4

201K 2K 51
                                    



Bianca tidak jadi bertemu Devan di parkiran. Bukan karena Devan sibuk, lebih parah Bianca langsung diberi alamat apartement Devan dan menyuruhnya ke sana langsung.

Kini Bianca sudah di lobby apartement Devan. Ia mengigit jarinya, gelisah apakah harus naik ke atas? Masalah akses Devan sudah memberinya akses untuk naik.

Namun, yang menjadi permasalahan. Kebodoham Bianca semalam tidak sengaja mengirimkan video dirinya menari menggunakan lingerie.

Sungguh tidak sengaja, sialnya pesan itu sudah keburu dibaca oleh Devan sebelum Bianca menghapusnya.

"Kalau gue begini terus, Pak Devan nanti jadi perubah pikiran. Terus nilai gue masih terancam," gumamnya.

Bianca tidak bisa berdiam lama di lobby. Ia takut Devan perubah pikiran. Bianca pun beranjak untuk naik ke atas.

Setibanya di lantai yang diberi tahu Devan, Bianca menarik nafasnya saat di depan pintu apart pria itu.

Baru ingin memencet bel, pintu sudah terbuka. Mata Bianca membola kaget mendapati Devan yang sedang shirtless dengan celana pendek hitam.

Bianca terbengong, mengingat kejadia di ruangan Devan saat pria itu juga shirtless.

"Masuk."

Suara Devan menyadarkan Bianca dari lamuannya. Dengan segan ia masuk mengekori Devan hingga pria itu menyuruhnya duduk terlebih dahulu dan ia ditinggal sendirian di ruang TV.

Bianca menatap sekitar, ia bisa menebak Devan menyukai warna hitam karena interior ruangannya dominan abu-abu dan hitam.

Mendengar langkah kaki mendekat membuat jantung Bianca berdegup cepat. Devan duduk di hadapannya yang dihalangi oleh meja kecil dengan membawa dua cangkir air.

"Saya langsung intinya aja. Apa niat kamu mengirimkan hal senonoh itu kepada saya?" tanya tegas Devan.

"K-karena nilai pak." Bianca tidak berani menatap Devan.

Alis Devan terangkat satu. "Jadi dengan kamu mengirim foto dan video kamu itu saya akan luluh begitu?"

Sontak kepala Bianca terangkat, menatap Devan. "Saya bisa lakukin apa aja yang pak Devan mau. Tapi, saya mohon pak nilai saya jangan C."

"Lakuin apa aja?"

Bianca menangguk.

Mata Devan semakin tajam menatap Bianc. "Be careful, Bianca. Mulut kamu bisa jadi boomerang."

"Jujur saya udah capek pak. Saya udah berusaha semaksimal mungkin, tapi pak Devan kasih nilai saya hanya C. Menurut saya itu sama saja tidak lulus. Memang nilai akademis saya kurang, tapi di semester ini saya lagi memperbaikinya pak," jelas Bianca.

"Bullshit."

Mata Bianca mengerjap terkejut respon Devan. "G-gimana pak?"

"Memangnya saya tidak tahu kamu merekam saya saat di club waktu itu," ujar Devan.

Bianca kaget, terdiam.

Melihat ekspresi Bianca, Devan tersenyum miring. "Buat apa video itu? Saya tau kamu gak ada niat buat nyebarin."

Bianca mengipaskan dengan tangannya, wajahnya menjadi memerah. "Buat ditonton aja pak."

Ekspresi Devan menujukan tidak yakin dengan jawaban Bianca.

Bianca menghela nafasnya. "Saya serius pak. Buat ditonton saat saya...mastrubasi," cicit Bianca.

Saat itu Bianca tidak sengaja melihat Devan di club yang biasa ia kunjungi. Di sana Devan bersama seorang wanita yang Bianca tebak itu wanita malam.

Maka itu, Bianca berani menggoda Devan. Pria itu juga tidak seperti yang dilihat.

"Little slut." Tatapan Devan semakin tajam. "Come here."

Bukannya marah, Bianca justru ada rasa mengebu ingin dikatakan seperti itu dalam kondisi yang berbeda. Misalnya, saat berhubungan intim dengan Devan.

Bianca yang mengerti Devan menyuruhnya bersimpuh di antara kedua kakinya. Saat ini Bianca bisa memandang jelas tonjolan di balik celana hitam Devan.

Devan mencengkram dagu Bianca agar mendongak menatapnya. "Kamu mau lakuin apa aja bukan?"

Bianca mengangguk.

"Kalau begitu, tunjukin dengan puasin saya."

Dengan aura dominannya Devan memandang Bianca di bawah yang sedang melepaskan celananya.

Jujur saja jantung Bianca berdegup cepat, ia tidak pernah melakukan blowjob. Lihat penis secara langsung saja tidak pernah.

"Buka," pintah Devan saat Bianca tersentak melihat tonjolan yang lumayan besar masih tertutup.

Bianca mengigit bibirnya saat penis Devan sudah terpampang nyata di hadapannya.

"Lick it. Jangan kena gigi."

Bianca patuh. Pertama ia meniup ujung kepala penis Devan yang merah. Perlahan ia menjulurkan lidah, bermain di ujungnya.

Lalu turun menjilati keseluruhan batang Devan. Bianca bisa merasakan urat-urat dari penis Devan.

Nafas pria itu memberat. Belum ada satu menit, namun Bianca sudah bisa memancing gairahnya.

Bianca masih asik menjilati penis Devan, hingga merasakan membesar baru Bianca masukan ke dalam mulut kecilnya.

"Fuck," desis Devan.

Kini milik Devan sudah di dalam mulut Bianca, tidak sepenuhnya masuk. Kepala Bianca pun mulai bergerak naik-turun.

Devan membuka mulutnya kecil, matanya terus menatap Bianca yang sedang mengisap kejantanannya.

Tangan Devan mengumpulkan rambut Bianca, lalu ia jambak dan menekan kepala Bianca agar memasukan penisnya semakin dalam.

Terdegar Bianca tersedak dan Devan tidak peduli. Pria itu terus menekan seraya menjambak rambut Bianca.

Muka Bianca memerah, matanya berair tidak sanggup milik Devan yang semakin besar saat di dalam mulutnya.

Urat-urat di leher Devan terlihat jelas, kupingnya memerah. Butir-butir keringat bermunculan.

Merasakan ingin pelepasan, pinggul Devan terangkat, mengentakan sehingga penisnya sepenuhnya masuk ke dalam mulut Bianca hingga ia merasakan mentok ke tenggorokan.

Saat itu juga Devan menyemprotkan spermanya di dalam mulut Bianca, lalu mencabutnya.

Bianca terbatuk-batuk. Meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Telen."

Ingin menolak, tapi aura dominan Devan membuat Bianca menciut.

"Nice, little slut. Blowjob kamu enak. Sekarang buka baju kamu. Saya mau lihat tubuh telanjang kamu."

****

Halo, buat yang mau kelanjutannya bisa ke Karyakarsa usernamenya ada di bio profil ini atau bisa cari "tinysurays" dengan harga 3.000. Udah ketemu profil aku pencet karya > terbaru

Ini additional part, jadi gak ngaruh sama alurnya. Enggak maksa buat beli yaa. Kenapa di taruh di Karyakarsa karena kalau di wattpad takut ke hapus ceritanya soalnya dibikinnya detail. Kaya cerita yang aku buat di ban pihak wattpadnya.

150 and 80 comment for next.

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang