5

0 0 0
                                    

Saat semua murid sudah berkumpul di dalam kelas. Pak Denusha memutuskan untuk memberitahu mereka tentang festival yang akan diadakan di Draubie High School.

"Baiklah, bapak ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian semua. Dengan adanya April mop, sekolah akan mengadakan festival. Untuk temanya dipilih oleh masing-masing kelas, bapak serahkan kepada kalian semua untuk berdiskusi," ucap Pak Denusha memberitahu.

Para murid saling berbicara satu sama lain, membahas tema yang ingin mereka pilih. Ditengah kegaduhan itu, suara Nona mendominasi diantara mereka.

"Pak, gimana kalau kita ambil tema vampir aja," belum sempat Pak Denusha menjawab. Ray sudah memotongnya lebih dulu.

"Zombie aja Pak, keren tuh. Kalo vampir udah banyak, sekalian biar kelas kita beda dari yang lain gitu," terang Ray. Pak Denusha tampak berpikir sejenak, mengimbangi apa yang baru saja Ray katakan.

"Boleh juga usul kamu Ray, oke. Kita akan ambil tema zombie, kalian persiapkan semuanya ya. Dan untuk anggota OSIS, silahkan diskusi dengan ketua kalian. Bapak mau ke kantor dulu, ada rapat. Kalian jangan berisik," Pak Denusha keluar dari kelas. Usai kepergian Pak Denusha, keadaan kelas menjadi seperti pasar. Banyak murid yang berkeliaran dari tempat duduknya.

Nona, Venus, Febi dan Vina sibuk berbincang-bincang. Sesekali Gala melirik ke arah Vina yang tersenyum manis. Febi yang menyadari hal itu langsung berinisiatif untuk membalas perbuatan Gala beberapa waktu lalu.

"Ceilah, ada yang jatuh cinta nih. Tapi, kok dilirik terus sih. Entar keduluaan sama orang mampus," kompor Febi. Gala yang mendengar hal tersebut langsung tersungut emosi.

"Heh Febiola, lo itu gak usah sok tahu deh. Heran gue sama orang kayak lo, udah kayak wartawan yang sibuk nyari informasi yang hangat untuk dijadiin berita." Usai mengatakan itu, Gala pergi dari tempat mereka. Lelaki itu kembali ke bangkunya, menopang kepalanya dengan tangannya. Sedangkan Ray memilih acuh dan menghabiskan camilannya.

Vina yang mendengarkan perdebatan kedua temannya hanya diam, meski sebenarnya terbesit perasaan bahagia di dalam benaknya. Karena, Gala memperhatikannya. Akan tetapi ia juga merasa tidak enak karena Febi dan Gala tidak pernah bisa akur. Bahkan mereka seringkali bertengkar hanya karena masalah sepele.

Venus menyadari bahwa Vina  sedang  menatap  Gala yang kini membelakanginya. "Vin, lo kenapa? Masih kepikiran sama perkataan Gala dan Febi tadi?" Vina menggelengkan kepalanya.

"Enggak kok Ven, lagian ngapain gue pikirin. Emangnya dia siapa gue? Dia kan cuman sebatas temen doang, gak lebih." Vina memang pandai menyembunyikan perasaannya. Lagipula ia masih belum percaya akan cinta.

Venus menyelidiki Vina, mencari kebohongan dari balik binar mata gadis itu. Namun, ia tidak menemukan apapun  selain kehampaan di sana. Venus hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian bercerita dengan murid lain.

Vina menghela napas, ia merasa tidak enak telah membohongi teman-temannya. "Maafin gue ya guys, gue belum bisa cerita soal  perasaan gue ke kalian semua. Soalnya gue sendiri juga belum yakin sama perasaan gue," gumam Vina kecil, hingga suaranya tidak terdengar.

Sudah hampir satu jam kelas kosong. Namun, belum ada tanda-tanda guru akan masuk. Setelah kepergian Pak Denusha, kelas menjadi tidak kondusif. Gala yang tertidur pulas, Ray yang selalu sibuk dengan camilannya, sedangkan Venus, Vina, Nona, dan juga Febi malah asik bergurau.

Akhirnya, Nona selaku ketua kelas memutuskan untuk ke kantor. "Guys, gue ke kantor dulu ya. Mau nanya sama Pak Den," izin Nona.

"Oh, ya udah. Mau ditemanin gak Non?" tawar Venus.

"Gak usah Ven, gue bisa sendiri, oke." Usai berpamitan dengan teman-temannya. Nona langsung berjalan menuju kantor. Sesampainya di sana terlihat para guru sedang berkumpul, sepertinya mereka sedang mengadakan rapat.

One Day in AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang