5

200K 1.6K 30
                                    

⚠️ Buat yang udah beli additional part kelanjutan chapter 4, boleh dicek lagi karena udah diedit. Maaf sebelumnya gatau kenapa tulisannya hilang begitu.

***

Bianca menyipitkan matanya saat sinar matahari menganggu tidur nyenyaknya. Saat membuka matanya alisnya menukik bingung melihat bukan di kamarnya.

Sontak ia terbangun kaget, mengingat apa yang sudah dilakukannya semalam bersama gurunya sendiri.

Menunduk, meraba tubuhnya yang ternyata tidak memakai apapun di dalam selimut. Bianca tidak menyangka ia menyerahkan keperawananya pada guru sekolahnya sendiri.

Ia meringis saat ingin beranjak turun dari kasur, mengingat semalam bertapa kasarnya Devan mengagahinya.

Satu hal yang Bianca baru tau dari Devan, pria itu masokis dan lebih mengejutkannya lagi ia sendiri baru tahu dirinya ternyata masokis juga.

Pintu kamar terbuka, muncul lah sosok yang menganggu pikiran Bianca sedari tadi.

Sadar akan tatapan Devan yang bukan menatapnya melainkan dadanya, Bianca menunduk, matanya membola kaget melihat dadanya yang terpampang nyata sontak langsung menarik selimut menutupi tubuh telanjangnya.

Sempat terpaku, Devan berjalan kembali mendekati Bianca. Ia sudah rapih dengan kemeja serta celana kerjanya.

"Kamu menggoda saya?" Saat sudah di hadapan Bianca.

"Hah?—"

"Belum puas yang semalam? Perlu kita ulangi lagi pagi hari ini?"

Bianca terbengong kaget. "Maksud pak—"

"Morning sex."

Mulut Bianca terbuka. "Gila!"

Devan terkekeh. "Pakai salep ini buat pereda nyeri." Memberikan sebuah salep untuk meredakan nyeri di area bawah sana.

"I-ini pakenya di oles di sini?" Dengan ragu Bianca menunjuk ke arah kewanitaannya yang tertutup selimut.

Devan menangguk singkat.

Bianca masih ingin bertanya kembali tapi ia malu sekali. Sial!

"Ada apa?" tanya Devan melihat raut wajah Bianca.

"I-ini gimana ngolesinnya? Saya gerak sedikit aja masih nyeri pak."

Satu alis Devan terangkat. "Kamu ngode saya buat ngolesin salep ke kamu?"

"Bukan!" panik Bianca.

Decan tersenyum tipis. "Santai aja. Saya bantu." Seraya duduk di pinggir kasur.

"Eh? pak Devan mau ngapain?!" Bianca mengeratkan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya.

"Saya udah lihat semuanya, Bianca. Kenapa kamu jadi malu begini? Padahal semalam kamu terus meracau kata-kata vlugar membuat saya semakin bernafsu."

Wajah Bianca memerah. Sialan. Kenapa Devan mengungkitnya.

"Sekarang buka kedua kaki kamu."

Sapuan dari udara dingin AC menerpa kewanitaan Bianca daat ia membuka kedua kakinya mengangkang di hadapan Devan dengan kondisi yang masih berbaring.

Meringis kecil saat Devan sudah mulai mengolesi salepnya.

"Lecet dikit. Pantes kamu gak bisa gerak sama sekali."

Ucapan Devan membuat Bianca speechless. Bukannya pria itu minta maaf justru hanya mengatakan dengan datarnya.

Bianca mengumpat dalam hati.

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang