuck?!

***

Hallowwww, ketemu lagi dengan cerita baru aku. jadwal updatenya masih kaya biasanya, update setiap hari. Etssss, tapi harus vote dan comment dulu yaa 💁🏼‍♀️

Next? vote & comment.

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang