10

0 0 0
                                    

Febi memperhatikan temannya satu sama lain. Berpikir siapa dalang yang membocorkan hubungannya dengan Darrel, seakan melupakan kejadian dimana Febi menolak Ray, hanya saja Ray sendiri lah yang tidak ikut menjenguk Febi.

Karena terlalu memikirkan  Darrel membuat Febi melupakan segalanya, ia sedikit menyesal karena kelalaiannya membuatnya jatuh sakit hingga akhirnya ia tidak bisa melanjutkan pencariannya. Sampai akhirnya hubungan yang ia sembunyikan selama ini diketahui oleh teman-temannya.

Ceklek

Ray memasuki ruangan Febi dengan kantong makanan dan minuman di tangannya.

Ia tidak peduli Febi telah menyakiti perasaannya, karena rasa cintanya jauh lebih besar terhadap Febi.

"Wah, ada angin apa lo bawa makanan? Gak biasanya?" tanya Vina heboh, melihat Ray yang dengan santai meletak kantong itu di atas meja tanpa sepatah katapun.

Ray tidak menggrubris siapapun kecuali Febi,"Nih, udah gue beliin, lo  suka makanan ini kan? Cepat sembuh yah." Ray tersenyum tulus, membuat Febi terdiam dan tidak habis pikir, sudah mati-matian ia berusaha menjauhkan diri dari Ray tetapi Ray tetap saja baik padanya.

Akhirnya Febi terpaksa menerima makanan tersebut dan membalas senyuman Ray.

"Kelakuan lo gak banget tau ga," ucap Gala yang muak melihat drama di hadapannya. Seketika keadaan menjadi hening, mereka semua kalut dengan pikiran masing-masing.

"Gue yakin pasti lo dalang dari semuanya, kenapa mereka bisa tau soal hubungan gue sama Darrel." Febi berucap, menatap Ray sekilas dengan tatapan tajamnya.

Tatapan yang sudah lama ia pendam sedari dulu, yang ia perlihatkan terakhir kali saat mengantar kedua orang tuanya yang hendak bekerja keluar negeri.

Febi sebenarnya adalah anak yang baik, hanya saja cara ibunya dalam mendidik, membuat Febi tumbuh menjadi anak perempuan yang memiliki alter ego, ditambah lagi perlakuan kasar dari ibunya yang hanya mementingkan egonya saja.

Banyak hal yang belum teman-temannya ketahui tentang Febi..

"Gue hargai semua kerja keras lo buat dapetin gue, tapi gue gak bisa nerima semua itu karna gue udah punya Darrel kalau lo lupa, dan gak semua yang lo inginkan bisa lo dapetin Ray. Masih ada cewek lain yang suka sama lo, gak harus gue."

Deg

Nona tersentak mendengar penuturan Febi, kata-kaya Febi seolah ditujukan padanya, hingga ia berpikir apakah Febi mengetahui perasaanya terhadap Ray. Tetapi bagaimana mungkin Febi mengetahui hal tersebut karena selama ini Nona tidak pernah menceritakannya kepada siapapun.

"Apa maksud lo Feb? Gimana caranya gue bisa liat cewek lain sedangkan gue sukanya cuma sama lo?!" Ray berdiri dari duduknya, tidak terima dengan perkataan Febi.

Karena memang tidak semudah itu mencari pengganti, Ray tidak mau  melampiaskan semua kepada perempuan lain.  Karena tidak ingin memperpanjang masalah, Ray pun segera mengalihkan perhatiannya kepada camilan yang sudah ia beli.

"Kalian semua belum tau  sifat gue yang sebenernya. Makannya kalian masih baik sama gue," batin Febi, ia kemudian  menghela napas beratnya sembari  memperlihatkan seringai jahatnya.

Gala yang melihat hal tersebut sempat tidak habis pikir. Ia segera memundurkan dirinya satu langkah, dan mulai menaruh rasa curiga terhadap Febi.

"Hahhhh, pulang sana, besok kalian sekolah, besok gue juga udah di bolehin pulang kok," ujar Febi sambil tersenyum ramah.

Gala yang melihat perubahan Febi semakin curiga, ia merasa hilangnya Darrel ada sangkut pautnya dengan Febi sendiri. Tapi kenapa Febi sampai menyiksa dirinya begitu, jika ia ikut andil dalam kejadian hilangnya Darrel ini. Gala hanya bisa menyigar rambutnya frustasi.

“Oh iya, gue gak suka ya sama orang yang ingkar janji,” gertak Febi.

Ray menelan salivanya, ia menyadari maksud ucapan Febi.

***

Ke esokan harinya. Gala dan teman-temannya masih belum juga mendapat kabar dari kepala sekolah tentang keberadaan Darrel. Hal tersebut membuat mereka mulai mencurigai kepala sekolah. Akhirnya Gala memutuskan untuk menemui kepala Sekolah selepas latihan basket nanti.

“Gue izin ke toilet benta ya,” ujar Gala pada Nona. Yang dibalas anggukan olehnya.

Katika Gala  berjalan menuju toilet, dari arah taman, Gala melihat Bu Ranavalona yang sedang berjalan menuju arah laboratorium.

"Hmmm? Aneh banget,  gak biasanya kepsek kesana, mau ngapain dia ke ruangan profesor Cho?" Gala menaikkan sebelah alisnya.

Diam-diam ia mengikuti kepala sekolah. Dengan langkah mengendap-endap. Namun, langkah Gala terhenti, karena mendengar  Prof Cho memanggilnya.

"Gala !” Teriak Profesor Cho.
“Tumben ada di sekitar sini?" tanya Prof Cho dengan seuntai senyuman.

“Ck,” Gala berdecak kesal, ia kehilangan jejak Bu Ranavalona.

“Bagaimana Gala?” ulang Profesor Cho.

"Saya mau kegudang Prof, ada beberapa barang yang mau saya ambil untuk festifal nanti," jawab Gala berbohong.

"Benar kah begitu? Mari saya temani, kebetulan sekali kita satu arah," ucap Prof Cho, mengambil alih tubuh Gala, membawanya menjauhi dari laboratorium.

Profesor Cho sedikit melirik ke arah Bu Ranavalona yang sudah memasuki ruangannya melalui pintu belakang. Ia sudah meninggalkan catatan kecil di atas mejanya.

Memberi tahu, bahwa Bu Ranavalona  harus menunggunya sebentar, karena ia melihat Gala yang  terekam cctv sedang mengikuti dari belakang. Beruntung Profesor Cho sempat meretas CCTV sekolah yang ia  sambungkan pasa  komputer di ruangan kerjanya.

"Lalu, anda akan mengambil apa Prof?" tanya Gala penasaran.

"Tabung kaca, saya kekurangan tabung, apakah kamu ingat di gudang masih terdapat tabung itu atau tidak?"

"Entah lah Prof, saya juga lupa. Apakah anda tengah melakukan penemuan baru untuk pelajaran, Prof? Keren sekali." Gala memuji Peof Cho, demi menghilangkan kegugupan dalam dirinya.

Sebelum memasuki koridor sekolah,  Gala juga melihat sebuah  cctv kecil yang terletak di pinggiran dinding lorong menuju laboratorium, hal tersebut semakin meningkatkan rasa penasaran dalam dirinya.

Apa yang sebenarnya terjadi antara Febi, Bu Ranavalona dan Profesor dalam kasus hilangnya Darrel ini. Gala mencoba menebak-nebak dengan teori nya sendiri.

Tidak adanya kejelasan hasil pencarian  Darrel membuat Gala  ingin mencari tahu sendiri. Karena dengan bantuan orang dewasa pun sama saja, pikirnya.

Orang dewasa ternyata sering kali tidak berguna, mereka hanya mementingkan kesenangan pribadi saja, bahkan diluaran sana sudah banyak beredar kabar tentang kasus penggelapan dana di sekolah-sekolah besar. Dan saat ini Gala merasa bahwa pihak sekolahpun tidak peduli terhadap muridnya.

Setibanya di gudang, Gala berpikir apa yang akan ia bawa, karena itu hanya lah alibi semata. Dengan tenang ia melihat sekitar, apa yang cocok iya bawa kedalam kelas.

"Apakah barang yang kamu cari sudah ketemu?" tanya Prof melihat Gala masih berdiam diri.

"Saya masih mencari Prof, karena kata anak kelas barang itu ada di sini, lantas mengapa sekarang tidak ada? Sepertinya sudah di pindahkan." Lagi-lagi Gala beralibi. Memeriksa barang sekitar yang masih tersusun rapih jauh dari debu karena gudang di Draubie High School memang selalu dibersihkan.

Tidak lama kemudian Gala mendapatkan apa yang ia cari, box yang berisi material, seperti palu, bor, dan berbagai jenis paku, serta beberapa jenis obeng. Gala juga tidak lupa mengambil kain putih polos untuk menutupi papan tulis di dalam kelas mereka.

Ceklek

Pintu terbuka. Terlihat Ray dan Nona yang  terengah-engah. Mereka sedikit terkejut saat melihat Gala yang sedang  bersama dengan Profesor Cho. Profesor Cho pun tersenyum hangat kepada mereka berdua.

"Gala, kalau mau pergi tuh bilang kenapa? Katanya cuman ke toilet doang, tau-tau malah nyangkut di sini," protes Nona, yang berusaha  mengatur pernapasannya.

"Yah maaf, gue lupa ngasih tau kalau sekalian mau ambil barang ke gudang soalnya udah   kebelet banget, kan gak lucu kalo gue ngompol.”

"Gila lo yah?" Ray menoyor pundak Gala, membantu membawa box di tangan Gala.

"Maaf yah prof, teman saya agak rada-rada," bela Nona, merasa malu berada di hadapan Profesor Cho, karena Profesor Cho adalah salah satu yang menjadi idola para siswi Draubie High School.

"Tidak masalah, baiklah, saya tinggal dulu ya. Gala saya duluan, sudah ada teman kamu yang menemai." Seketika Prof pun meninggalkan gudang dengan senyum lebarnya, dengan tabung yang sudah berada di tangannya.

Seakan tidak sabar menantikan hasil eksperimennya sendiri. Profesor Cho Tertawa renyah mengingat Bu Ranavalona yang  sangat mudah di bohongi hanya dengan iming-iming uang.

Kepergian Profesor Cho pun membuat Gala bernapas lega, hingga mengundang rasa penasaran Ray dan Nona.

"Kalian ngerasa ada yang aneh gak dari keprek kita? Entah kenapa gue curiga sama tuh kepsek," jelas Gala, masih berdiam diri di tempat.

Ray menganggukkan kepala pertanda setuju. "Kemarin gue juga nanyain kabar Darrel sama tuh kepsek, entah kenapa reaksinya aneh banget, berasa nyesel gue minta pertolongan sama tuh orang tua."

"Udah-udah kalian tenang dulu, kita pikirin bersama, tunggu semuanya pada ngunpul baru kita bahas nanti di rumah gue," ucap Nona ambil alih.

Karena tidak mungkin rasanya mereka membicarakan hal negatif di dalam lingkungan sekolah.

One Day in AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang