Bagian 3; Semeru dan Ceritanya

445 66 17
                                    

Lumajang - Jawa Timur, Oktober 2018.

Dunia begitu sempit, kata pepatah tua yang selalu Alex yakini. Setelah pertemuannya dengan kawan-kawan dikedai Budi malam itu guna membahas rencana pendakian mereka, Alex tak habis-habisnya mendapat olokan dari kawannya. Apalagi Nora, kawan karibnya itu seakan masih belum puas dengan penjelasan yang Alex lontarkan perkara bagaimana bisa Alex mengenal sosok Henry.

"Oh ayolah Nora, ini bahkan sudah berminggu-minggu sejak kejadian itu tapi ko lu masih demen ngebahas soal Henry?" Alex frustasi meladeni Nora disebrang ponselnya. Tujuan Nora melakukan sambungan seluler awalnya hendak membahas pendakian, namun wanita seumuran dengannya itu malah teringat momen tak terduga september lalu.

"C'mon Alex, I know you so well dude. Lu bilang lu sama Henry cuma temenan, tapi gua pantau ko lu berdua sering nongkrong bareng ya .."

"Nora, kalo lu masih tetep pen ngebahas Henry mending gua matiin dah. Bye Nora .."

Sambungan terputus sepihak. Alex melempar asal ponselnya diatas ranjang sembari merenungkan beberapa hal. Memang apa yang dikata Nora tak salah. Setelah pertemuan ketiga mereka yang lagi-lagi didasari ketidak sengajaan, ia menjadi lebih akrab dengan bocah berusia 20-an itu. Tak sehari ia lewatkan tanpa mengabari Henry, entah untuk bertanya kegiatan atau mengajaknya mengunjungi banyak hal. Nora bilang ia aneh, namun Alex merasa mengajak Henry yang notabene baru 2 tahun diIndonesia untuk berkeliling menyambangi berbagai wisata bukan hal yang tidak masuk akal, ia tak perlu alasan atau hubungan yang lebih serius saat berniat mengajak seseorang bersenang-senang bukan.

Contohnya siang ini, Alex tengah bersiap untuk menjemput seseorang, beberapa hari yang lalu ia sudah memesan janji. Alex, dengan kaos santai dan kemeja yang sengaja tak ia kancingkan tengah bersiap membawa langkahnya menuruni tangga. Dengan fokus yang tetap setia pada layar ponsel, dengan jemari yang bergerak lincah kesana-kemari, ia mengetik pesan bertuliskan 'aku otw'. Tak lama tanda terbaca muncul diberanda, seseorang disebrang sana memberi emoji 'ok' membuat Alex sedikit tertawa.

Kali ini bobber kesayangannya tak menemani, ia ingin mencoba sensasi baru menaiki scoopy yang minggu lalu ia beli. Setelah berpamitan dengan ibu, Alex membawa laju scoopynya keluar dari pekarangan rumah. Satu minggu ini tampak tenang lantaran June, mbak 'tersayang'nya sedang sibuk dengan bisnisnya diluar negara. Dan itu menjadi salah satu dari beberapa hal yang membuat mood seorang Alex Claremont-Diaz minggu ini menjadi jauh lebih bahagia.

Kisaran 15 menit ia sampai, memarkirkan motornya didepan gerbang sembari jemarinya dengan lihai mengetik pesan. Tak butuh waktu lama, seseorang yang ia tunggu menampakan batang hidungnya.

"Motor baru?" Tanyanya mendekati Alex yang masih setia duduk dijok motor.

"Udah lama pesen cuma baru sekarang berani bawa." Entah sudah menjadi kebiasaan atau karena ada suatu hal, setiap berbincang dengan Henry ia selalu menyelipkan secuil senyum diakhir kalimat.

"Berarti aku yang pertama nyoba dong?"

Alex tertawa kecil mendengar pertanyaan Henry, ia berdiri dari duduknya, memposisikan diri dihadapan Henry. Tangan yang sedari tadi memegang sebuah helm ia arahkan untuk Henry kenakan, memasangkannya seakan tengah mendandani bocah sekolah dasar.

"Uda siap?" Yang lebih tua bertanya lalu mendapat anggukan dari yang lebih muda.

Jadwal hari ini Alex mengajak Henry untuk membeli perlengkapan mendaki. Sebenarnya Henry bisa pergi dengan Jacob, namun Alex menawarkan diri dengan alasan ada beberapa barang yang hendak ia beli juga. Karena seringnya mereka bertemu atau bercengkrama lewat media sosial membuat keduanya menjadi lebih dekat. Alex dengan sikap keterbukaannya membuat Henry nyaman. Tak jarang Alex juga menawarkan diri untuk membantu Henry dengan tugas kuliahnya, meski pada akhirnya tugas itu tak pernah benar-benar selesai lantaran mereka berdua yang lebih memilih melempar candaan. Alex itu pembicara yang handal, kiranya hal itulah yang Henry dapat selama berminggu-minggu ini mengenal Alex, dan Henry akan menjadi pendengar yang patuh dengan segala ocehan yang Alex katakan. Contohnya sekarang, selama perjalanan Alex terus membicarakan banyak hal. Mulai dari rute pendakian sampai pertanyaan sederhana yang teramat klies ditelinga.

Edelweiss [AlexHenry]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang