14

61K 859 154
                                    


Pikiran dan tubuh Bianca tidak tenang sedari tadi. Setelah menghubungi Devan tadi, pria itu mematikan sepihak dan tak lama Devan datang langsung membawa Sarah keluar menuju rumah sakit terdekat.

Bianca tidak ikut. Ia takut saat melihat raut wajah Devan seolah menyimpan amarah yang begitu besar tadi.

Pikirannya kalut. Sarga dan teman lainnya tidak tahu perihal ini. Sudah hampir satu jam berlalu dan Bianca masih memikirkan apakah Sarah baik-baik saja? Terutama bayi dalam kandungannya.

Bianca terdiam kaku di kamarnya. Apakah dirinya akan disalahkan atas kejadian itu? Sepertinya iya, karena tiba-tiba pintu kamar Bianca yang tidak terkunci itu terbuka.

Devan di sana, menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Pria itu lempar sembarang kunci kamarnya.

"P-pak Devan?!"

Pria itu terlihat berantakan. Raut wajahnya sama seperti tadi, menahan amarah seolah ingin membunuh siapa saja yang menghalanginya.

"Kenapa Sarah bisa di kamar kamu?"

Kedua mata tajam Devan mengunus Bianca, membuat perempuan itu gemetar takut.

"Jawab!" bentak Devan.

Bianca menundukan kepalanya saat Devan menjulang tinggi berdiri di hadapannya. Peia itu mencengkram rahangnya, membuat kepalanya mendongak ke atas menatap Devan.

"Jawab pertanyaan saya, Bianca. Apakah sesusah itu?"

"S-sarga yang bawa Kak Sarah ke sini. Katanya takut kalau s-sendirian di kamar," jawab Bianca dengan gugup.

"Lalu kenapa Sarah bisa terjatuh?"

Bianca mengeleng pelan. "Saya tidak tahu. Tiba-tiba dia teriak dari dalam kamar mandi."

"Kamu tidak mendorongnya, bukan?"

Bianca kaget, menggeleng tidak percaya apa yang dilontarkan Devan. "Saya tidak segila itu!"

"Bisa saja kamu cemburu melihat saya dan istri saya tadi."

Bianca menatap Devan dengan pandangan tidak bisa ditebak. "Cemburu? Untuk apa saya cemburu dengan Pak Devan?"

Devan tersenyum miring. "Bisa saja kamu jatuh hati saya saya setelah apa yang kita laluin."

"Mimpi!" jawab Bianca.

"Sejak di meja makan tadi kamu selalu menunduk dan tidak berbicara. Tingkah kamu terlihat menghindari kemesraan saya dengan istri saya." Devan tersenyum mengejek.

"Kalau saya melihat Pak Devan, mungkin istri tercinta bapak itu curiga sama kita! Mau saya jelaskan kelakuan busuk Pak Devan hah?! Bagaimana reaksi istri Pak Devan kalau tahu suaminya tidur dengan siswanya sendiri?!" teriak Bianca. Nafas Bianca memburu, emosinya yang sedari ia tahan, ia keluarkan juga.

"Diamlah, Bianca. Kamu terlalu banyak bicara."

Bianca melongo tidak percaya.

"Pak Devan sadar nggak sih?! Bapak udah punya istri!"

"Kamu baru sadar? Kemana saja setelah kita berbagi kenikmatan bersama."

"Stop! Jangan membuat pembicaraan ini jadi mesum!"

"Kamu yang membuat saya seperti ini. Udah tahu saya punya istri dan kamu masih mau tidur dengan saya. Bianca, kamu naif."

Bianca tidak bisa berkata-kata.

Jari Devan mengusap bibir bawah Bianca yang langsung ditepis oleh perempuan itu. Bianca mendorong Devan dari hadapannya dan berdiri menuju kopernya dan langsung memasukan barang-barangnya.

"Kamu mau kemana?"

"Bukan urusan anda!" ucap Bianca dengan nada datar membelakangi Devan.

"Jangan kekanak-kanakan, Bianca," desis Devan.

Bianca tidak menjawab. Bersimpuh di lantai, sibuk memasukan pakaiannya ke dalam kopernya.

"Bianca!" Devan menarik paksa Bianca untuk berdiri.

"Pak Devan bisa tidak jangan semena-mena pada saya?!" Bianca membalikan badannya.

Devan terpaku saat mata Bianca memerah dan berair. Perempuan itu menangis.

"Saya capek Pak! Saya mau kita akhiri semuanya. Saya akan merahasiakan antara kita! Pak Devan bisa fokus dengan keluarga anda saja dan saya tidak akan menganggu!"

Isakan Bianca tersengar pilu. Badannya luruh jayuh ke lantai. Suara tangisnya memenuhi ruang kamarnya.

Devan menghela nafasnya. Mencoba mengangkat Bianca. Perempuan itu memberontak, namun tenanganya lebih kuat.

Devan duduk di pinggir kasur, menarik Bianca duduk di pangkuannya menyamping.

Bianca sudah lemas tidak ada tenaga untuk melawan. "P-pak Devan brengsek!"

Detik selanjutnya, Devan mencium Bianca. Melumatnya penuh kelembuatan.

Dalam ciuman, Bianca tersiak kecewa. Ia kira Devan akan menyetujuinya, namun pria itu tetap ingin memuaskan nafsunya pada dirinya.

***

Hiii, balik lagi. Btw kalau ada yang baca POV Devan sama kelanjutan additional part 14 udah ada di Karyakarsa.

Spam next 👉🏻

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang