SANGA

125 16 4
                                    

Haloo....ini update yak, cuman status cerita ini masih semi Hiatus yagess...

Obat buat malam Minggu dah ini

Obat buat malam Minggu dah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu berlalu.

Ghaza sudah siap dengan tampilan formal kemeja batik. Rambutnya di kuncir rapi. Ia akan menghadiri undangan Prof. Basuki. Meski hati masih tercubit tapi tak pantas jika dia tidak menghadiri undangan Shohibul hajat kalau tak ada uzur. Hati nelangsanya berusaha diajak kompromi. Memilih menghadiri pernikahan Agnia waktu akad. Ia sekarang tidak di Rembang. Melainkan dari Kudus. Ia berangkat langsung ke rumah Prof. Basuki.

Tanpa terasa berjalan mengendarai motornya, ia telah tiba di depan rumah yang sudah banyak orang. Wajah pias bahkan panik orang tampak terlihat. Ghaza pikir mungkin sedang terburu-buru karena waktu akad akan segera dimulai. Tepat saja Ghaza datang hampir masuk waktu akad. Ia kemudian melangkahkan kaki ke dalam rumah yang sebentar lagi akan melangsungkan akad nikah. Penghulu sudah tiba. Bahkan sudah menempati singgasana naqib dan sedang menanti calon mempelai pria. Prof. Basuki juga sudah duduk di posisinya. Hingga menjelang dhuhur mempelai belum tiba. Akad yang dijadwalkan pukul 10.00 harus tertunda.

Wajah para tamu juga sudah gusar. Tak ada lagi senyum bahagia yang ada hanya bisik-bisik. Prof. Basuki mencoba untuk tenang. Ia mulai menelpon seseorang di sana yang menunjukkan calon besannya. Setelah mendengar suara diseberang telpon betapa terkejutnya ia. Calon menantunya meninggal saat dalam perjalanan. Tamu semakin riuh. Desas desus itu sampai pada putrinya yang berada di dalam. Ia turun dengan tergesa. Air mata nya merembes. Ia menghampiri ayahnya yang masih shock. Mengadu bahwa ini tidak mungkin. Prof. Basuki memeluk putrinya yang cantik jelita namun sedang menangis karena duka. Saat memeluk putrinya. Prof. Basuki juga merasakan sakit yang tidak tertahankan. Jantungnya kambuh.

"BUYA!!! YA ALLAH BUYA.." Prof. Basuki mulai tak sadarkan diri. Tangisan Agnia semakin menjadi. Para tamu hanya melihat. Ghaza tak sekejam itu. Ia langsung sigap.

"Ada yang bawa mobil pak?"

"Saya mas."

"enggeh pak mari segera bawa Prof. Bas ke rumah sakit. Tolong siapkan mobilnya Pak." Ghaza dibantu dengan pak penghulu serta bapak-bapak yang lain membopong Prof. Basuki ke mobil. Dengan segera mereka membawa Prof. Basuki ke rumah sakit terdekat. Ghaza yang mengurus segalanya bersama pak penghulu. Agnia ikut serta tetap dengan baju pengantinnya.

"BUYA.... HIKS, JANGAN TINGGALKAN AGNIA." Gadis yang hampir menjadi istri orang itu menangis sesenggukan. Ayahnya sedang diujung tanduk. Ghaza prihatin, kasihan. Gadis itu sungguh rapuh. Ia memeluk budenya dengan sangat erat. Raut wajah takut kehilangan sangat kentara. Budenya berusaha menenangkan. Tangisnya harap-harap cemas menanti dokter yang sedang memeriksa buyanya di dalam sana. Kami masih menunggu.

Tak lama dokter akhirnya keluar, ia memberitahukan bahwa Prof. Basuki sudah sadar. Ia ingin berjumpa dengan Agnia juga Ghaza. Ghaza yang bingung kenapa dirinya dipanggil mantan dosennya itu tetap memasang wajah dingin. Agnia dengan terburu masuk terlebih dahulu. Ghaza memastikan lagi, apakah dirinya yang dipanggil. Sedangkan disini ada saudara dari Prof. Basuki.

SYAZANI (Simpul Rasa Series Aka Gus Ghaza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang